Awal Tahun Yang Buruk Bagi H&M dengan Konten Iklan Berbau SARA

marketeers article

Awal tahun 2018 kembali digemparkan dengan konten iklan yang berbau isu rasial. Kali ini, giliran produsen fesyen, H&M yang melakukan blunder. Apakah disengaja atau tidak, dalam promo konten iklan terbarunya, H&M menampilkan sosok anak kulit hitam menggunakan hoodie berwarna hijau dengan tulisan “coolest monkey in the jungle”.

Materi iklan ini pertama kali muncul dalam situs H&M untuk wilayah Inggris. Konten ini sontak membuat geger jagat maya dengan menyebut H&M tidak sensitif dengan isu rasial serta melecehkan ras tertentu. Tentunya hal ini bukan tindakan yang cerdas dalam mempromosikan produknya.

Dampak yang sudah terasa selain nama baik yang kian tergerus oleh konten ini, salah satunya adalah salah satu influencer-nya, penyanyi The Weeknd, langsung mencuitkan dalam akun Twitter untuk memutuskan kerjasama dengan H&M. Padahal selama satu tahun ke belakang, The Weeknd sudah merilis beberapa lini produk fesyen bersama H&M.

“Terbangun pagi ini dengan perasaan kaget dan malu akibat foto ini. Saya sangat tersinggung dan tidak akan berkerjasama lagi dengan H&M,” cuit The Weeknd.

Seperti pengalaman brand-brand  sebelumnya, H&M langsung meminta maaf dan menarik materi konten tersebut dari situs mereka. H&M juga segera berupaya melakukan investigasi internal untuk mendalami bagaimana konten yang begitu sensitif bisa beredar secara resmi.

“Kami dengan tulus meminta maaf atas gambar ini. Konten tersebut sekarang telah dihapus dari semua saluran online dan produk tersebut tidak akan dijual di Amerika Serikat. Kami percaya pada keragaman dalam semua hal yang kami lakukan,” ujar perwakilan H&M seperti dikutip dari Time.

Tentunya kasus ini bukan awal yang baik bagi seluruh brand di awal 2018. Di saat dunia, terutama di Amerika Serikat sedang amat menyorot isu kesetaraan gender dan rasial, hal-hal seperti ini bukan lah permasalahan sepele yang bisa dilupakan begitu saja.

Tentunya masih teringat jelas bahwa pertengahan tahun 2017 lalu hal yang sama juga pernah dialami oleh produsen produk kecantikan, Dove. Merek kosmetik ini melakukan blunder melalui materi iklan mereka di Facebook. Dalam materi iklan singkat dengan durasi kurang dari enam detik, Dove memunculkan sosok wanita kulit hitam yang berganti pakaian dan berubah menjadi wanita kulit putih. Sontak materi iklan memunculkan kontroversi global dengan menganggap materi iklan tersebut berisikan rasisme dan muncul gerakan untuk memboikot produk Dove.

Pelajaran bagi kita semua, tidak hanya buat brand, tapi seluruh golongan, bahwa dalam rangka untuk menyampaikan pesan yang tepat dan akurat, brand dan orang-orang di dalamnya harus mempunyai pemahaman yang mendalam tentang konsep ras. Tentunya, dengan pemahaman tersebut bisa mengantisipasi dari konten-konten yang justru menjadi blunder. Jadi, jangan hanya sekadar kreatif dan cepat, pahami juga hal-hal yang tergolong sensitif di lingkaran calon konsumen agar tidak menjadi blunder.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related