Agar Barang Selamat, Perusahaan Kargo Terapkan Trik Cookies

marketeers article
46161819 auckland sep 15:air transport luggage in auckland international airport on sep 15 2013.unaccompanied luggage led to downing of two flights when a bomb inside the suitcase exploded in 1985 and 1988.

Selain Garuda Indonesia, maskapai Lion Air ternyata memiliki layanan kargo bernama Lion Parcel yang baru didirikan tiga tahun lalu. Pasarnya tentu saja pemain-pemain di sektor e-commerce di mana Lion Parcel menggunakan pesawat penumpang biasa dengan memanfaatkan ruang kosong di bawah kabin penumpang untuk menyimpan kargo.

Lion Parcel juga menyediakan layanan end to end service dalam layanannya sehingga memungkinkan perusahaan untuk menikmati layanan berkirim dijemput langsung dari lokasi barang diambil. “Dengan pesawat miliki sendiri tentu saja kami punya waktu pengantaran lebih cepat. Harga kami jamin kompetitif, bahkan sampai Indonesia Timur sekalipun. Contohnya, dari Jakarta ke Papua bisa sampai sehari. Ditambah proses perizinan dan lain-lain, barang bisa sampai tiga sampai empat hari door to door,” ujar CEO Lion Parcel Gunardi di Jakarta pada Selasa (29/11/2016).

Ia juga mengklaim bahwa maskapai Lion punya rute paling banyak ke arah Papua sehingga Indonesia Timur bisa dijangkau dengan mudah. Namun, tentu saja ke wilayah atau kota di mana Lion beroperasi, daya jangkaunya tidak sulit. Semua barang bisa dikontrol sendiri sehingga kualitas ketika sampai ke konsumen dijamin baik. Ketika masuk ke wilayah kabupaten di luar rute, ceritanya lain.

Gunadi berkolaborasi dengan partner logistik lain untuk menempuh jalur darat sulit dijangkau. Tantangannya adalah dengan kendali di luar pengawasan Lion, kualitas barang sulit dijaga. Terkadang semua barang cara penanganannya disamakan walau seharusnya tidak bisa karena tekstur setiap barang berbeda-beda. Gunadi punya trik untuk itu.

“Jangan sampai semua barang diperlakukan sama seperti barang bertekstur keras. Tapi, untuk barang yang sudah dilabeli dengan cap tertentu, akan diperlakukan berbeda. Biasanya, kami sering melabeli barang-barang agar kualitasnya tetap baik dengan cap “cookies”. Artinya, dengan menuliskan keterangan isi barang ada makanan atau kue, maka penanganannya akan jauh lebih halus dibanding barang seperti inventori keras,” ungkap Gunadi.

Soal pengiriman barang ke pelosok sebenarnya hanya satu masalah yang harus dihadapi Lion Parcel. Tidak hanya Lion, semua pemain kargo pun sebenarnya menghadapi hal serupa. Selain soal penanganan, pengiriman ke pelosok menggunakan partner juga akan memakan waktu lebih lama.

Masalah lain adalah soal regulasi. Menurut Gunardi yang cukup membuat pengiriman barang lebih tinggi dari harga seharusnya bukan dari soal transportasi saja, tetapi juga aturan karantina. Komoditas seperti daging atau buah dikenakan surat karantina sehingga secara operasional lebih mahal karena biaya penyimpanan.

“Kalau komoditasnya seperti bibit itu tidak apa-apa. Nah, regulasi seperti ini harus dipertimbangkan lagi,” sambung Gunardi.

Salah satu cara agar Lion Parcel tetap bisa bersaing adalah dengan meniadakan biaya on board compartment. “Saya yakin kami jauh lebih murah 20% sampai 30% dibanding kompetitor,” tutupnya.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related