Bidik Pasar Perempuan, Jangan Terjebak Stereotyping

marketeers article
pasar perempuan

Acara Campus Marketeers Club kembali digelar di Universitas Muhammadiyah Jakarta pada Kamis (16/11/2017). #CMClub kali ini mengangkat tema “Unisex Marketing to Women: Stop Stereotyping” yang sekaligus menjadi tajuk utama Majalah Marketeers edisi November 2017. Acara yang didukung oleh BEM FEB UMJ dan Hyku Asia Pacific ini dihadiri oleh Managing Editor Marketeers Hendra Soeprajitno, Business Analyst MarkPlus, Inc. Luqman Hakim dan juga Brand Manager Shopee Indonesia Rezki Yanuar.

Menurut Hendra, segmen perempuan berperan besar dalam pergerakan ekonomi di Indonesia. Ia mengatakan, ketika brand bisa menaklukkan hati konsumen perempuan, maka brand tersebut dianggap telah memenangkan pasar. Karena dengan berhasil merebut hati perempuan, maka brand tersebut juga bisa merebut pasar laki-laki sekaligus.

Meski begitu, Hendra menegaskan kepada para brand, dalam menargetkan pasar perempuan, jangan pernah terjebak dalam stereotip. Hasrat dan kegalauan kaum perempuan tidak hanya seputar wajah cantik, tubuh langsing, atau kulit putih saja. Tetapi perempuan menginginkan lebih dari semua hal tersebut, perempuan ingin lebih dimengerti oleh brand. Walaupun memang tidak mudah, apa lagi bila berbicara tentang millennials perempuan.

Hendra juga mengatakan, dalam menggarap pasar perempuan, brand tidak bisa hanya memberikan produk yang fungsional saja. Brand harus bisa merebut hati dan emosi konsumen perempuan. Sentuh emosi dan hati konsumen dengan sifat-sifat yang personal. Berbeda dengan pria yang secara alamiah adalah sosok yang rasional.

Luqman juga mengatakan, untuk menargetkan perempuan millennials, marketer harus bisa menyelaraskan gaya hidup perempuan mulai dari gaya berbelanja, hingga cara perempuan memilih brand. Sebenarnya, seberapa perlu brand menargetkan kaum perempuan?

Satu yang unik, MarkPlus, Inc. percaya bahwa kaum perempuan adalah seorang menteri keuangan dalam sebuah keluarga. Pasalnya, sekitar 74% keluarga di Indonesia menyerahkan seluruh keuangan kepada kaum perempuan. Artinya, dari 100 keluarga di Indonesia, setidaknya ada 74 keluarga yang keuangannya dipegang oleh kaum yang satu ini. Hal itu menjadikan peranan perempuan dalam pembelian sangatlah penting.

Selain memiliki peran dominan di dalam sebuah keluarga, kaum perempuan juga adalah individu yang patut diperhitungkan dalam dunia bisnis. Sebab, sebuah fakta cukup mengejutkan datang dari data Commonwealth Bank yang mengatakan bahwa 50% pelaku UKM adalah kaum perempuan.

Saking powerful-nya, tak heran ada ungkapan yang mengatakan, “uang suami adalah uang istri, sementara uang istri adalah uang istri.”

Peluang ini disambut baik oleh raksasa e-commerce Asia Tenggara dan Taiwan, Shopee. Sejak awal kehadirannya di Indonesia Shopee memang langsung bisa dikatakan langsung merebut hati pebelanja online di Indonesia berkat berbagai promo yang mereka lakukan mulai dari ongkos kirim gratis, hingga jaminan uang kembali.

Namun lebih dari itu, untuk bisa menyentuh target market perempuan millennials, Shopee juga melakukan berbagai fitur yang lebih personal seperti kehadirannya di media sosial, fitur chat yang memungkinkan interaksi langsung antara penjual dan pembeli, fitur rekomendasi dan produk populer juga turut disematkan guna merebut hati kaum perempuan. Karena bagi mereka, rekomendasi adalah segalanya.

Komunikasi pemasaran Shopee juga terbilang mumpuni. Rezki mengatakan, konten pemasaran Shopee terbagi menjadi dua, melalui media sosial, dan in App Shopee. Untuk media sosial, Shopee memanfaatkan berbagai platform seperti Instagram, Twitter, Facebook, hingga YouTube. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari proses penciptaan konten serta berkomunikasi secara interaktif dengan pengguna.

Secara konsisten, Shopee juga melakukan aktivitas digital yang menarik guna mempromosikan festival belanja online mereka. Kolaborasi dengan para influencer marketing atau Key Opinion Leaders juga menjadi salah satu strategi utama Shopee dalam mempromosikan bisnis mereka

Terkait penggunaan YouTube, Rezki mengatakan akan memperbanyak konten video bagi pengguna Shopee dalam bentuk video wawancara komunitas, video ulasan program-program Shopee, hingga video tren yang sedang hits di masyarakat.

Selain media sosial, Shopee juga menggunakan In App Shopee yang merupakan User-Generated Content atau konten yang dibuat oleh pengguna. Fitur ini bisa diakses melalui aplikasi Shopee di mobile, baik Android atau iOS.

Berkat beragam hal tersebut, performa Shopee di Indonesia tak bisa dianggap remeh. Hingga saat ini, Shopee telah mengantongi 18 juta unduhan aplikasi, 60 juta pengguna aktif dan telah digunakan di 515 Kota dan Kabupaten. Bahkan, Indonesia merupakan pasar terbesar dengan kontribusi 40% dari total bisnis Shopee.

Melihat kesuksesan Shopee, para pemasar tentu sudah saatnya memikirkan untuk mulai menargetkan kaum perempuan sebagai target market. Pasalnya, perempuan memang pasasr yang sangat menarik untuk digarap Apa lagi di era Marketing 4.0 yang mengharuskan pemasar untuk mengolaborasikan online dan offline. Rekomendasi perempuan bisa jadi senjata yang sangat ampuh agar brand semakin dicintai.

Namun sekali lagi jangan terjebak dengan stereotip, salah melangkah, brand Anda mungkin akan rusak seketika. Ingat blunder iklan Dove? Semoga hal ini tak terjadi pada brand Anda dan selamat menggarap pasar perempuan yang kian seksi.

Campus Marketeers Club (CMC) adalah wadah untuk mahasiswa-mahasiswi yang memiliki minat di bidang marketing dari berbagai macam universitas di Indonesia dan menghubungkan mereka dengan para praktisi serta ahli marketing dari berbagai macam industri guna mempersiapkan mereka menjadi seorang marketer yang handal.

Saat ini, CMC hadir di empat (empat) kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang. Setiap bulannya CMC mengadakan acara di kampus-kampus dengan tema yang berbeda-beda dan mendatangkan praktisi serta ahli yang sesuai dengan bahasan tema. Untuk bergabung menjadi CMC-ers, daftarkan diri kamu dengan mengirimkan email ke [email protected] atau hubungi 0813-1550-9848 (Ivan). Sampai jumpa di Campus Marketeers Club berikutnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related