Bagaimana Pengembang Properti Menjaring Komunitas?

marketeers article
54545765 modern residential buildings with outdoor facilities, facade of new low-energy houses

Tidak hanya hotel yang mencoba menjaring komunitas untuk memberikan diferensiasi kepada tamu. Perusahaan properti juga melakukan teknik serupa. Bedanya, pengembang properti bisa menjaring agen properti untuk memaksimalkan penjualan.

Grup Ciputra misalnya, mulai menyatukan agen-agen dari berbagai perusahaan agen properti ke dalam satu komunitas. Bernama Citra Link, komunitas ini dibentuk sendiri oleh Ciputra Grup untuk mensosialisasikan informasi mengenai produk-produk properti Ciputra Residence.

Saat ini, terdapat 4.000 anggota yang tergabung di komunitas Ciputra Link. Areanya pun mencakup Jakarta, Serpong, Surabaya dan Malang.

GM Marketing PT Ciputra Residence Yance Onggo mengatakan, ada keuntungan bagi para anggota komunitas Ciputra Link, yaitu mereka adalah pihak pertama yang mengetahui informasi produk terbaru Ciputra Residence, sehingga mereka dapat lebih cepat menjual produk ke konsumen.

“Membentuk komunitas dengan teman-teman agen adalah strategi kami untuk mem-boost penjualan. Meski sebagai brand, kami sudah sangat well trusted. Tapi, kami butuh momentum,” kata Yance.

Momentum di sini adalah bagian dari strategi pemasaran. Pembuatan komunitas Citra Link menjadi bagian dari momentum tersebut. “Bayangkan, kami membuat wadah untuk 4.000 orang yang membicarakan produk kami. Tugas selanjutnya, tinggal bagaimana mereka ingin menjual produk yang ada,” ungkapnya.

Yance mengakui, dibuatnya komunitas ini dilandasi atas persaingan yang ketat di dunia properti. Apalagi, pasar properti yang belum 100% pulih membuat penjualan properti tak sekencang dulu.

Kondisi tersebut membuat agen properti akan mencari properti yang laku terjual lebih dahulu. Jika properti tersebut tak kunjung terjual, agen tak segan meninggalkannya da mencari properti lain. Sebab, agen hidup lewat komisi yang didapat dari setiap penjualan unit properti.

Nah, dengan strategi komunitas ini, Ciputra berharap agen akan lebih loyal terhadap merek, sehingga mereka mengutamakan untuk menjual produk-produk Ciputra Residence.  Bahkan, diakui Yance, strategi komunitas ini sempat berhasil menjual 7.000 unit perumahan Ciputra hanya dalam waktu 15 menit.

Meski sama-sama merangkul komunitas, Sinarmas Land melalui salah satu properti andalannya BSD City, secara lebih khusus menggandeng komunitas teknologi. Hal ini dlakukan guna mendukung image baru BSD City sebagai integrated smart digital city.

Mimpi besar Sinarmas Land itu perlahan tertuang dengan peluncuran kawasan Digital Hub yang mulai dibangun tahun depan dan digadang-gadang bakal menjadi “Silicon Valley”-nya Indonesia.

CEO Sinar Mas Land Michael Widjaja dalam keterangan resminya mengatakan, pihaknya memiliki visi besar untuk menjadikan BSD City sebagai Silicon Valley seperti di Amerika Serikat. “Kami tidak hanya mengundang, tapi juga menghimpun serta memfasilitasi komunitas dan perusahaan berbasis teknologi dalam satu kawasan,” ujarnya.

Langkah awal pembangunan kawasan tersebut dilakukan Sinarmas Land dengan berusaha mengumpulkan beberapa perusahaan berbasis teknologi untuk membuka kantornya di BSD City. Perusahaan mengaku akan mengucurkan dana Rp 300 miliar-Rp 400 miliar untuk pembangunan infrastruktur Hub Digital tahap pertama,

Michael mengatakan, dalam kurun waktu 10-15 tahun, pembangunan kawasan Hub Digital seluas 25,86 hektare ini akan menghabiskan biaya sekitar Rp 3 triliun. Adapun perusahaan dan organisasi yang diincar adalah pusat-pusat penelitian, institusi pendidikan dengan jurusan teknologi, sains dan kreatif, serta beragam tipe usaha yang berkaitan dengan creative technology.

Dus, dengan tujuan tersebut, Sinarmas Land sejak tahun ini mulai aktif menggandeng komunitas teknologi untuk berkolaborasi. Tujuannya adalah meningkatkan awareness BSD City sebagai pionir “Silicon Valley” di Indonesia.

Misalnya, pada September lalu, BSD City bekerja sama dengan Autodesk Indonesia dan Komunitas Autocad Indonesia menggelar national gathering bagi para pecinta desain teknik. Lewat event tersebut, BSD City memiliki akses untuk membangun komunikasi dengan para insiyur sipil, land developers, arsitek, insinyur mesin, serta desainer interior. Mereka adalah pihak-pihak yang sering menggunakan AutoCard, perangkat lunak pada komputer untuk menggambar dua dimensi dan tiga dimensi yang dikembangkan oleh perusahaan Autodesk.

Selain itu, BSD City dalam setahun terakhir telah menjadi tuan rumah sejumlah event di bidang Teknologi Informasi bertaraf national dan internasional, diantaranya IESE (Indonesia e-Commerce Summit & Expo) dan Indonesia Fintech Festival and Conference. Kedua ajang itu dibuka langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.

Belum lama ini pula, Sinarmas Land menggelar ajang “Hackathon” alias Pekan Retas. Ajang ini mengumpulkan para pengembang teknologi dari berbagai kalangan seperti perusahaan start-up, pengembang, pelajar, maupun komunitas teknologi baik lokal maupun regional.

Sinarmas Land memfasilitasi perkumpulan para komunitas pecinta teknologi itu, dengan harapan mereka dapat saling bertukar ide dan pikiran dalam menciptakan suatu aplikasi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.  Dengan event-event berbau teknologi ini, awareness BSD City sebagai kota berbasis teknologi informasi mulai kebentuk seiring pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan.

Sebagai perusahaan properti yang berdiri sejak 40 tahun lalu dan memiliki land bank sebanyak 10.000 hektare, tentu sudah banyak komunitas berdiri secara mandiri di kawasan-kawasan yang dikembangkan oleh Sinarmas Land.  Di BSD City misalnya, beberapa nama komunitas di kawasan itu antara lain BSD Society, TDA Tangerang, UKM Tangerang Goes Online, dan Bumi Serpong. Sinarmas Land berkolaborasi dengan komunitas tersebut untuk mempublikasikan ataupun mensponsori kegiatan komunitas itu.

Dengan demikian, akan terjadi customer engagement dan percakapan di antara komunitas di BSD, sehingga mereka mulai tertarik dengan ekosistem yang ditawarkan BSD City. Ujung-ujungnya adalah user acquisition untuk Sinarmas Land.

“Tidak ada komunitas yang kami bentuk. Mereka berdiri sendiri secara organik. Selama ini, kami mendukung kegiatan positif yang dilakukan komunitas yang ada di BSD,” pungkas Sinta Karolina, Head of Corporate Communication & Marketing Division Sinar Mas Land.

Editor: Sigit Kurniawan

Related