Ajang Ke-45, Titik Balik Abang None Menuju Youth Movement

marketeers article

Perhelatan Abang None Jakarta telah memasuki usia ke-45 tahun. Tahun 2016 ini menjadi momentum bagi Abang None (abnon) untuk bertransformasi sebagai sebuah gerakan pembangunan anak muda, dan meninggalkan jauh-jauh kesan “pagar ayu” seremonial Ibukota.

Pada malam final pemilihan Abang None Jakarta 2016, Sabtu malam, di The Kasablanka, Jakarta Selatan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa pemilihan abnon kali ini tidak boleh lagi difungsikan sebagai alat pemanis acara seremonial pemerintah Jakarta.

“Abnon ini adalah generasi muda yang unggul, yang kita maksimalkan potensinya untuk menjadi tauladan atau contoh yang menginspirasi generasi muda,” ucap Djarot saat memberikan kata sambutan di acara yang dipandu Elsa Mayori dan Reza Herlambang itu.

Abnon, lanjut Djarot, harus mampu menjelaskan kepada masyarakat Indonesia dan dunia internasional tentang potensi ekonomi yang dimiliki Jakarta. “Tentang bagaimana pemerintahan Jakarta dikelola dan mengenai budaya betawi,” ujarnya.

Para finalis pun diterpa banyak pengetahuan selama proses karantina, baik di bidang kebudayaan, pemerintahan, ekonomi, hubungan masyarakat, hingga marketing yang diberikan oleh guru pemasaran Indonesia Hermawan Kartajaya.

Abang None Jakarta 2016 diikuti oleh 36 finalis (18 pasang), yang mana Abang None Jakarta 2016 jatuh kepada Taufik Hidayat dari Jakarta Timur dan Yasmine Kurnia dari Kepulauan Seribu.

Youth Development

Potensi Abang-None sebagai sebuah gerakan pemuda-pemudi memang sangat memungkinkan. Bayangkan, setiap tahunnya, sekitar 180 anak muda menjadi finalis abang-none yang mewailiki enam wilayah administratif Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Selatan, Barat, Timur, Utara, dan Kepulauan Seribu.

“Abnon adalah orang-orang terpilih. Bayangkan, Abnon hadir sejak tahun 1971. Bisa dihitung berapa banyak pemuda-pemudi yang bisa memberikan kontribusinya pada Ibukota, maupun pada Indonesia,” ujar Ilham Yamin, Public Relation Ikatan Abang None Jakarta (IANTA) kepada Marketeers.

Diakui Ilham, selama bertahun-tahun lalu, para alumni abnon saling berpisah satu sama lain paska masa jabatan berakhir. Kala itu, belum ada satu wadah yang menaungi para jebolan abnon untuk tetap saling berinteraksi dan melakukan transfer pengetahuan di bidangnya masing-masing.

Barulah, pada tahun 2010, IANTA berdiri dengan tujuan memperkuat solidaritas antaranggota abnon dan yang paing penting adalah melakukan aksi pembangunan pemuda.

“IANTA mulai menjadi organisasi profesional sejak dua tahun lalu, yang mana kami memiliki empat departemen yang memiliki fungsi dan peranan yang jelas,” tutur Ilham.

Satu dari empat departemen tersebut adalah community development, yang fokus pada ajang olahraga, seni, dan edukasi. Di bidang edukasi misalnya, IANTA bekerja sama dengan Kelas Inspirasi untuk melakukan sharing di SD Tegal Parang, Mampang. Pemaparan tersebut dibawakan oleh para alumni abnon.

“Para alumni abnon menekuni karier yang beragam dan cemerlang. Hal itu dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak untuk tetap mengejar cita-citanya setinggi langit dan pantang menyerah. Motivasi itu yang ingin kita sampaikan kepada generasi muda,” paparnya.

Di bidang budaya, Abnon menyusun buku panduan Abang None bekerja sama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB). Buku tersebut memuat standarisasi baju tradisional Betawi, salam Abang None, hingga unsur budaya lain, seperti silat, tari, dan sebagainya.

Sebagai organisasi baru, IANTA tentu membutuhkan revenue stream untuk menjalankan operasionalnya sehari-hari. Selain ada donasi anggota per bulan, IANTA juga memperoleh management fee dari event-event yang melibatkan mereka.

“Misalnya, ada pihak swasta yang menggunakan jasa event organiser kami, atau memakai jasa teater Abnon,” tutur Ilham.

Saat ini, IANTA digawangi 84 orang, yang mana 10%-nya adalah anggota aktif. Ilham bilang, IANTA yang berbadan hukum yayasan, memiliki visi sebagai sebuah social business dalam beberapa tahun ke depan.

Paguyuban ini, lanjutnya, dapat meyalurkan ide-ide para Abang None untuk membantu menyelesaikan permasalahan Ibukota. “Selain kami ingin membantu dinas pariwisata, kami juga ingin memberikan dampak riil kepada masyarakat dalam berbagai bentuk,” pungkas alumni Abang None 2011 ini.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related