RSPI Berhasil Hilangkan Kesan Seram Rumah Sakit

marketeers article

Dalam layanan pasien, Rumah Sakit Pondok Indah percaya faktor manusia menjadi nomor satu. Sehingga, peningkatan kompetensi menjadi penting. dr. Yanwar Hadiyanto, CEO Rumah Sakit Pondok Indah melihat besarnya peran “passion eager” di kalangan karyawan.

Sebab itu, RSPI berupaya menarik para talent terbaik. Lalu, perlu meningkatkan internal expertise dengan berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti perguruan tinggi. Sebisa mungkin, perawat D3 bisa meningkatkan pendidikan ke S1.

Terkait SDM, Yanwar cukup gigih dalam membangun budaya melayani dalam rumah sakit. “RSPI berupaya memberikan yang terbaik untuk pasien. Dan, ini harus kami tunjukkan secara konkret kepada pasien bahwa kami telah memberikan yang terbaik bagi mereka, meskipun tidak bisa memberi jaminan,” kata The Best Industry Marketing Champion 2016 dari sektor Hospital

Untuk menumbuhkan semangat melayani yang tulus, RSPI perlu mendorong agar karyawan benar-benar engage dengan rumah sakit sehingga memiliki rasa memiliki.

Selain itu, prestasi yang cukup kentara di RSPI adalah digitalisasi rumah sakit. Menurutnya, selama dua sampai tiga tahun terakhir, RSPI cukup agresif dalam mengadopsi dan mengembangkan teknologi.

“Kami melakukan upaya luar biasa dengan digitalisasi rumah sakit. Intinya, kami membuat proses-proses di rumah sakit menjadi elektronik. Tapi, ini bukan sekadar elektronik atau manusia digantikan komputer,” kata Yanwar.

Dengan teknologi ini, Yanwar mengatakan RSPI bisa mendapatkan data yang lebih baik untuk mengambil keputusan. Baik itu untuk level mikro (dokter ke pasien), tetapi juga level eksekutif di korporat untuk memantau sistem operasional rumah sakit secara menyeluruh.

Dampak teknologi yang langsung dirasakan oleh pasien adalah RSPI mampu memotong waktu tunggu pasien menjadi sepertiganya dari kondisi saat belum ada teknologi tersebut. Tak hanya itu, teknologi ini mampu mengintegrasikan seluruh informasi seputar rumah sakit, termasuk alat-alat kesehatan. Boleh dikatakan, hampir 80% alat kesehatan mampu diintegrasikan dengan sistem.

Yanwar menegaskan, manfaat integrasi teknologi tersebut adalah membuat RSPI lebih memiliki waktu perhatian ke pasien jauh lebih banyak dan mengurangi waktu untuk urusan administrasi.  “Kami mampu membangun more caring time, less administration time. Dengan demikian, kami lebih bisa fokus pada kebutuhan pasien,” katanya.

Selain itu, dengan memodernisasi layanan, RSPI juga berupaya menghilangkan kesan seram rumah sakit. Sebab itu, rumah sakit didesain sedemikian rupa sehingga membuat pasien atau pengunjung merasa hommy.

Ya, kalau bertandang ke RSPI, kita akan melihat beragam kafe dengan interior rumah sakit bak hotel. “Sekarang tren kebutuhan konsumen berubah. Dulu, hampir semua rumah sakit menyediakan televisi sebagai salah satu hiburan. Tetapi, sekarang yang lebih dibutuhkan adalah internet. Sebab itu, kami menyediakan Wi-Fi di segala titik agar pasien atau pengunjung,” katanya.

Tentu saja, transformasi baik dalam faktor manusia dan proses layanan membuahkan pengalaman yang baik dan mengesan bagi pasien. Hal ini merupakan momen marketing yang cukup efektif karena akan menjadi bahan perbincangan yang baik di kalangan pasien dan bahkan advokasi tersendiri bagi RSPI.

Yang jelas, apa yang diperjuangkan Yanwar ini tidak akan berjalan bila tidak ada kolaborasi yang baik antartim di rumah sakit. “Saya percaya pada tim. Dan, filosofi kepemimpinan saya lebih bagaimana membuat setiap orang mencapai potensi maksimumnya alias mereka bisa belajar mengolah dan mengembangkan diri sampai maksimal,” pungkasnya.

    Related