Penghargaan Subroto, Upaya Menteri ESDM Dorong Kinerja Industri

marketeers article
Menteri ESDM Ignasius Jonan pada Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto

Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pertama kalinya menggelar Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto. Acara ini digelar dalam rangka memeringati hari jadi pertambangan dan energi ke-72. Penganugerahan Penghargaan Subroto ini merupakan apresiasi pemerintah kepada masyarakat baik individu, golongan maupun instansi, termasuk jurnalis atas kepedulian dalam memajukan sektor ESDM.

“Ini adalah penghargaan pertama yang digelar oleh Kementerian ESDM. Nama Penghargaan Subroto ini terinspirasi dari apa yang telah dilakukan Subroto sebagai Menteri Pertambangan dan Energi RI periode 1978-1988. Tema tahun ini adalah energi yang berkeadilan,” ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan saat menyampaikan sambutannya di Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Jonan melanjutkan, tema tersebut diangkat karena sesuai arahan Presiden Jokowi untuk mencoba menerapkan amanah UU 1945 dalam rangka kesejahteraan rakyatnya yang lebih baik. Jonan juga menyebutkan bahwa ada beberapa elemen yang tengah dibangun untuk mewujudkan semua itu. Salah satunya adalah Rasio Elektrifikasi.

“Saat ini, elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 92,8%. Pemerintah pun menargetkan pada tahun 2019, angka tersebut bisa mencapai 97%. Saya mendorong tim saya untuk mencapai target lebih dari itu,” lanjut Jonan.

Rinaldi Dalimi sebagai Ketua Dewan Juri Penghargaan Subroto menyebutkan bahwa ajang ini untuk menginspirasi semua pihak. Dengan adanya pengharagaan ini, diharapkan perusahaan terus memperbaiki kualitas layanan mereka, terkait efisiensi yang dilakukan, teknologi yang diperbarukan, dan sikap kerja yang lebih baik guna melahirkan penggunaan enegri yang lebih baik.

“Tentu muaranya selain kinerja perusahaan yang lebih baik yang berpengaruh terhadap keuntungan pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi nasional,” jelas Rinaldi saat berbincang bersama Marketeers.

Namun baginya ada satu kendala yang masih menyelimuti ajang ini. Kendala tersebut adalah masalah sosialisasi yang masih kurang. Bayangkan saja, dari peserta yang mengikuti ajang ini, hanya 10% atau sekitar 100 peserta dari total perusahaan yang ada di Indonesia. Bukan karena mereka melihat ajang ini tidak mereka perlukan, tetapi karena sosialisasinya kurang.

“Kami melihat publikasi bisa menjadi ajang yang baik. Khususnya media cetak agar mampu menjangkau seluruh wilayan di Indonesia, khususnya yang belum tersentuh internet,” tutup Rinaldi.

Editor: Sigit Kurniawan

Related