Banyak Masalah, Startup di Jakarta Banjir Peluang

marketeers article

Jakarta menjadi kota kesembilan roadhsow The NextDev 2016. Sebagai Ibukota, permasalahan The Big J yang dihadapi tentu jauh lebih kompleks. Karena sedari dulu, Jakarta menjadi kota tujuan utama warga Indonesia untuk mencari nafkah.

Tak hanya masalah urbanisasi yang terus-menerus membelenggu Jakarta. Masalah menyangkut sampah, ketimpangan sosial, tata ruang kota, ruang publik, taman, banjir, keamanan, kemacetan, pengangguran adalah sekian banyak masalah yang mesti diretaskan ibukota negara kita ini.

Karenanya, Telkomsel berkomitmen mengadakan The NextDev demi memberikan peluang bagi anak muda dalam negeri agar mencari solusi bagi permasalahaan di kotanya. Dan di sisi lain, memberikan manfat bagi kemajuan industri digital di Tanah Air.

“Mengapa Telkomsel mengadakan ini? NextDev bertujuan untuk mencari solusi nyata, bukan sekadar kompetisi belaka. Ia hadir untuk mewujudkan aplikasi seluler yang dapat memecahkan masalah di Indonesia,” papar Ricky E Panggabean, General Manager Youth & Community Area Jabotabek Jabar Telkomsel, saat memberikan kata sambutannya di Kampus B, Universitas Trisakti Jakarta.

Ricky melanjutkan, dengan masalah yang banyak di Jakarta, ada peluang anak muda untuk membuat aplikasi yang sukses dan digunakan banyak orang.

“Ada pemikiran bahwa Indonesia belum dikenal sebagai pencetak startup andal. Perkembangan startup di sini masih sedikit. Orang melihat, startup Indonesia di peta Asia masih belum terlihat” akunya.

Karenanya, Telkomsel berharap, semua aplikasi yang terdaftar di dalam The NextDev dapat menjadi pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dan stakeholder lainnya untuk mewujudkan smart city. “The NextDev bukan sekadar mengumpulkan startup-startup muda. Kami ingin membuat perubahan bagi Indonesia,” ujarnya.

Di sisi lain, Syaifudin, Kepada Jurusan Teknik Informatika Universitas Trisakti setuju bahwa startup di Indonesia belum berdengung di kawasan regional ataupun global. Merujuk pada sebuah survei, ia mengatakan bahwa startup di Asia Pasifik terdiri dari tiga jenjang, yaitu easy, middle, dan advance.

“Indonesia berada di kategori yang biasa. Malaysia itu middle. Sedangkan Jepang, Singapura dan Australia itu masuk ke advance,” paparnya.

Karena masih berada di tahap awal perkembangan, startup di Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk tumbuh. Dari data BPS menunjukkan bahwa pengguna ponsel sebanyak 305 juta, padahal penduduk Indonesia sebesar 255 juta jiwa.

“Dari 305 juta ponsel yang digunakan orang Indonesia, 120 juta adalah yang menggunkan internet. Setiap tahun, pengguna internet di Indonesia meningkat 16 juta jiwa,” terang Syaifudin.

Di lokasi yang sama, Daniel Giovanni, Communication Manager Jakarta Smart City mengimbau agar peserta The NextDev tidak berhenti mengembangkan aplikasinya di ajang ini. Sebab, aplikasi itu haruslah kontinu dan terus-menerus diperbaharui.

“Jangan segan-segan untuk berkomunikasi dengan tim Jakarta Smart City. Bagi kami, partisipasi publik membantu kerja pemerintah dalam mengelola Ibukota. Pemda tidak bisa mengerjakan semua masalah di Jakarta sendirian,” tutur Giovanni.

Pihaknya mengajak anak-anak muda dalam negeri membuat aplikasi yang bagus dan berguna, sehingga bisa digunakan untuk melengkapi Jakata sebagai kota yang cerdas. Beberapa startup yang aplikasinya yang digunakan oleh Pemda adalah perpusatakaan online iJakarta dan Qlue.

“Pada akhirnya, Smart City bukan teknologinya yang smart. Akan tetapi, lebih kepada warganya yang ingin buat sesuatu yang bermanfaat untuk kotanya lewat aplikasi yang ada,” tutup Giovanni.

Editor: Sigit Kurniawan

Related