Berpelesir Kian Menjadi Hobi, Dwidaya Terus Genjot Promosi

marketeers article

Meski libur Lebaran telah usai, bukan berarti strategi seasonal marketing tidak bisa dilakukan oleh para pemain. Dwidaya Tour misalnya, membagi musim menjadi dua, yaitu high season dan low season. Yang dimaksud high season antara lain, momen Idul Fitri, Natal, tahun baru, imlek, hingga libur anak sekolah pada periode Juni dan Juli. Sedangkan low season adalah masa-masa di luar itu.

Yanti Wijaya, Marketing & Communications Manager PT Dwidaya World Wide mengatakan, ada beberapa cara dalam melakukan seasonal marketing. Pertama, melakukan kolaborasi dengan perusahaan penerbangan atau penginapan untuk promo berupa voucher. “Kedua, untuk paket tour. Di sini, kami mengolah kembali paket yang ada dari sisi harga,” kata Yanti.

Berbicara tentang perilaku, konsumen Indonesia sangatlah senang dengan harga murah. Itulah mengapa Dwidaya selalu menggunakan kata murah dalam melakukan promonya. “Karakter konsumen Indonesia bisa dibilang berubah. Mereka mulai tidak mengenal musim dalam liburan. Ketika menemukan harga murah, mereka bisa saja berlibur,” katanya.

Sebagai pemain di dunia tour and travel, Dwidaya telah menentukan penerapan seasonal marketing di awal. Promo pun dilakukan tiga sampai empat bulan sebelumnya. Misalnya untuk libur sekolah yang berlangsung Juni atau Juli, promosi sudah dilakukan pada bulan Februari atau Maret. “Agar bisa memberikan dampak yang maksimal, khususnya untuk paket tour. Sebab, konsumen harus mengurus visa jika mereka pergi ke Amerika, Australia atau Eropa,” katanya.

Suka atau tidak suka, Dwidaya mengaku bahwa promosi mutlak dilakukan, apalagi di tengah persaingan tour and travel yang semakin ketat seiring kehadiran pemain baru. Itulah mengapa Dwidaya tak ragu untuk melakukan kolaborasi dengan pihak lain, semisal perbankan.

Dwidaya pun memberlakukan seasonal marketing secara seragam. “Promo berlaku untuk ketika konsumen membeli via website, by phone atau di cabang,” katanya. Saat ini proporsi penjualan Dwidaya secara keseluruhan masih didominasi penjualan tiket dengan porsi 70%. “Namun, untuk online, sekitar 70% justru didominasi oleh penjualan tour,” katanya.

Related