Apa Yang Akan Dilakukan Tinder di Indonesia?

marketeers article

Tinder, aplikasi pencari jodoh online bakal resmi diluncurkan di Indonesia. Ogilvy pun ditunjuk sebagai mitra komunikasinya di Tanah Air. Indonesia juga menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang dituju Tinder.

Dengan tingkat penetrasi internet yang mencapai lebih dari 50% populasi, Tinder merasa bahwa konsumen Indonesia haus akan konektifitas sosial personal. Tentu saja, Indonesia adalah target empuk bagi Tinder.

Apa yang akan dilakukan Tinder di Indonesia? Nampaknya, Tinder ingin membuang jauh-jauh image-nya selama ini sebagai aplikasi kencan daring. Alih-alih, ia ingin “bertransformasi” menjadi aplikasi yang bertujuan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang lain yang memiliki ketertarikan yang sama. Lantas, apa bedanya?

Yuliani Setiadi, GM Head of Customer Experience Ogilvy Indonesia mengatakan, Tinder memposisikan diri lebih dari sekadar media berkencan. Sebab, banyak milenial sekarang ini menggunakan Tinder untuk berkenalan dan bertemu dengan orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama. “Transformasi ini akan memerlukan kampanye komunikasi yang komprehensif yang sejalan dengan budaya dan kebiasan di negara di mana mereka beroperasi,” paparnya.

Pertama kali diluncurkan pada tahun 2012, Tinder menjadi pemimpin aplikasi untuk bertemu dengan orang-orang baru. Sudah ada 196 negara yang telah memberikan swipe ke kanan untuk terhubung dengan orang lain melalui Tinder.

Aplikasi ini pun juga berada di sepuluh teratas aplikasi di lebih dari 110 negara. Setiap harinya, 26 juta kecocokan terjadi di Tinder dengan lebih dari 20 miliar kecocokan sudah terjadi sampai hari ini.

Di negara-negara Asia, ketika bertemu orang melalui aplikasi seperti Tinder sering kali menerima cibiran. Ogilvy  aan berperan mendefinisikan tantangan dan kesempatan itu dengan membingkainya melalui sudut pandang audiens.

Selain studi yang sudah ada, sebuah survei pun dilakukan yang mencakup wawancara dengan pengguna aktif untuk memahami perilaku dan ekspektasi mereka. Dari survei tersebut, kencan online masih menjadi perlikau yang tertutup dimana awareness Tinder sudah sangat tinggi.

“Tinder lebih sering diasosiasikan sebagai tempat cari pasangan yang tidak sejalan dengan budaya Indonesia,” menurut survei itu.

Melihat hal tersebut, Ogilvy memutuskan untuk melakukan dua pekerjaan besar. Pertama, membongkar stigma masyarakat akan kencan online. Kedua, mengubah persepsi Tinder sebagai aplikasi mencari pasangan menjadi mencari pusat kehidupan sosial baru.

Tinder merupakan brand ikonik langka yang telah menjadi bagian dari pop culture dan membantu orang-orang untuk memperkaya pengalaman hidup mereka,” ujar Anne Ridwan, CEO Ogilvy Indonesia.

Ia melanjutkan;  “Ini merupakan jodoh yang tercipta karena ide, energi dan chemistry yang luar biasa. Kami tidak sabar untuk menantikan kemitraan yang terjadi dari perfect match ini.”

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related