Jalankan Strategi O2O, Mataharimall.com Garap Konsumen Offline

marketeers article
39385269 delivery concept. boxes on pallet in the warehouse. 3d

Berdiri pada September 2015, kini Mataharimall.com terus mempertahankan strategi O2O (Online to Offline) dalam bersaing di pasar e-commerce Indonesia. Mataharimall.com meyakinkan tidak akan terjadi kanibalisasi untuk sister company-nya yaitu Matahari Department Store. Justru, Mataharimall.com ingin melengkapi layanan yang ada dengan melayani O2O.

Menurut data Temasek dan Google, pasar e-Commerce di Indonesia pada tahun 2025 diprediksi akan mencapai US$ 46 miliar. Tapi, porsi ritel pada 2017, masih kurang dari 5% yang berbelanja online. Sementara 95% masyarakat di Indonesia masih berbelanja offline. Pada tahun 2025, porsi ritel diprediksi hanya 30% yang masuk online dan 70% masih di offline.

Alvin Aulia Akbar, Head of Partnership & SME Development mengatakan terdapat paradigma yang memandang e-commerce itu memiliki kuenya sepotong. Jadi, beberapa perusahaan e-commerce ini harus berbagi. Kalau kuenya tidak dibesarkan, maka ada yang mati.

“Kami ambil paradigma yang berbeda. Karena customer banyak yang berbelanja offline, kami menargetkan konsumen di offline. Meski begitu, kami tetap menargetkan konsumen online,” kata Alvin dalam acara MarkPlus Center dor Retail and Consumer bertajuk The Differentiation Game: The Race to Rise above The Rest di MarkPlus Campus, Jakarta, Senin (20/3/2017).

Lebih lanjut Alvin mengatakan, kesulitan orang shifting dari belanja offline ke online adalah soal kepercayaan. Orang masih ingin melihat barang secara langsung, apalagi produk fesyen dan elektronik. Tentu, bagi konsumen yang berbelanja di offline, soal kepercayaan tidak perlu dipertanyakan. “Ini pasar yang kami ingin ambil,” tambah Alvin.

Alvin menambahkan, Mataharimall.com berambisi menjadi e-commerce pertama yang profitable di Indonesia. Mataharimall.com menginginkan bisnis yang sustain. Alvin berujar, perusahaan e-commerce seperti Mataharimall.com tidak bisa terus-terusan memberikan diskon, membakar uang, namun tidak untung.

“Tiga tahun lalu, saat meeting dengan investor, mereka bertanya bagaimana dengan acquisition dan target pertumbuhan. Sekarang, yang lebih ditanyakan bagaimana dengan revenue dan bisa profit berapa tahun lagi,” tambah Alvin.

Saat ini, Mataharimall.com memiliki 180 plus O2O point, 76 pick up points, 22 e-kiosk, dan 3 e Store. Jadi, kalau jalan-jalan ke mall tertentu, konsumen bisa menemui toko Mataharimall.com. Aktivitas yang dilakukan di toko adalah transaksi. Di toko itu, kami men-display produk. Sehingga konsumen hanya perlu memilih. Lalu, barang yang diinginkan bisa dibawa saat itu juga.

“Konsumen bisa belanja di sana dengan menggunakan metode pembayaran seperti kartu kredit, cicilan tanpa kartu kredit, bahkan COD (Cash on Delivery),” ujarnya.

Alvin menambahkan, melalui tokonya tersebut, Mataharimall.com bisa menjadi agen bagi para UKM yang ingin mengirim barang. Toko mataharimall.com akan menjadi storage bagi UKM tersebut. Kami membebaskan biaya untuk UKM yang ingin menaruh barang, namun kami menerapkan komisi di online,” tambahnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related