Bagaimana Starbucks Merekrut Barista?

marketeers article

Seiring gerai yang terus bertambah, Starbucks tentu membutuhkan tenaga kerja baru. Saat ini, Starbucks memiliki 237 gerai di Indonesia. Hingga akhir tahun, jumlahnya akan menyentuh lebih dari 240 gerai.

Kebutuhan barista pun tak terelakkan. Dari 3.500 pegawai Starbucks, 70%-nya adalah barista. Dan, dari angka itu, 30% merupakan barista paruh waktu yang didominasi oleh kalangan anak kuliah.

“Setiap gerai Starbucks membutuhkan sekitar 12 orang, termasuk barista, sekuriti, supervisor, dan store manager. Namun, itu tergantung dari luas gerai serta frekuensi pelanggan ke gerai itu,” kata Anastasia Dwiyani, GM Human Resources Starbucks Indonesia.

Anastasia mengatakan, setiap barista yang bergabung dengan Starbucks akan mendapat sesi pelatihan selama sebulan sebelum berhadapan langsung dengan pelanggan.

“Untuk barista di luar Jakarta, kami kirimkan star team (barista terbaik_red) untuk melatih mereka bekerja. Ini dilakukan agar experience yang dihasilkan sama antarsemua gerai,” ujarnya.

Anastasia mengaku, Starbucks Indonesia tahun ini membutuhkan 500 tenaga kerja baru, khususnya untuk barista. Mengingat, rasio turnover barista di Starbucks cukup tinggi, yaitu 20%-25%.

“Saya rasa ini adalah nature of business. Barista banyak yang fresh graduate, dan mereka punya pikiran yang berbeda-beda. Jadi, wajar jika mereka pindah pekerjaan,” papar Anastasia.

Meski begitu, Starbucks selalu melakukan exit interview kepada setiap pegawainya yang resign, Ini dilakukan untuk memeroleh review mengenai operasional bisnis dan alasan mereka resign,

“Temuan kami adalah mayoritas barista yang resign tidak pindah ke kedai kopi lain. Mereka memilih jalur karier lainnya di luar kedai kopi,” ungkapnya.

Selain melakukan open recruitment kepada tenaga kerja baru, Starbucks juga aktif melakukan sosialisasi kepada siswa-siswa SMK, khususnya yang memiliki kejuruan hospitality.

Namun, sambung Anastasia, yang menjadi kendala adalah pihak sekolah merasa siswanya dikatakan berhasil apabila telah bekerja di dunia perhotelan.

“Padahal, kedai kopi juga membutuhkan orang yang paham manajemen hospitality. Ini bisa menjadi jenjang karier yang menarik bagi lulusan hospitality,” katanya.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related