Tren Masyarakat Siapkan Keuangan Jelang Pensiun

marketeers article
12361627 elderly couple counting euro money on living room table

Masa pensiun merupakan masa yang dikhawatirkan oleh banyak orang. Kekhawatiran finansial menjadi momok utama bagi individu yang akan segera memasuki masa tersebut.

Berdasarkan data dari Manulife Investor Sentimen Index (MISI) ada harapan tinggi dari masyarakat ketika memasuki masa pensiun mereka masih akan menghirup gaya hidup yang sama dengan saat ini, bahkan beberapa berharap dapat menikmati gaya hidup yang lebih baik lagi. Padahal tanpa disadari simpanan dana mereka akan terus menyusut akibat dari pengeluaran di masa pensiun.

Data MISI menyebutkan bahwa kebanyakan calon pensiunan di Indonesia optimistis dengan masa depan mereka. Sebanyak 71% investor yakin bahwa mereka sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai beragam tujuan keuangannya, dan bahkan 10% investor yakin mereka akan melampaui target. Sebaliknya, hanya 19% investor yang merasa khawatir akan kehabisan uang pada masa pensiun nanti.

Nampaknya produk keuangan perencanaan pensiun yang ditawarkan oleh pelaku perbankan dan asuransi menjadi produk yang banyak diminati oleh masyarakat, setelah produk pendidikan anak.

“Senang sekali melihat investor di Indonesia sangat antusias mempersiapkan masa depan mereka. Namun untuk merasakan pensiun yang nyaman dibutuhkan waktu dan perencanaan yang tepat. Dan sayangnya, tidak ada jalan pintas untuk hal tersebut. Investor harus realistis akan biaya masa depan mereka, termasuk biaya kesehatan dan kewajiban pada keluarga,” ujar Karyadi Pranoto, Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia.

Data MISI juga menyebutkan bahwa 24% dari responden MISI hanya mengalokasikan dana kurang dari 10% tabungannyan untuk simpanan pensiun. Separuh dari responden MISI berharap dapat mengumpulkan dana pensiun sebesar RP 100 juta. Padahal, angka tersebut hanya bisa bertahan dua-tiga tahun.

Temuan MISI ini juga mengungkapkan masih banyak yang salah dalam memahami produk investasi dan potensi keuntungannya, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan kekayaannya. 94% responden masih beranggapan bahwa tabungan dan deposito adalah produk investasi.

Keengganan dalam mengambil risiko juga turut membatasi kemampuan mereka untuk mengumpulkan kekayaan. Sebanyak 74% dari responden lebih memilih investasi yang berisiko rendah. Hal ini terlihat dari menguatnya sentimen terhadap dana tunai yang meningkat, dari 71% pada Q4 2015 menjadi 88% pada tahun 2016.

“Setiap investor berhak mendapatkan imbal hasil dari simpanan hasil jerih payahnya. Investasi pada saham dan obligasi sering kali memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan tabungan. Bagi investor yang tidak mengetahui bagaimana cara mengakses produk investasi tersebut, mereka harus mencari bantuan dari ahlinya. Khusus untuk investor muda, mereka harus mencari bantuan dari sumber yang terpercaya untuk memastikan bahwa mereka membuat pilihan yang terbaik untuk jangka panjang,” ungkap Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.

Survei MISI juga mengungkap bahwa investor di Indonesia terus mengharapkan imbal hasil investasi yang tinggi. Tahun lalu, para investor mengharapkan imbal hasil rata-rata sebesar 11,6% untuk tahun 2017.

”Para investor harus lebih realistis dalam mengharapkan tingkat imbal hasil yang bisa mereka dapatkan dalam waktu satu tahun. Dengan menyimpan sebagian besar kekayaannya dalam bentuk tabungan dan deposito jangka panjang, hampir bisa dipastikan bahwa mereka akan kesulitan untuk mencapai imbal hasil yang diharapkan,” kata Legowo.

Ia menambahkan jika investor mau mengambil risiko yang lebih tinggi dan mengalokasikan sebagian kekayaannya pada produk seperti reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap, para investor ini akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan imbal hasil investasi yang sesuai dengan harapan.

“Para investor harus membuat portofolio pensiun yang tepat bagi diri mereka. Tidak ada rumusan komposisi portofolio pensiun yang baku. Setiap orang memiliki tingkat toleransi risiko dan harapan imbal hasil yang berbeda. Melakukan konsultasi dengan ahli keuangan dan memiliki perencanaan masa depan merupakan salah satu cara yang akan menguntungkan investor, terlepas dari apa pun tujuan pensiunnya,” tutupnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related