Yuk, Berkenalan Lebih Dekat dengan Senior Brand Manager Bukalapak

marketeers article

Saat ini Bukalapak terkenal dengan konten iklannnya yang cenderung nyeleneh. Melalui konten yang nyeleneh tersebut, Bukalapak justru tampil berbeda dibanding pemain lainnya. Nah, di balik beragam ide kreatif yang dilakukan oleh Bukalapak, terdapat campur tangan seorang wanita bernama Ambrosia Tyas atau biasa dipanggil Oci.

Sejak tahun 2015, Oci bergabung dengan Bukalapak sebagai Senior Brand Communications Manager. Bisa dibilang, Oci adalah salah satu orang yang bertanggung jawab atas segala bentuk komunikasi Bukalapak, termasuk iklan yang nyeleneh. Sebagai seorang Senior Brand Communications Manager, tanggung jawabnya adalah membangun kesadaran masyarakat dengan brand Bukalapak, merumuskan strategi untuk memperluas pangsa pasar, dan menggawangi seluruh kegiatan.

Oci bukanlah orang baru dalam dunia branding dan communications. Perempuan kelahiran Jakarta 31 tahun lalu ini memiliki sepak terjang yang cukup luas dalam penanganan kegiatan branding dan komunikasi perusahaan. Ia memulai kariernya sebagai konsultan Public Relation di Edelman.

Dalam aktivitasnya, ia bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan para klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi strategi public relations dan menaungi aktivitas komunikasi.

“Saya bekerja semenjak semester tiga. Jadi, kuliah sambil bekerja di Edelman selama empat tahun. Dari mulai magang sampai menjadi pegawai tetap,” kata Alumni Universitas Moestopo itu.

Simak penuturan Oci mengenai suka dukanya dalam menyelami dunia komunikasi di Indonesia kepada Marketeers.

 

Best

Sebelum akhirnya bergabung di Bukalapak, saya sempat menggali pengalaman di beberapa perusahaan agensi advertising dan komunikasi, seperti Celsius Creative Communications. Saya mendalami dunia advertising dan komunikasi karena merasa jenuh dengan kondisi tren PR di Indonesia.

Kala itu, tren PR di Indonesia cuman bikin press conference dan press releases. Padahal scoop-nya itu banyak banget. Ada corporate branding, communications, PR crisis dan handling media. Akhirnya, saya bosan dan pindah ke agensi. Di sini, saya belajar tentang digital, ATL, BTL, dan influencer.

Dunia komunikasi adalah passion saya selama ini, khususnya hal yang berkaitan dengan strategic branding. Ini ibarat sebuah seni. Tidak ada jaminan satu formula sukses dan bisa berlaku buat brand lain. Setiap kasus dan brand memiliki formula kesuksesan yang berbeda-beda.

Bagi saya, bekerja di mana pun adalah sebuah kesempatan untuk bisa mengembangkan segala potensi yang ada di dalam diri kita. Seperti di Bukalapak, karena merupakan sebuah platform e-commerce, saya memiliki kesempatan belajar lebih dalam. Selain itu, ada beberapa hal yang saya alami, semisal tidak ada ketidaksetaraan gender di ruang kantor. Semua sangat inklusif, dan bisa menyampaikan pendapat serta idenya.

Namun, salah satu pengalaman yang paling berkesan sekali menurut saya adalah ketika saya masih bekerja di Edelman. Kala itu saya harus memegang klien, Marina Bay Sands. Saya dipercaya untuk menangani beberapa kebutuhan yang berkaitan dengan Marina Bay Sands. Mulai dari peletakan batu pertama hingga akhirnya pembukaan dan jadi seperti sekarang ini.

Setidaknya saya menangani itu selama tiga tahun. Bahkan saya harus menetap di Singapura, karena saat itu saya yang menangani segala keperluan media seorang diri. Setiap ada peresmian atau progress terbaru, maka saya akan mengantar para rekan-rekan media untuk melalukan peliputan.

Dulu setiap kali ke sana, saya selalu memakai topi proyek dan lahannya juga gersang. Kini setiap ke Singapura dan melihat Marina Bay Sands, layaknya melihat anak sendiri.

Worst

Ketika masuk di Bukalapak, saya mengalami beberapa kali cultural shock. Pengalaman saya di agensi membuat saya terbiasa dengan pola bekerja yang cukup teratur dan ada temponya. Di Bukalapak, temponya selalu naik, tidak ada turunnya. Speed-nya harus sangat tinggi, strategi harus tajam, dan akurat. Itu jadi tantangan buat saya.

Namun, ada beberapa hal yang menyebalkan ketika bekerja di agensi. Mulai dari lembur sampai malam hingga ada masalah dengan klien. Terkadang, saya sampai menceletuk nyari duit kok begini amat ya.

Suatu waktu, saya pernah mengurusi klien yang banyak maunya. Ada beberapa permintaan yang sudah kami coba untuk penuhi, namun ketika dipenuhi malah berubah lagi dari awal. Lalu kami revisi segala macam. Padahal, revisi juga tidak selalu sekali langsung selesai. Saya menyadari, bekerja di agensi itu sama dengan kami bekerja untuk sebuah perusahaan. Sementara, mereka ini birokrasinya sangat berlapis dan beragam macam. Hal ini yang menjadi salah satu kendala.

Sejujurnya kalau sudah ada hal-hal seperti ini, saya terkadang suka marah-marah sendiri. Walaupun, nanti semuanya juga akan saya kerjakan. Biasanya saya akan tampung dulu segala macam masukan dan lainnya. Lalu, saya coba untuk urutkan secara kronologis, apa-apa saja yang harus diperbaiki dan dirapikan. Setelah itu, sebelum merumuskan sebuah strategi, saya akan mencoba melakukan diskusi dengan tim kreatif dan pemilik akun. Tak jarang, kalau sudah emosi banget, saya akan tutup dulu teleponnya, ambil napas yang panjang, makan-makan. Setelah itu, baru saya hadapi lagi. Jangan semuanya dibawa dengan kondisi emosi.

Related