ASDP Indonesia Ferry Suguhkan Online Offline

marketeers article

PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) atau ASDP memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan roda ekonomi serta mobilitas masyarakat Indonesia bisa berjalan dengan lancar. Tanggung jawab diemban ASDP dengan fokus pada tiga sektor, yakni konektivitas, logistik, dan pariwisata.

Memiliki sekitar 150 kapal penyeberangan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini juga bertanggung jawab untuk mengelola sekitar 35 pelabuhan di seluruh Indonesia. Berbeda dengan Pelni yang mengelola kapal atau Pelindo yang mengelola pelabuhan, ASDP justru mengelola keduanya, baik kapal dan pelabuhan.

Sampai saat ini, sekitar 50% pendapatan ASDP tiap tahunnya berasal dari rute Merak-Bakauheni yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, serta rute Ketapang-Gilimanuk yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Padatnya mobilitas di rute tersebut membuat ASDP meningkatkan pelayanannya dengan meluncurkan terminal dan kapal eksekutif di rute Merak-Bakauheni. Terminal eksekutif ini berada di dua sisi masing-masing pelabuhan. Terminal Eksekutif Bakauheni, Lampung diberi nama Anjungan Agung yang merupakan rumah adat Lampung yang berarti rumah besar atau agung. Lalu, Terminal Eksekutif Merak diberi nama Sosoro yang berarti rumah besar adat Badui dan Banten.

Terminal eksekutif yang dibangun di Merak dan Bakauheni diharapkan dapat memberikan experience yang berbeda bagi setiap pengunjung terminal, baik yang ingin menyeberang atau tidak. Di dalam terminal eksekutif hadir pula tenant ritel dengan desain interior yang menarik dan memanjakan setiap pengunjung yang datang.

“Konsep terminal eksekutif adalah terminal dengan fasilitas yang mumpuni. Mulai dari tempat makan dan tempat untuk berkumpul atau nongkrong. Penduduk lokal dan sekitaran pelabuhan bisa berkumpul di sana sembari menikmati pemandangan laut yang indah,” terang Shelvy Arifin, Vice President Marketing and Business Development PT ASDP Indonesia Ferry.

Hadirnya terminal dan kapal eksekutif ini amat diminati oleh masyarakat, khususnya para penumpang yang akan menyeberang. Menurut catatan Shelvy, pada masa libur Lebaran 2019 sekitar 60% pengguna jasa ingin menggunakan layanan dari kapal eksekutif itu. Namun, karena keterbatasan kapasitas yang hanya menampung sekitar 300 mobil, terjadi penumpukan antrean di pelabuhan Bakauheni. “Banyak yang mau pakai karena mereka sudah merasakan kenyamanan dan kecepatan yang dirasakan,” tambah Shelvy.

Untuk kapal reguler, biasanya kecepatan maksimal berada di kisaran 9-10 knot. Sementara kecepatan kapal eksekutif ASDP bisa mencapai 15-20 knot. Selisih harga tiket kapal reguler dan eksekutif pun tidak terlalu jauh bagi kendaraan roda empat. Kapal reguler bisa dinikmati pada harga Rp 347.000, sementara kapal eksekutif di kisaran Rp 579.000.

ASDP juga meningkatkan layanan dari sisi penjualan tiket dengan sistem pembayaran nontunai (cashless). Penumpang pejalan kaki dapat menggunakan layanan uang elektronik saat membayar tiket penyeberangan, melalui uang elektronik Brizzi (BRI), Tap Cash (BNI), E-Money (Mandiri), serta BLink (BTN). Kini juga tersedia pembayaran tiket feri menggunakan aplikasi Link Aja!

ASDP juga melakukan peningkatan sistem pencatatan penumpang (manifest) secara digital dengan menggunakan alat pembaca data Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP Reader). Penggunaan alat ini bertujuan meningkatkan akuntabilitas pencatatan data manifest penumpang yang menjadi kewajiban dari pemerintah. Pencatatan data manifest terdiri dari penumpang dan kendaraan dengan golongan yang berbeda-beda. Sistem ini memungkinkan data penumpang yang tercatat lebih lengkap dan valid, serta dapat dijadikan dasar dalam proses klaim jika terjadi kecelakaan transportasi.

Sistem ini juga dapat meningkatkan pendapatan ASDP,  yang mana ada jaminan yang diberikan untuk menekan kebocoran karena telah memiliki sistem yang sangat reliable. Dengan target penumpang sebanyak 9 juta orang dan 7 juta kendaraan pada tahun 2019, targetnya pencatatan manifest penumpang dapat mencapai 60% lebih akurat.

Memiliki banyak aset yang berada di pinggir pantai dengan pantai yang indah, tidak membuat ASDP ketinggalan untuk menggarap sektor pariwisata. Salah satunya dengan membangun proyek komersial di kawasan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Proyek area komersial yang dibangun merupakan bagian dari program pengembangan Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo yang meliputi pembangunan marina, hotel, serta pengembangan dermaga penyeberangan dengan total investasi sebesar Rp 398 miliar yang ditargetkan dapat rampung tahun 2019.

Selain itu, ASDP juga meluncurkan rute pariwisata menggunakan KMP Komodo yang mengantar wisatawan menuju Pulau Komodo, Pulau Padar, dan Pink Beach. KMP Komodo didesain sebagai kapal wisata berkapasitas 80 orang.

Tidak hanya di Labuan Bajo, konsep serupa pun hadir di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.  ASDP mengoperasikan KMP Ihan Batak di lintasan Ajibata-Ambarita. Kapal ini mampu mengangkut 280 orang penumpang, 35 hingga 40 unit mobil pribadi, atau sekitar 22 unit kendaraan jenis campuran.

Tahun 2019 ini,  ASDP menargetkan melakukan penambahan kapal sebanyak sembilan unit, dan peningkatan load factor sebesar 53%, serta market share hingga 15% di lintasan komersial. Dalam mendukung digitalisasi tiket, ASDP juga akan memperluas penjualan tiket melalui kanal distribusi online. Sehingga, pengguna jasa akan semakin dimudahkan dalam pembelian tiket feri.

Editor: Sigit Kurniawan

Related