Meski pertumbuhan ekonomi tak melaju kencang tahun lalu, serta banyak yang perusahaan yang melakukan pengetatan ikat pinggang, tetap saja belanja iklan di Indonesia mengalami peningkatan. Nielsen Indonesia mencatat, belanja iklan di negeri ini naik 14% menjadi Rp 134,8 triliun.
Hellen Katherina, Direktur Media Nielsen Indonesia mengatakan, belanja iklan tahun lalu kembali bergairah bila dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Sebab, pada tahun 2014 dan 2015, pertumbuhan belanja iklan hanya single digit.
“Tahun lalu, tumbuh double digit, mengindikasikan bahwa pasar kembali optimistis,” katanya.
Dari total nilai belanja iklan tahun lalu, 77%-nya atau Rp 103,8 triliun merupakan belanja iklan media televisi. Sedangkan untuk koran menguasai 22% atau Rp 29,4 triliun. Di sisi lain, majalah hanya 1% atau Rp 1,6 triliun.
Hellen mengatakan, iklan untuk koran dan majalah megalami penurunan disebabkan banyak majalah dan surat kabar yang gulung tikar dalam dua tahun terakhir.
Dari segi kategori produk, pemerintah dan organisasi politik adalah pihak dengan belanja iklan tertinggi, mencapai total Rp 8,1 triliun, tumbuh 9% dari tahun sebelumnya. Disusul kemudian oleh rokok kretek Rp 6,3 triliun (tumbuh 45%), perawatan rambut Rp 5,7 triliun (27%), telekomunikasi Rp 5,3 triliun (25%), dan kopi dan teh Rp 4,7 triliun (23%).
Hellen menuturkan, belanja iklan produsen rokok di media bisa meningkat hingga 45% akibat imbas pelarangan iklan rokok di papan reklame ibu kota.
Tak heran, apabila merek yang paling aktif berikan sepanjang tahun lalu dipegang oleh produsen rokok. Posisi pertama yaitu Dunhill, merek rokok dari Gudang Garam yang menghabiskan Rp 955,57 miliar atau tumbuh 573% jika dibandingkan pada tahun 2015. Posisi kedua dipegang oleh raksasa mi instan Indomie yang justru belanja iklannya turun 19% menjadi Rp 786 miliar.
Posisi ketiga diisi oleh Online Travel Agent (OTA) Traveloka yang cukup stabil beriklan di media atau sebanyak Rp 687,7 miliar. Dan yang menarik justru Perindo, partai politik yang didirikan oleh pengusaha Hary Tanoesoedibjo yang beriklan Rp 643,7 miliar, sehingga membuatnya berada di posisi keempat.
Akan tetapi, hadirnya Perindo dalam daftar tersebut bukan suatu hal yang mengejutkan. Sebab, Hary Tanoe yang merupakan pendiri dan ketua partai itu merupakan pemilik dari stasiun televisi nasional RCTI, Global TV, MNC, dan iNews
Penurunan cukup dalam terjadi pada Mie Sedaap yang pada tahun-tahun sebelumnya kerap membayangi pesaingnya Indomie dalam hal belanja iklan. Tahun lalu, mie produksi Wings Group itu mengucurkan Rp 551 miliar atau turun 25% dari tahun sebelumnya, membuatnya berada di posisi sembilan besar.
Editor: Sigit Kurniawan