Alasan Ritel Fisik Tak Bakal Ditinggalkan

marketeers article

Salah satu yang sering dianggap korban dari derasnya arus digitalisasi adalah ritel. Hadirnya belanja daring memunculkan ketakutan bahwa penjualan di toko fisik terancam. Benarkah digitalisasi membuat bisnis ritel bakal gulung tikar?

Irwan Ardhiansyah, Managing Director Omni Marketing Global (OMG) menampik ketakutan itu. Baginya, di tengah berkembangnya paltform daring, toko fisik justru masih diperlukan. “Ada pengalaman berbelanja yang tidak didapatkan pelanggan ketika berbelanja daring. Ritel fisik masih memiliki banyak keunggulan. Toko fisik itu menyuguhkan memorable experience. Ada pengalaman menyentuh dengan sengenap panca indera,” ujar Irwan.

Meski demikian, sambung Irwan, toko fisik tidak boleh lupa untuk mentransformasi diri di tengah digitalisasi. Sebaliknya, pemain ritel harus bisa mengintegrasikan daring dan luring. “Jangan lupa, toko fisik bukanlah sekadar showcase atau tempat display produk. Toko fisik juga harus mampu menghadirkan interaksi,” katanya.

Interaksi di toko sangat penting, sambung Irwan, karena interaksi ini mampu mengubah keputusan belanja konsumen. “Biasanya, sebelum ke toko, biasanya pelanggan punya daftar belanjaan. Tapi, 81 % mereka mengubah daftar itu karena pengaruh interaksi,” kata Irwan.

Soal lamanya interaksi, format toko sangat memengaruhi. Makin besar tokonya, makin besar waktu untuk interaksi. Minimarket memiliki waktu interaksi hanya lima hingga sepuluh menit, supermarket selama satu jam empat menit, hipermarket selama satu jam tiga puluh enam menit.

“Sesuai tren belanja konsumen saat ini, masa depan ritel ada di omnichannel. Soalnya, perjalanan belanja konsumen saat ini terbilang kompleks yang menggunakan platform daring maupun luring,” pungkasnya.

Related