Survei: Asuransi Syariah Dianggap Lebih Fair dan Transparan

marketeers article
53581024 islamic finance economy islam banking money management concept sharia bank vector

Sudah bukan rahasia lagi pasar asuransi di Indonesia tidak dikatakan besar, penetrasinya masih rendah. Itu untuk asuransi konvensional, apalagi asuransi syariah yang baru sekitar satu dekade ini booming. Padahal jikalau bicara syariah yang kental dengan muslim, Indonesia tidak diragukan lagi pasar potensial karena populasi umat Islam terbesar di dunia.

Sehingga banyak perusahaan asuransi konvensional mulai membuat produk syariah. Salah satunya Prudential. “Ketika kami melakukan survei seberapa menarik produk syariah bagi masyarakat Indonesia, sekitar 40% menyatakan hanya mau membeli asuransi syariah. Baru sekitar 30% lainnya tertarik asuransi konvensional, yang lain belum terpikir,” ujar Corporate Marketing & Communications PT Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo di Jakarta beberapa waktu lalu.

Walau tertarik, nyatanya edukasi dan pengetahuan soal asuransi syariah di Indonesia masih dikatakan minim. Ketertarikan dalam survei tersebut karena soal persepsi bahwa syariah adalah produk berbasiskan Islam. Namun soal benefit dan berbagai keuntungan berinvestasi syariah, itu yang belum diketahui secara luas oleh masyarakat.

Menurut Nini, mereka yang sudah memiliki produk asuransi syariah alasan utamanya adalah bahwa karena faktor agama. Seorang Muslim baginya otomatis harus memiliki produk keuangan berbasis syariah. Alasan lain adalah kembali lagi soal persepsi, yaitu asuransi syariah dianggap lebih fair dan transparan.

Sementara bagi mereka yang belum tertarik membeli asuransi syariah, alasan utamanya adalah karena belum banyak yang beli. “Bagi orang Indonesia kalau belum banyak yang beli itu belum oke. Balik lagi kan itu soal persepsi. Nah, tapi ada juga yang bilang kalau investasinya dianggap kurang bagus. Itu bukan persepsi, tapi masalah paham tidak paham bagaimana syariah bekerja. Hal tersebut jadi tugas kami sebagai pemain asuransi untuk mengedukasi pasar,” sambung Nini.

Satu faktor yang penting menurut masyarakat adalah soal kredibilitas perusahaan penyedia asuransi syariah. Perusahaan yang namanya dianggap bagus dengan kondisi keuangan bagus, akan jadi pertimbangan calon nasabah untuk mengakuisisi produk syariah.

Itu menilik dari profil masyarakat Muslim di Indonesia yang mayoritas sekitar 70% sampai 80% adalah muslim moderat, tidak terlalu beraliran kiri ataupun ke kanan. Profesionalisme dari perusahaan jadi pertimbangan dan pastinya memenuhi kebutuhan si calon nasabah. “Bahkan kalau penjualnya bukan muslim pun tidak masalah, yang penting ya itu tadi profesional, layanan bagus, dan kalau bisa sebagus asuransi konvensional,” ungkap Nini.

Terlepas dari segala plus minus bermain di sektor syariah, Nini menekankan bahwa saat inilah momentum tepat untuk merambah pasar Muslim. Dorongan itu sudah ada dari pemerintah, terutama ketika Presiden Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai hub-nya pasar syariah lima sampai sepuluh tahun mendatang.

Bahkan tanda-tanda produk syariah mulai menunjukan tajinya adalah ternyata ada juga nasabah nonmuslim yang punya asuransi syariah. Walau begitu Nini belum mau membuka berapa persentasenya dibanding nasabah muslim.

    Related