APIRO, Teknologi 3.0 yang Membantu Bisnis Petani

marketeers article
farmers planting rice near yogyakarta, indonesia

Teknologi hadir untuk manusia dan bukan manusia untuk teknologi. Artinya, teknologi sebaiknya mengabdi pada kepentingan-kepentingan kemanusiaan dan bukan sebaliknya, manusia justru “diperbudak” oleh teknologi. Kepentingan kemanusiaan di sini bisa diartikan sebagai kepentingan mengembangkan kehidupan manusia yang lebih baik, bukan malah merusaknya.

Teknologi yang pro pada kehidupan inilah yang sering disebut dengan Teknologi 3.0 – mengacu pada konsep Marketing 3.0 yang merupakan konsep pemasaran yang berbasis values dan human spirit.

Semangat inilah yang tampak diusung oleh teknologi APIRO – sebuah teknologi besutan Syngenta Indonesia yang membantu petani terhindar dari potensi kehilangan hasil panen hingga 30-40%. Bagaimana bisa? Teknologi yang diluncurkan pada Kamis (14/3/2018) lalu di Cikampek, Jawa Barat ini secara aktif mampu mengendalikan banyak jenis gulma bandel.

APIRO, seperti dikutip dari siaran persnya, merupakan investasi yang cukup signifikan pada teknologi perlindungan tanaman yang dikucurkan oleh Syngenta Indonesia untuk pertumbuhan pertanian tanaman padi di Indonesia. Diperlukan investasi sebesar 200-300 juta dolar AS untuk pengembangan sebuah teknologi perlindungan tanaman mulai dari fase pengembangan hingga diluncurkan ke pasar.

Investasi teknologi juga dilakukan Syngenta pada sisi fasilitas riset dan pengembangan (R&). Investasi tersebut dilakukan dalam bentuk peremajaan stasiun riset R&D Syngenta di Cikampek, Jawa Barat, dimana teknologi APIRO mulai dikembangkan sejak tahun 2011. Peremajaan tersebut mencakup aspek peningkatan standard K3, penguatan fasilitas laboratorium, dan investasi alat aplikasi semprot terbaru dengan teknologi yang lebih presisi.

“Investasi kami di Indonesia melalui peremajaan stasiun riset dan peluncuran teknologi perlindungan tanaman baru merupakan bukti konkret komitmen kami untuk pengembangan pertanian di Indonesia. Kami sangat bangga dapat berkontribusi bagi Petani Indonesia dengan merilis APIRO sehingga mereka dapat mencapai hasil yang lebih baik,” ujar ASEAN Territory Head Syngenta Alex Berskovskiy.

Mengendalikan Gulma dengan Aman

Gulma merupakan tanaman yang kehadirannya tidak diinginkan, tumbuh liar dan bersifat merugikan tanaman utama. Pada tanaman padi, padi akan berebut nutrisi dan mineral yang terkandung di dalam tanah yang pada akhirnya mengurangi hasil produksi.

“Penanggulangan gulma pada tanaman padi yang selama ini dilakukan masih belum optimal dalam menekan kehilangan hasil produksi padi. Untuk itu, Syngenta mengembangkan dan meluncurkan terobosan teknologi baru APIRO untuk membantu mengendalikan gulma secara efektif pada tanaman padi,” ujar Country Head Syngenta Indonesia, Parveen Kathuria.

Nilai Tambah bagi Petani Padi

Merangkum berbagai riset, gulma berpotensi menyebabkan kehilangan hasil produksi pertanian dunia sebesar 30-40%. Selain itu, CropLife Asia menyatakan bahwa gulma menjadi sumber kerugian ekonomis pertanian sebesar 75.6 juta dolar AS setiap tahunnya. Terlebih lagi, pengendalian gulma yang belum optimal menambah potensi kehilangan hasil produksi lebih besar.

Mengacu pada survei yang dilakukan Syngenta di Indonesia, 30% Petani di Indonesia mengendalikan gulma dengan cara manual (mencabut dengan tangan) walaupun mereka telah menggunakan produk kimia pertanian. Pengendalian gulma secara manual sangat melelahkan dan memakan banyak biaya oleh karena tenaga kerja pertanian yang semakin sulit dan mahal.

“Hasil produksi padi yang maksimal dan pengurangan biaya operasional penyiangan dengan tangan tentu akan memberikan manfaat pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani padi Indonesia,” ujar Parveen.

Related