Berbisnis di Indonesia, Startup Thailand Ini Tidak Takut GO-JEK dan Grab

marketeers article

Aplikasi GO-JEK dan Grab sudah sangat masal digunakan oleh masyarakat  di Indonesia. Pemain baru yang mencoba untuk masuk di ranah mereka harus berpikir dua kali karena selain bisnis transportasi, keduanya sudah masuk ke ranah pengantaran logistik. Namun, menurut startup Deliveree, justru ranah logistik ini masih memiliki pangsa besar.

“Semua sektor di Indonesia itu kan bergerak terus dan faktor paling pentingnya adalah logistik, pengiriman barang dari satu poin ke poin lain pasarnya masih besar. Jadi, kami mencoba menjadi salah pemain di Indonesia dengan menawarkan banyak inovasi. Tinggal buka aplikasi Deliveree dan siapapun bisa mengirim barang. Kami tawarkan kemudahan,” ujar Deliveree Senior Manager Nattapak Atichartakarn di Jakarta pada Rabu (10/8/ 2016).

Sebenarnya antara Deliveree dan dua pemain besar tersebut di atas tersebut memiliki kemiripan. Faktor pembedanya adalah Deliveree sangat fokus pada bisnis pengiriman barang. Selain itu, moda transportasi tersedia tidak hanya roda dua, mulai dari mobil sampai boks besar mereka sedia. Di luar itu, semuanya hampir serupa, seperti armada yang tidak dimiliki sendiri melainkan dioperasikan oleh pemilik yang mendaftar layaknya aplikasi transportasi lain, sehingga Deliveree bertindak sebagai operator.

Di Indonesia Deliveree sudah beroperasi sejak September tahun lalu tidak lama setelah mereka beroperasi pertama kali di Bangkok pada Maret tahun yang sama. Selain Jakarta mereka ada juga di Bandung. Baru-baru ini, mereka membuka cabang di Manila. Jadi total ada empat kota di tiga negara berbeda dengan Vietnam dan Malaysia sudah menjadi target mereka selanjutnya. “Tetap Indonesia porsi pasarnya 70%, sisanya baru Bangkok karena Manila baru saja buka,” terang Nattapak lagi.

Jadi, boleh dikatakan Deliveree adalah startup digital yang terhitung masih baru namun punya nyali untuk bertarung di bisnis logistik. Tidak hanya GO-JEK dan Grab, masih ada pemain konvensional lokal lain dengan pasar kuat seperti JNE dan TIKI. Bahkan pemain lokal konvensional lain seperti 21Express sudah masuk ke ranah aplikasi smartphone.

Ditanya bagaimana kompetisinya dengan GO-JEK dan Grab, Nattapak tidak khawatir karena punya faktor pembeda tadi. “Kami tidak perlu susah-susah memikirkan bisnis lain karena sangat fokus di bisnis logistik. Selain itu, kami punya armada mobil city car, MPV, van, sampai pick up dan truk boks. Kapan barang mau diantar pun bisa diatur dalam aplikasi,” sambung Nattapak.

Sampai saat ini, Deliveree sudah memiliki sekitar 2.000 driver dari berbagai macam moda transportasi. Dibanding dengan Bangkok, Jakarta memang unik karena moda transportasi motor sangat diminati. Menurut Nattapak itu adalah karakteristik kota Jakarta yang sangat macet sehingga motor adalah solusi pengiriman cepat.

“Selain itu, bisnis kami tidak cuma di sektor konsumen individu. Kami juga melayani UKM dan perusahaan besar. Kalau mau dibagi, sepertiga konsumen kami adalah individu, sepertiga UKM, sepertiga lain adalah perusahaan besar atau enterprise. Itu karena kami menyediakan mobil atau truk ukuran besar yang memang sangat dibutuhkan perusahaan besar dan jadi value lebih Deliveree,” promo Nattapak.

Lalu bagaimana skema bisnisnya? Deliveree mengenakan biaya pada setiap pesanan mulai dari 5% sampai 20% tergantung jenis pengantarannya. Dan, untuk masuk menjadi driver Deliveree, tim manajemen cukup ketat. Setidaknya mereka akan di-training selama satu hari penuh dan menjalani tes. Biasanya hanya 70% yang lolos.

Disokong oleh dua investor besar Inspire Ventures dan Ardent Capital, Deliveree sudah dikucurkan dana sebanyak US$2 juta alias sekitar Rp26 miliar. Menurut Nattapak itu baru awal. Berikutnya akan ada lagi pendanaan berupa serie A karena nilai tadi hanya baru berupa seed. Setidaknya pada akhir tahun depan sudah terjadi break even point.

Ketika ditanya bagaimana jika ternyata driver menyambi juga menjadi driver aplikasi lain selain Deliveree, Nattapak tidak keberatan. Asalkan ketika sedang melakukan pengantaran untuk Deliveree, si driver tidak pick up pesanan aplikasi lain di saat bersamaan.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

 

Related