6 Marketing Lessons dari Musisi dan Industri Musik yang Bisa Ditiru

marketeers article
6 Marketing Lessons dari Industri Musik (FOTO: 123RF)

Dunia musik masa kini dengan dunia marketing bersinggungan erat. Musisi hebat bukan hanya soal punya vokal dan skill bermain alat musik yang bagus dan tampilan menarik saja. Musisi juga harus cerdas dalam memasarkan karyanya.

Beberapa musisi ini punya cara-cara yang unik untuk berinteraksi dengan penggemar, dan mereka memiliki pelajaran berharga untuk diajarkan kepada para pemasar. Dilansir dari Forbes, berikut enam pelajaran marketing dari industri musik yang perlu Anda tiru.

1. Konten Interaktif ala Taylor Swift

Taylor Swift bisa dibilang The Queen of Content. Setiap langkahnya merupakan bagian dari strategi terhitung yang mempertimbangkan tujuan-tujuannya.

Untuk albumnya pada tahun 2022, Midnights, Swift menggunakan TikTok untuk mengungkapkan daftar lagu melalui permainan rol bingo dan bola pingpong. Ini bukan kali pertama Swift terlibat dalam langkah-langkah pemasaran seperti ini.

Semakin Anda melibatkan pelanggan menggunakan gamifikasi atau informasi internal dan membuat mereka merasa sebagai bagian aktif, semakin mereka akan berinvestasi dan merasa bagian dari merek Anda.

Membuat dasbor pemasaran yang terintegrasi untuk melihat dan menganalisis semua interaksi pun akan membantu memberikan hasil yang lebih baik bagi pelanggan Anda.

BACA JUGA: Bubarkan Tim Pemasaran, Ini Marketing Lesson dari Tesla

2. Kolaborasi Kuat bak Elton John

Ketika pandemi COVID-19 membatalkan tur dunia Elton John, dia beralih dari tur untuk membuat musik baru. Pada tahun 2021, dia merilis The Lockdown Sessions yang menampilkan karya kolaborasi dengan sejumlah legenda musik, termasuk beberapa lagu yang direkam melalui Zoom.

Untuk merayakan perilisan album, John mengadakan Ultimate Zoom dengan para kolaborator. Manfaatkan jaringan mitra Anda untuk memaksimalkan upaya promosi Anda.

Baik itu pertukaran promosi, berpasangan dengan influencer yang relevan, atau berbagi data first-party, kerja tim yang kuat membawa Anda di depan audiens baru, menghasilkan hasil yang lebih besar.

Kerja sama juga membantu memberikan wawasan tambahan tentang pelanggan Anda, menggunakan kekuatan data dan pendengaran sosial untuk membuat pengalaman yang mereka inginkan.

3. Gimmick khas Josh Freese

Josh Freese, Drummer Foo Fighter merilis albumnya Since 1972 melalui Kickstarter. Namun, hadiahnya agak berbeda dari kampanye lainnya.

Penggemar bisa memenangkan paket seperti EP lima lagu yang ditulis dan direkam tentang kehidupan mereka, pelajaran terbang trapeze, dan bergabung dengan Freese dalam petualangan Disneyland, bahkan eks drummer Guns N Roses ini memberikan mobilnya.

Banyak merek menawarkan versi berbayar dari produk, layanan, dan konten. Lihat siapa yang merespons positif dari pelanggan Anda, dan jangan takut untuk bereksperimen. Jika Anda telah membangun hubungan yang kuat, mereka lebih cenderung mendukung Anda.

BACA JUGA: Intip 6 Strategi Marketing Taylor Swift Dalam Peluncuran The Tortured Poets Department

4. Olivia Rodrigo: Put Yourself in Customer Shoes

Olivia Rodrigo masih berusia 18 tahun ketika albumnya, Sour, menggemparkan dunia. Seperti kebanyakan anak berusia SMA lainnya, dia menantikan prom night. Namun, pandemi mengganggu rencana tersebut. Rodrigo pun mengambil langkah-langkah sendiri.

Dia mengadakan “Sour Prom,” konser musik yang di mana dia menyanyikan enam lagu dari albumnya yang dikemas dalam bentuk film pendek. Penggemarnya juga merindukan prom night mereka, dan Rodrigo secara sempurna terhubung dengan orang-orang yang sedang mengalami masa sulit.

Memahami penggemar Anda memungkinkan Anda memberikan yang terbaik untuk mereka. Mengumpulkan umpan balik dari komunitas online, belajar dari percakapan mereka dengan rekan sebaya dan sosial media dapat membantu Anda menciptakan hubungan yang lebih dalam dan lebih personal.

Menemukan momen-momen yang membuat merek Anda terhubung dengan audiens juga bisa memberikan peluang besar untuk dimanfaatkan.

5. Jay-Z dan Daft Punk, Jagonya Bikin Konsumen merasa Ekslusif

Jay-Z merilis satu juta salinan pertama dari Magna Carta Holy Grail sebagai unduhan gratis untuk pengguna Samsung. Sementara pemilik non-Samsung harus memesan secara offline.

Bawa pendekatan yang sama degan Jay-Z, Daft Punk juga mengadakan pesta perilisan album untuk Random Access Memories di Wee Waa, Australia. Ia juga merilis botol minuman bersoda edisi terbatas yang ditutupi dengan tutup berdesain Daft Punk.

Pelajaran dari keduanya, orang-orang memang suka menjadi bagian dari klub eksklusif. Di sini, Anda bisa memperkenalkan komunitas VIP atau menawarkan akses tambahan kepada pengguna yang mengadopsi produk lebih awal.

Untuk memulainya, tanyakan kepada pelanggan Anda apa yang paling menarik, lalu pastikan konten eksklusif itu berharga untuk membuat mereka tetap bersama Anda.

6. Personalisasi via Data seperti Spotify

Setiap tahun, Spotify Wrapped memberi tahu orang tentang artis yang paling sering mereka dengarkan, berapa lama mereka menghabiskan waktu menikmati musik, dan bagaimana mereka dibandingkan dengan pendengar lainnya.

Pengalaman interaktif dan menarik ini pun menjadi tradisi tahunan yang dinantikan banyak pengguna platform tersebut. Spotify juga membuat kampanye-kampanye yang menyenangkan berbasis data.

Pelajarannya, manfaatkan data yang Anda miliki. Jika Anda melihat adanya tren menarik, bagikan wawasan tersebut kepada pelanggan Anda dalam infografis dan postingan media sosial. Orang-orang suka belajar tentang diri mereka sendiri.

Dengan data, Anda seringkali dapat memberikan sesuatu yang konsumen tidak tahu tentang perilaku, kebiasaan, atau konsumsi mereka. Upaya ini pun bisa menjadi hadiah kecil untuk konsumen Anda.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related