G20: Pemimpin Dunia Sepakat Atasi Ketimpangan Pendapatan

marketeers article

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Tiongkok mungkin tidak menghasilkan banyak terobosan kebijakan yang berarti. Akan tetapi, para pemimpin dunia setuju pada satu hal, yaitu bahaya laten dari ketimpangan pendapatan.

Pemimpin dari berbagai latar belakang negara dan ideologi itu menekankan pentingnya pertumbuhan pendapatan yang lebih merata dalam ekonomi global.

“Mantra” tersebut didengungkan pertama kali oleh Presiden Amerika Serikat Barrack Obama. Begitu juga dengan Kepala Dana Moneter International Christine Lagarde yang mengimbau negara-negara untuk menciptakan pertumbuhan yang inklusif.

Obama memanfaatkan konferensi global tersebut untuk menyuarakan suara segenap keluarga dan kelas pekerja yang merasa perekonomian tidak membantu mereka keluar dari kemiskinan.

“Kita harus berbuat lebih banyak agar upah tumbuh lebih cepat, sehingga mampu menciutkan ketidaksetaraan lebih cepat pula. Hal ini memberikan semua orang kesempatan yang sama dalam perubahan ekonomi,” kata Obama.

Ia melanjutkan, ketimpangan pendapatan yang terjadi di setiap negara harus menjadi fokus dari G20 ke depannya. “Negara harus memastikan bahwa manfaat dari globalisasi dan kemajuan teknologi dapat dirasakan pula oleh lebih banyak pekerja dan keluarga,” tambahnya.

Bukanlah hal sulit untuk memahami mengapa pemimpin dunia begitu prihatin dengan masalah ketimpangan pendapatan tersebut. Populisme yang berkembang di banyak negara maju dianggap mengancam perdagangan bebas yang telah terjadi selama puluhan tahun, dan mengganggu hubungan yang ada.

Faktanya, orang dengan upah rendah, serta mereka yang berkualifikasi dan berketerampilan minim merupakan penyokong suara di balik kemenangan Brexit yang membuat Inggris Raya meninggalkan Uni Eropa setelah lebih dari 40 tahun lamanya.

Di Amerika Serikat, calon presiden dari Partai Demokrat maupun Republik telah berbicara secara blak-blakan untuk menentang Trans-Pacific Partnership atau blok perdagangan bebas di Asia Pasifik. Sebab itu, obat terbaik terhadap pemikiran ini adalah pendapatan yang lebih adil.

“Negara harus mengerahkan tenaga untuk mengurangi ketimpangan yang berlebihan dan meningkatkan prospek ekonomi, terutama untuk kelompok berpenghasilan rendah dan kelas pekerja,” kata Lagarde.

Theresa May, yang menjadi Perdana Menteri Inggris paska Brexit mengatakan bahwa para pemimpin dunia harus menemukan cara untuk “Meningkatkan perdagangan bebas dan membangun ekonomi yang lebih adil yang benar-benar bekerja untuk semua orang.”

Bahkan, Xi Jinping, Ketua Partai Komunis Tiongkok, yang negaranya mungkin tidak terkena dampak dari sentimen populis mengakui bahwa adanya manfaat ketika kegiatan ekonomi disebar ke banyak orang, bukan sekelompok.

“Kami berharap untuk mengirim sinyal kepada dunia bahwa G20 tidak hanya milik negara anggota, tetapi juga seluruh dunia,” katanya.

Ia menambahkan, “Tujuan kami semua di sini adalah untuk memastikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi akan menguntungkan semua negara dan mayoritas dari rakyatnya secara adil.”

Editor: Sigit Kurniawan

Related