Antarkan Tim SAR Indonesia Berkelas Dunia

marketeers article

Dalam tragedi jatuhnya AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 di pengujung tahun 2014, salah satu lembaga yang mendapat sorotan karena upaya gigihnya dalam pencarian korban adalah Badan SAR Nasional atau Basarnas.

Lembaga ini mendapat apresiasi dunia karena kesigapan, kegigihan, sekaligus transparansi dalam proses pencarian dan evakuasi korban. Di balik itu semua, ada satu komando yang datang dari sosok bernama Marsekal Madya Felicianus Henry Bambang Soelistyo, Kepala Basarnas.

“Basarnas itu menjadi bagian dari pemerintah untuk hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional yang beroperasi di wilayah Indonesia. Di sini, tugas Basarnas lebih bersifat operasional. Kami hadirkan negara di sini, khususnya di situasi bencana,” kata Soelistyo.

Sepak terjang lelaki kelahiran Yogyakarta tahun 1959 ini memang patut mendapat acungan jempol. Tiga bulan pertama bergabung dengan Basarnas sebagai kepalanya, Soelistyo mengaku menemukan beberapa hal yang harus ditranformasi. Salah satunya, mengubah Basarnas sebagai lembaga yang memiliki karakter operasional. Intinya, segala aktivitas selalu berujung pada operasional karena arti Basarnas ada di tingkat itu.

“Itulah kultur pertama yang saya ubah di sini. Ciri khas lembaga operasional dari pengalaman saya memimpin banyak satuan adalah loyalitas, integritas, motivasi dan dedikasi tinggi plus penuh pengorbanan,” ujar Soelistyo.

Dari proses operasional Basarnas, sambung Soelistyo, yang paling penting adalah manusianya. Manusia ini yang pertama diubah – dari  yang biasa menunggu menjadi orang yang operational minded. Selain itu, anggota Basarnas harus memahami bahwa kultur masyarakat yang ia layani bukanlah kultur anggota TNI.

Paradigmanya haruslah paradigma sebagai pekerja kemanusiaan. Dalam konteks ini, Soelistyo menanamkan karakter responsif.

Untuk mengoptimalkan operasionalnya, Basarnas memodernisasi peralatannya. Teknologi ini diklaim sebagai jawaban atas kemampuan manusia. Dengan teknologi, kinerja Basarnas menjadi lebih optimal dan akurat, seperti saat pencarian titik kecelakaan dan keberadaan korban. Contohnya, UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat tanpa awak dan teknologi pencarian di bawah air yang kini sudah dimiliki Basarnas.

Terobosan lain yang dilakukan Soelistyo adalah membangun sistem operasi yang solid yang menjamin keputusan cepat dan akurat.

“Ini merupakan integrasi antara sistem yang ada di daerah dengan pusat, kami dengan instansi lainnya, yang kemudian masuk dalam sistem pengambilan keputusan di command center,” kata pria yang juga hobi mendalang dalam kesenian wayang ini.

Soelistyo menambahkan, faktor lain keberhasilan Basarnas adalah kolaborasi dengan banyak pihak, baik secara nasional maupun internasional.

Keteladanan

Soelistyo mengatakan, media paling ampuh dalam mengedukasi tim, warga, dan lembaga lain adalah keteladanan. Penanganan tragedi AirAsia, misalnya, menjadi contoh konkret ketika ia sendiri yang memimpin proses pencarian tersebut.

Dan, Soelistyo mengklaim belum pernah terjadi pada tim-tim SAR dunia yang mana dalam tiga hari Basarnas berhasil menemukan korban secara terencana. Dan, banyak apresiasi dari berbagai negara terhadap transparansi Basarnas dalam membeberkan segala fakta dan proses secara detail.

“Kadang, orang malu kalau gagal. Bagi saya, no way. Gagal itu bagi saya merupakan seuatu pembelajaran untuk lebih baik dan bukan sebuah cela. Ini prinsip saya dan justru ini yang membuat proses yang kami kerjakan menjadi optimal dan boleh dibilang berhasil. Bencana ini saya jadikan momentum pembelajaran bagi semua,” pungkasnya.

Selengkapnya bisa Anda baca di Majalah Marketeers edisi Desember 2016 – Januari 2017

Related