Ambisi Dell Bangun Rantai Pasokan Yang Terukur

marketeers article

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan teknologi Dell mulai melakukan inovasi untuk mengatasi masalah lingkungan. Dalam inovasi itu, Dell menggunakan sampah plastik yang umumnya berakhir mencemari lautan (ocean-bound plastic) sebagai salah satu material untuk kemasan produk mereka.

Oliver Campbell, Director Procurement & Packaging Innovation Dell menjelaskan bahwa saat ini kondisi ekosistem laut di seluruh dunia sudah memprihatinkan. Sebab itu, Dell bergabung bersama gerakan Lonely Whale, NGO yang peduli pada masalah pelestarian laut, bersama-sama mendirikan konsorsium NextWave. Ini adalah konsorsium lintas industri yang sama-sama memiliki kepedulian untuk mengurangi masalah sampah plastik laut dan lingkungan dengan membangun jaringan global rantai pasokan pertama di dunia yang fokus pada ocean-bound plastic.

Untuk proyek pertamanya, Dell menggunakan hasil daur ulang sampah plastik yang tersebar di lautan sebagai salah satu komponen utama untuk kemasan produk Dell XPS 13 2-In-1. Kepada Ramadhan Triwijanarko dari Marketeers, Oliver menjelaskan latar belakang inisiatif ini dan harapannya ke depan untuk bisnis Dell.

Bagaimana Anda melihat kondisi lingkungan laut saat ini?

Kondisi saat ini tidak baik. Statistik menyebutkan kalau setiap tahunnya, jutaan ton sampah plastik mengalir ke laut. Kalau tren ini terus berlanjut, pada tahun 2050 akan ada lebih banyak sampah ketimbang biota laut. Saya rasa ini berita yang sangat buruk.

Tapi berita baiknya ada beberapa organisasi seperti NextWave, yang mengumpulkan tenaga, sumber daya dan melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi ancaman ini. Dan bukan hanya masalah pencemaran laut tapi seluruh lingkungan, udara dan lainnya. Pertumbuhan populasi pada 2030 nantinya juga akan membutuhkan sumber daya alam lainnya. Ini tantangan besar bagi kita semua.

Apa langkah yang dilakukan oleh Dell untuk isu lingkungan laut?

Jika perusahaan seperti Dell dan organisasi seperti NextWave bisa menghadirkan solusi yang secara komersial terukur, rasanya kami semua bisa mengantisipasi masalah ini. Kami menggunakan material daur ulang sampah plastik dalam kemasan produk kami. Menurut saya, ini langkah yang penting. Pada dasarnya, ini kembali ke visi awal Dell ketika didirikan di Texas. Visi kami adalah mengaplikasikan teknologi untuk membantu manusia dan lingkungan. Saya rasa visi tersebut masih relevan sampai sekarang.

Beberapa tahun lalu Dell mulai menggunakan material sampah plastik sebagai kemasan produk. Apa pertimbangannya?

Sebenarnya Dell sudah mulai tergerak dengan isu ini sejak tahun 2008. Kami punya misi untuk menggunakan 100 juta pon (± 45.000 ton) sampah plastik sebagai kemasan produk kami pada 2020. Kami saat ini sudah menggunakan 73 juta pon (± 34.000 ton) sampah plastik. Kami sudah mencapai progress yang baik. Ini terefleksi dalam prinsip perusahaan dengan menggunakan konsep sirkular ekonomi. Kami menggunakan material dari sampah plastik yang telah didaur ulang ketimbang menggunakan material asli.

Sejak tiga tahun lalu, kami melihat isu ini dari sisi rantai pasokan. Kami kombinasikan dengan teknologi dan menemukan solusi yang secara komersial berkelanjutan, sehingga bisa mengukur besarnya isu ini.

Banyak perusahaan lain yang sadar dengan isu ini. Tapi karena secara ekonomis dinilai tidak berkelanjutan, mereka tidak menemukan rantai pasokan yang bisa diikuti oleh yang lain. Kami berusaha menciptakan rantai pasokan yang transparan bersama organisasi Lonely Whale di dalam konsorsium Nextwave ini. Bahkan, kompetitor kami juga terlibat dalam upaya ini. Misi kami adalah per tahun 2025, kami bisa tumbuh sepuluh kali lipat dalam hal penggunaan sampah plastik daur ulang ini. Harapan kami memang tinggi tapi kami rasa masih realistis.

Ketika inisiatif ini mulai dicanangkan, apakah langsung disetujui oleh pimpinan perusahaan?

Saya merasa beruntung bekerja di Dell. Kembali pada visi awal kami menggunakan teknologi untuk mendorong kemajuan manusia. Kami memiliki kesadaran tinggi pada lingkungan dan memiliki tim yang fokus pada masalah lingkungan ini. Perusahaan sangat mendukung berbagai inisiatif dan upaya yang dilakukan untuk membantu mengatasi berbagai sejumlah masalah lingkungan yang ada. Salah satu contohnya, banyak karyawan Dell yang membantu dan berpartisipasi dalam inisiatif mengatasi sampah plastik laut ini. Hal ini menunjukkan betapa penting isu dan inisiatif yang kami lakukan.

