Akankah Investasi India Mekar di Indonesia?

marketeers article
MUMBAI, INDIA 12 JANUARY 2015: Indian workers sew in clothing factory in Dharavi slum. Post-processed with grain, texture and colour effect.

Konfederasi Industri India memboyong sekitar 17 CEO perusahaan India saat bertamu di Jakarta, 18-19 Juli 2016.  Kunjungan tersebut bertujuan meningkatkan hubungan ekonomi antarkedua negara, mengingat banyak potensi kerja sama dan investasi yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Kunjungan para CEO itu juga merupakan tindak lanjut dari diskusi yang diadakan selama kunjungan Menteri Perhubungan RI Ignasius Jonan ke India pada acara Make in India Week, Februari silam.

Dengan perdagangan bilateral sebesar US$ 15,9 juta pada 2015-2016, Indonesia menjadi mitra dagang terbesar India di kawasan ASEAN. Sebaliknya, India adalah mitra dagang kedelapan terbesar bagi Indonesia dengan nilai setara Rp 191 triliun atau 4,9% dari total perdagangan Indonesia tahun lalu.

“Ada potensi besar untuk memperluas perdagangan antarkedua negara di bidang komponen otomotif, mobil, produk permesinan, IT, farmasi, bio-teknologi dan sektor kesehatan,” ujar Dr Naushad Forbes, Presiden CII di Shangri-La Jakarta.

Skenario investasi di Indonesia sangat mendukung. Ada sekitar 50 investasi India berjenis joint ventures di Indonesia dengan investasi yang cukup besar dalam sektor infrastruktur, listrik, tekstil, baja, otomotif, mesin pertambangan, perbankan dan barang konsumsi.

“Kunjungan ini datang pada waktu yang sangat tepat. India dan Indonesia sedang berjuang untuk membuat transformasi besar dalam bidang sosial-ekonomi melalui inisiatif ekonomi,” kata Chandrajit Banerjee, Direktur Jenderal CII.

Delegasi CII termasuk anggota industri India tertarik untuk memperluas usaha mereka, seperti di bidang manufaktur. Salah satu perusahaan India yang getol mengincar pasar dalam negeri adalah Godrej, perusahaan konsumer rumah tangga.

Adi Godrej, CEO Godrej Group mengatakan Indonesia merupakan mitra bisnis internasionalnya dan merupakan kunci bagi perkembangan strategis bagi Godrej.

Kami percaya Indonesia memilliki potensi luar biasa besar. Kami telah melakukan investasi signifikan dengan mengakuisisi Megasari Group dengan kategori utama yang terkenal, yaitu merk Hit, Stella dan Mitu,” papar Mantan Presiden CII ini.

Selama kunjungan dua hari itu, delegasi CEO Indonesia bertemu sederet meneteri dan pejabat setingkat menteri, seperti Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perhubungan, Sekretaris Kabinet, Wakil Ketua BKPM, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, serta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).

Selain Naushad Forbes dan Adi Godrej, delegasi yang hadir antara lain Wakil Pimpinan Forbes Marshall Pvt Ltd Farhad Forbes,  CEO GMR Energy G B S Raju, Managing Director Pidilite Industries Limited Bharat Puri, CEO Adani Enterprises Ltd Vinay Prakash, Direktur Rajshree Sugars & Chemicals Ltd R Varadarajan, dan lainnya.

India di Sektor Industri

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pengusaha India untuk memacu investasinya di sektor industri Tanah Air. Adapun peluang yang bisa dioptimalkan oleh India antara lain kerja sama produksi bahan baku obat, mesin industri, dan pengembangan kawasan industri.

Saleh Husin, Menteri Perindustrian menyatakan, ketersediaan bahan baku obat yang diproduksi di dalam negeri teramat dibutuhkan. Sebab, selama ini, lebih dari 90% bahan baku obat adalah impor dari Tiongkok dan India.

“Dengan peningkatan kerja sama investasi di industri bahan baku obat, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor serta mengembangkan industri farmasi nasional,” ungkapnya seperti dikutip dari koran-jakarta.com, saat menyambut delegasi konfederasi di Kemenperin, Jakarta, Senin (18/7).

Per tahun lalu, realisasi investasi India di sektor industri Tanah Air mencakup 43 proyek dengan total investasi US$ 15,5 juta. Angka ini meningkat dari tahun 2014 yang hanya 19 proyek dengan investasi saat itu sebesar US$ 12,89 juta.

Adapun sektor industri yang diinvetasikan meliputi industri makanan, industri tekstil, dan industri alat angkut serta transportasi.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related