Jaringan Internet 5G Diperkirakan Masuk Indonesia Tahun 2020

marketeers article
72630713 man turning the mobile network selector button to the next 5g generation. telecommunication standards concept. composite between an image and a 3d background.

Belum selesai jaringan 4G merambah seluruh Nusantara, wacana dan rencana untuk mengembangkan teknologi 5G sudah mulai dimulai di Indonesia. Beberapa negara seperti Eropa dan China memang sudah mencanangkan untuk menggas jaringan 5G mereka dalam beberapa tahun ke depan.

Sementara Indonesia walau baru wacana, tidak menutup kemungkinan jaringan internet atau data generasi kelima tersebut bisa dinikmati secara komersial pada 2020 mendatang. “Setidaknya 2020 seharusnya sudah bisa digunakan secara komersial. Atau paling telat 2021,” ujar VP Head of Network Product Unit Ericsson Indonesia Ronni Nurmal di Jakarta pada Kamis (6/7) 2017.

Patokannya adalah negara-negara lain. Jika sudah mulai banyak yang mengembangkan jaringan 5G di negara masing-masing, otomatis negara lain akan mengikuti. Setidaknya negara-negara yang memulai membangun terminal jaringan 5G dahulu, baru kemudian negara-negara lain mulai memperlebar dari jaringan yang sudah ada. Dengan semakin masif penggunaan terminal 5G di berbagai negara, teknologi tersebut lama-lama akan semakin turun harganya dan pengadaptasiannya bisa semakin masif.

Selain pengembangan teknologi sudah dimulai, keyakinan Ronni berdasar pada adaptasi masyarakat dan pemain-pemain teknologi di Indonesia soal 4G. Ia menilai antusiasme digunakannya jaringan generasi keempat tersebut terbilang cukup tinggi.

Apalagi mengingat populasi pengguna internet di Indonesia masih jauh dari angka total penduduk di Indonesia. Artinya masih banyak ruang untuk terus menambah jumlah pengguna di mana sekarang ini sedang gencar-gencarnya penggunaan jaringan 4G, terutama dari segi mobile.

Namun nyatanya persentasi pengguna 4G alias LTE di Indonesia baru 10% saja berdasarkan riset Ericsson. Dan walau diperkirakan 5G sudah masuk pada 2020 – 2021, mereka memperkirakan pengguna LTE baru akan menyentuh 65% pada 2022 nanti.

Penyerapan Aplikasi Lokal Rendah

Optimisme itu salah satunya didorong oleh data di mana dari total penambahan 107 juta pengguna mobile internet seluruh dunia pada kuartal pertama 2017, Indonesia menyumbangkan angka 10 juta. Artinya sepanjang tiga bulan pertama tahun ini ada penambahan pengguna internet lewat perangkat mobile sebanyak 10 juta.

“Ada lima negara yang penambahannya tertinggi di dunia, Indonesia salah satunya dan ada di peringkat ketiga. Peringkat pertama diduduki India (43 juta) lalu China (24 juta). Negara-negara maju seperti Eropa dan AS pertambahannya kecil karena memang penetrasi mereka sudah mendekati jumlah total populasi,” sambung Ronni.

Jika dihitung-hitung berdasarkan data global, saat ini ada sekitar satu juta penambahan pengguna mobile internet setiap hari. Jika tren tersebut berjalan terus, sampai 2022 totalnya akan berjumlah sembilan miliar pengguna internet mobile. Di tahun yang sama pula diperkirakan pengguna jaringan 5G secara global akan menyentuh setengah populasi dunia.

Jumlah pengguna internet mobile itu dihitung juga dari volume pemakaian data. Saat ini diperkirakan pengguna smartphone secara global rata-rata menghabiskan sekitar 2,1 GB per bulan. Diperkirakan pada 2022 nanti penggunaannya mencapai 12 GB.

Angka tersebut juga diperkirakan terjadi di kawasan regional Asia Tenggara termasuk kawasan Oseania. “Sekarang penggunaan data smartphone per bulan regional mencapai 1,8 GB per bulan. Jika nanti 2022 mencapai 12 GB, artinya peningkatannya sampai tujuh kali lipat,” ungkap Ronni.

Mayoritas penggunaan sudah pasti untuk konsumsi video. Aplikasi juga masih menjadi favorit pengguna smartphone. Menurut Ronni, masyarakat Indonesia sangat menikmati aplikasi perbankan, belanja, transportasi, dan travel.

Namun untuk proporsi aplikasi dalam negeri, Indonesia terbilang cukup rendah dibanding negara-negara Asia Tenggara lain. “Orang Indonesia rata-rata hanya memakai 12% aplikasi buatan lokal dalam smartphone mereka. Bandingkan Singapura sudah 23%. Dengan Vietnam pun kita kalah karena penggunaan aplikasi lokal di sana mencapai 21%,” tutup Ronni.

    Related