Ketika kami berkunjung ke kampus-kampus dan melakukan wawancara dengan para mahasiswa, banyak dari mereka yang ingin diasosiasikan dengan brand yang peduli pada lingkungan. Dan inisiatif Ocean Plastic, Dell merupakan salah satu inisiatif yang amat populer dalam berbagai diskusi tersebut.

Ketika insiatif ini dimulai, hal apa yang dirasa paling sulit?

Hal tersulit adalah bagaimana kami bisa mengukur masalah tersebut. Kami ingin membuat rantai pasokan yang bisa digunakan dan terukur. Tapi kami tidak tahu bagaimana caranya. Beruntung kami mendapat banyak masukan dari para ahli. Kami melakukan modeling serta membuat whitepaper. Kami juga melakukan studi kasus bersama para mahasiswa di Universitas Michigan dan mendemonstrasikan isu ini. Kami pergi ke Haiti dan di sana kami melihat langsung isu sampah plastik ini. Mulai dari bagaimana membersihkan sampah, mendaur ulang, dan menggunakannya. Bekerja sama dengan Lonely Whale, kami membentuk suatu konsorsium untuk membuat solusi yang terukur.

Dari mana Dell mengambil material sampah plastik tersebut?

Awalnya kami mulai dari Haiti. Melihat keberhasilan pilot project di sana, kami mengembangkan inisiatif tersebut dan kini juga menggunakan materi dari hasil daur ulang sampah plastik dari beberapa negara lainnya, termasuk Indonesia. Ada beberapa alasan memilih Indonesia. Salah satunya adalah efisiensi. Kami melihat menggunakan material dari Haiti dan mengirimkannya ke China untuk diproduksi tidaklah efektif. Menurut kami, memastikan efisiensi dalam hal rantai pasokan sangatlah penting. Dan pemerintah Indonesia sangat terbuka dan mendukung upaya kami ini.

Aplikasi dari inisiatif ini berdampak tidak untuk bisnis Dell secara keseluruhan?

Amat berdampak pada bisnis kami. Dari sisi teknis produksi, dapat mengurangi biaya. Dari aspek sosial, konsumen semakin menyadari isu sampah plastik ini, begitu pula karyawan Dell. Inilah salah satu alasan yang membedakan kami dari brand lainnya. Perhatian dari media juga besar. Kami telah masuk ke isu yang tepat dan melakukan inisiatif yang tepat pula.

Apakah konsumen melihat Dell dengan cara pandang yang berbeda setelah inisiatif ini?

Kami harus bijaksana menyikapi hal itu. Kami menerapkan metode direct model untuk mendapatkan masukan apa yang diinginkan konsumen, dan mereka ingin ada lebih banyak produk yang menggunakan hasil daur ulang sampah plastik. Bagaimana kami bisa mengakomodasi hal ini? Kami ingin melakukannya dengan cara yang benar. Harus ada standar yang benar terkait rantai pasokan. Mulai dari orang yang mengambil sampah, yang mendaur ulang, dan sampai menjadi kemasan.

Apakah konsumen di kawasan Asia juga sama tertariknya dengan inisiatif yang dilakukan?

Harusnya begitu. Kemarin, ketika saya terbang ke Bali, saya duduk bersebelahan dengan perempuan muda asal Korea. Kami mengobrol dan ternyata ia tahu inisiatif yang kami lakukan. Jadi, saya rasa konsumen di Asia pun sama tertariknya. Fakta bahwa pemerintah Indonesia menggelar acara seperti Our Ocean Conference ini membuktikan keseriusan akan masalah maritim.

Mungkinkah penggunaan sampah plastik tidak hanya sebagai kemasan produk?

Kami masih melakukan diskusi internal, riset dan evaluasi terkait penggunaan material sampah plastik ini. Masih perlu waktu. Jadi Anda dan konsumen harus menunggu untuk hal yang satu ini.

Apa target Dell untuk ke depannya?

Dari sisi produk, kami ingin secara biaya bisa lebih efisien. Kami juga ingin melebarkan penggunaan material ini ke produk-produk lain. Kami ingin terus meningkatkan rantai pasokan berdasarkan standar kualitas yang diterapkan Dell, dan tentunya transparan. Salah satunya adalah menimbang faktor sosialnya. Misalnya, kami tidak ingin ada anak kecil yang terlibat dalam rantai pasokan ini. Kami juga berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan material ini sebanyak sepuluh kali lipat pada tahun 2025. Komitmen ini butuh kolaborasi dan solusi yang terukur untuk bisa menyelesaikannya.

Related