Benarkah Perempuan Tak Pandai Berinvestasi?

marketeers article

Investasi masih menjadi momok yang asing bagi sebagian perempuan sebelum teknologi hadir dengan agresif seperti saat ini. Padahal berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS), usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki. Dengan angka ini, perempuan harus siap bertahan hidup melalui penghasilannya sendiri. Namun, jumlah investor terbesar saat ini masih dimiliki laki-laki. Lantas, apakah benar perempuan tak pandai berinvestasi?

Data BPS menunjukkan, pada periode tahun 2010-2014 angka harapan hidup laki-laki berada di usia 68 tahun. Sementara, perempuan ada pada umur 72 tahun. Pada tahun berikutnya, baik laki-laki maupun perempuan memiliki tambahan satu tahun harapan hidup. Namun, hasil akhir tetap menunjukkan perempuan hidup lebih lama. Ini berarti, perempuan harus siap untuk bertahan hidup dengan penghasilan mereka sendiri (setidaknya empat tahun tanpa penghasilan suami).

“Berkat kemajuan teknologi, sebenarnya kesadaran perempuan akan pentingnya investasi belakangan meningkat pesat. Banyak studi menunjukkan jika perempuan lebih pintar dalam berinvestasi dibandingkan laki-laki. Hal ini didukung oleh beberapa sifat alamiah yang dimiliki oleh perempuan when it comes to investment, seperti sifat keibuan yang ternyata memberikan pengaruh terhadap perilaku investasi perempuan,” kata FX Iwan, Independent Wealth Management Advisor dalam keterangan pers, Selasa (26/06/2018).

Di Indonesia sendiri, persoalan investasi ini kian disadari seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan yang menduduki posisi manajerial. Perempuan Indonesia bahkan termasuk urutan 10 besar di dunia untuk posisi manajer perusahaan berdasarkan survei Grant Thornton.

Angka perempuan bekerja di Indonesia setiap tahun menunjukkan peningkatan. Data BPS pada Februari 2017 menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pekerja perempuan meningkat sebesar 2,33% menjadi 55,04% dari sebelumnya yaitu, 52,71%. Selain dapat mendorong kualitas hidup dan produktivitas, mereka juga mampu menjadi independen secara finansial melalui penghasilan pribadinya.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan jumlah investor perempuan mencapai 965%, di mana pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan investor laki-laki. Sementara, pertumbuhan jumlah investor laki-laki dalam empat tahun terakhir hanya 71% menjadi 629.115 investor. Saat ini, total investor perempuan di pasar modal mencapai sekitar 476.772 orang.

Bagaimana dengan Ibu Rumah Tangga?

Photo Credits: stewardship.com

Fakta di lapangan menunjukkan, lebih dari 50% keuangan rumah tangga di Indonesia dipegang atau bahkan dikelola oleh istri. Dalam hal ini, perempuan yang menjadi ibu rumah tangga mengemban posisi sebagai manajer keuangan keluarga yang dituntut pintar dalam mengelola dan memaksimalkan pendapatan yang terkumpul setiap bulan.

Tentu, perempuan yang menjadi ibu rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk meraih independen finansial. Terlebih, Iwan menambahkan, mereka telah terbiasa mengelola keuangan keluarga dari mulai membagi budget kebutuhan pokok, anak sekolah, hingga menyisikan budget untuk diinvestasikan. Sayangnya, banyak yang belum menyadari hal ini.

“Padahal ada banyak cara yang dapat dilakukan perempuan (pekerja ataupun ibu rumah tangga) untuk meraih independensi finansial, antara lain dengan membuat perencanaan investasi,” kata Iwan.

Investasi ia yakini dapat memberikan aset bagi perempuan untuk mandiri, bahkan memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di kondisi-kondisi sulit dan tak terduga seperti sakit dan kehilangan pasangan yang selama ini menjadi tumpuan hidup.

Iwan menyimpulkan, sense perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga justru dapat menjadi nilai plus bagi perempuan dalam berinvestasi. Mereka memiliki kemampuan pengelolaan yang baik dan sejumlah karakter lain yang tidak dimiliki laki-laki.

Editor: Sigit Kurniawan

Related