Bahaso, Startup Yang Diharapkan Menkominfo Menjadi Unicorn

marketeers article
bahaso.com

Di era digital saat ini, banyak pihak yang melihat dan terus mengembangkan potensi dari bisnis di dalamnya. Perusahaan rintisan (startup) berbasis digital pun banyak bermunculan di negeri ini. Bukan sekadar bermunculan, Menteri Komunikasi dan informatika Rudiantara berharap banyak pebisnis digital tersebut bisa menjadi startup sesungguhnya. Bukan sekadar menguasai hal teknis membuat sebuah layanan, website, atau aplikasi mobile. Rudiantara menitikberatkan pada pengembangan monetisasi, permodalan, legal, dan pemasaran.

Salah satu startup yang tengah dilirik Rudiantara adalah Bahaso, sebuah platform media sosial pembelajaran bahasa asing. “Kami bermisi untuk membuat orang-orang Indonesia siap menghadapi era MEA dan globalisasi yang sudah lama masuk Indonesia. Hal ini penting, karena penjajahan di era sekarang bukan lagi mengangkat senjata, melainkan di sektor ekonomi,” jelas Tyovan Ari Widagdo saat meresmikan kantor barunya di kawasan Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Rudiantara yang hadir pada acara tersebut berpesan saat ini pemerintah tengah memiliki program seribu startup hingga tahun 2020 dengan nilai ekonomi digital yang ditargetkan pada saat itu mencapai US$ 130 miliar. “Pemerintah akan mendukung ekosistem startup ini. Semua pemain pun harus mampu tumbuh menjadi startup, bukan sekadar pengembangkan aplikasi. Di sini, setelah saya kulik Tyovan. Saya rasa Bahaso ini bisa jadi startup dan semoga suatu saat menjadi unicorn,” jelas Rudiantara.

Jika melihat ke lapangan, kira-kira baru ada tiga startup lokal yang segera menyandang status unicorn, yakni Traveloka, Go-Jek, dan Tokopedia. Unicorn sendiri bisa diartikan sebagai perusahaan pribadi yang memiliki nilai US$ 1 miliar atau lebih. Di dunia internasional, startup yang sudah menjadi unicorn pun sudah cukup banyak. Sebut saja, Uber, Xiaomi, Airbnb, Didi Kuaidi, Snapchat, Pinterest, dan masih banyak lagi.

“Kami merilis Bahaso ini pada 4 April 2016. Kini kami sudah bisa ditemui di website dan aplikasi Android dan iOS. Kini, kami telah memiliki member aktif sebanyak 12 ribu member. 128 di antaranya adalah tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Dubai,” lanjut Ari.

Untuk saat ini, Ari mengakui pihaknya baru menyediakan satu bahasa pilihan saja untuk bisa dipelajari, yaitu Bahasa Inggris. Ke depannya, menyusul Mandarin, Arab, Jepang, Perancis, Belanda, Korea, Jerman, Rusia, hingga sepuluh bahasa asing yang ditargetkan rampung dalam tiga tahun. Ari juga menyebutkan, Bahaso masih menyediakan layanan secara gratis sebelum nantinya akan dikembangkan fitur yang premium guna mendukung upaya monetisasi Bahaso.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related