Mengintip Cara Bank BCA Memilih Vlogger Untuk Kampanye

marketeers article
8680750 young adult man holding an hd camcorder isolated on white background

Vlogging telah menjadi tren yang luar biasa. Saat ini, vlogger menjadi salah satu medium yang sering digunakan oleh para pemilik merek. Pada dasarnya, vlogger adalah salah satu communication channel yang bisa digunakan oleh merek. Industri perbankan adalah salah satu industri yang menggunakan jasa vlogger. Beberapa pemain dalam industri perbankan sudah menjadikan vlogger sebagai medium menyampaikan pesan kepada para calon nasabah mereka, salah satunya adalah Bank BCA.

Dalam melakukan kerjasama dengan para vlogger, Bank BCA melihat bahwa penggunaan tren video terus meningkat. Ketimbang format teks, generasi muda saat ini lebih tertarik pada konten dalam format video. Sejak awal, Bank BCA sudah memahami bahwa menggunakan jasa vlogger tujuan mereka adalah generasi millennial yang merupakan calon nasabah masa depan Bank BCA.

“Para vlogger ini bisa menciptakan konten video yang bagus dan kreatif dalam membangun engagement. Vlogger ini efektif untuk bangun engagement antara BCA dan followers mereka. Sehingga kami merasa kolaborasi ini perlu dilakukan,” ujar Norisa Saifuddin, VP Bank BCA.

Bank BCA sudah menggunakan jasa vlogger sejak 2016 lalu. Bank BCA membagi dua kerjasama mereka dengan para vlogger. Setidaknya ada sepuluh vlogger yang dikontrak oleh Bank BCA untuk periode tertentu dengan tujuan membangun konten secara bersama-sama. Selain itu, Bank BCA juga melakukan kerjasama dengan para vlogger yang sifatnya sementara untuk proyek-proyek tertentu.

“Kami memiliki kriteria untuk para vlogger ini selain punya engagement yang baik, mereka juga harus bisa menciptakan konten yang orisinil, kreatif. Selain itu kami juga melakukan background check untuk memastikan kredibilitas mereka,” terang Norisa.

Ketika menggunakan jasa vlogger, Bank BCA memastikan bahwa konten yang mereka ciptakan adalah konten yang kreatif dan orisinil. Menurut Norisa, dua hal tersebut adalah kekuatan dari vlogger yang tidak dimiliki oleh korporat. Ia melanjutkan bahwa vlogger ini bisa membangun konten yang memang sesuai dengan para followers-nya.

“Kebanyakan konten mereka ini adalah konten yang bersifat experience. Konten itu bersifat real karena mereka bangun experience dengan cara mereka sendiri. Ini kan sangat genuine,” pungkas Norisa.

Editor: Sigit Kurniawan

Related