Birokrat Kudu Berjiwa Entrepreneur

marketeers article

Semangat entrepreneurship tak hanya dibutuhkan oleh mereka yang berkecimpung di dunia bisnis. Mereka yang berada di dalam lingkaran birokrasi pemerintahan pun dituntut memiliki semangat yang sama. Semangat entrepreneur ini paling tidak mengusung nilai-nilai, seperti lihat menangkap peluang baru, berani mengambil risiko, inovatif, serta produktif-kreatif. Di kalangan aparatur, semangat ini dikenal dengan nama biropreneur.

Paling tidak semangat ini yang saat ini sedang dibangun dan ditularkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) yang berada di bawah kepemimpinan Asman Abnur.

“Berinovasi bukan sekadar keharusan. Berinovasi menjadi sebuah kebutuhan untuk mencapai daya saing bangsa yang tinggi. Sudah harga mati bahwa Inovasi tidak hanya dilakukan dalam dunia bisnis, tetapi juga dalam setiap tubuh instansi pemerintahan,” ujar Asman Abnur yang lahir dari keluarga pedagang di Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Lalu, seperti apa langkah konkret Kemenpan RB dalam memperbaiki kualitas para aparatur negara di seluruh Indonesia? Simak wawancara Asman Abnur dengan Sigit Kurniawan dari Majalah Marketeers berikut ini:

Apa yang Anda lakukan untuk memperkuat kinerja aparatur negara?

Aparatur sipil negara ini harus kita naikkan kapasitasnya menjadi aparatur sipil negara yang memiliki keahlian yang tinggi. Untuk itu, perlu reformasi, baik dari bidang pelatihannya, maupun di bidang tata cara di publiknya. Sebab itu, kunci kesuksesan sebuah negara ada pada aparatur yang profesional, memiliki pikiran maju, inovatif, melaukan terobosan-terobosan saat melakukan tugasnya. Jadi, tidak terjebak pada rutinitas sehari-hari.

Bagaimana dengan pelayanan publik?

Agar kehadiran pemerintah itu terasa di hati masyarakat, pelayanan publik harus diperbaiki. Makanya, saya akan konsentrasi pada tingkat kementerian dan lembaga maupun tingkat daerah. Pelayanan publik harus diperbaiki.

Dari mana Anda memulainya?

Sekarang, ada beberapa daerah yang kita anggap sudah bagus pelayanan publiknya. Kalau sudah bagus, kami jadikan mereka sebagai role model bagi daerah lainnya. Dengan ini, kami tinggal mendorong agar semangat pembaruan itu ditularkan ke daerah lain – khususnya daerah-daerah yang sama sekali belum melakukan hal itu. Otomatis, kami yakin, daerah-daerah lain akan terpacu untuk memperbaiki diri. Harapannya, dalam dua tiga tahun ini, hal ini bisa kami capai.

Bagaimana adopsi teknologi untuk mendukung pembaruan itu?

Kami juga mendorong aparat di pemerintahan, dari tingkat kementerian sampai daerah, untuk menerapkan sistem elektronik di pemerintahan. Jadi, membangun pemerintahan yang berbasiskan elektronik. Artinya, Teknologi Informasi yang selama ini menjadi wacana harus segera diimplementasikan. Semua diterapkan elektronik, baik itu e-government, e-budgetting, e-controlling, dan sebagainya. Dengan ini, proses pelayanan dan pelaksanaan program menjadi lebih gampang dan terukur. Semoga, dalam tiga tahun ini, perubahan itu nyata.

Bagaimana dengan sumber daya manusianya?

Kami mengadakan aneka pelatihan. Selama ini, mungkin pelatihan hanya dianggap sebagai salah satu pemenuhan syarat. Tetapi, sekarang, pelatihan ini harus sesuai dengan kebutuhan dan tugas para aparatur. Misalnya, pelatihan yang fokus pada keahlian yang dimiliki masing-masing.

Anda berlatar belakang keluarga entrepreneur. Apakah semangat entrepreneur ini juga akan Anda tularkan ke kalangan aparatur?

Betul. Intinya, anggaran pemerintah, baik APBN maupun APBD itu tidak boleh keluar dengan sia-sia. Di sini, semangat entrepreneur berperan penting. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkan oleh pemerintah ini harus menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai multidampak yang tinggi. Misalnya, kami memberikan anggaran pembimbingan untuk para petani. Dengan pembimbingan itu, harus ada  hasil yang konkret, seperti peningkatan produktivitas petani. Jadi, harus ada ukuran keberhasilan dan bukan sekadar menggelontorkan biaya. Jangan sampai uang negara dihamburkan dengan sia-sia.

Biasanya, jebakan menjadi aparatur itu bekerja sesuai standar saja. Bagaimana menumbuhkan kreativitas di kalangan mereka?

Memang, biasanya aparatur negara kalau sudah pukul sebelas, kehilangan akal dan bingung apa yang harus mereka lakukan lagi. Kenapa ini terjadi? Karena mereka tidak memiliki inisiatif maupun pemikiran kreatif dan inovatif. Di sini, perlu pelatihan-pelatihan untuk menularkan semangat inovatif dan kreatif di kalangan aparatur ini. Termasuk agar mereka berani melakukan terobosan-terobosan. Ini semua terkandung dalam semangat entrepreneur. Jadi, apartur sipil negara itu datang ke kantor bukan untuk absen saja, tetapi karena memang pekerjaannya yang banyak.

Tentu itu membutuhkan sistem yang mendukung. Seperti apa?

Perlu kerja yang cepat dan cerdas. Ini tergantung pada sistem yang kami ciptakan. Sebab itu, pelayanan publik saat ini harus berbasis elektronik.

Selain berbasis elektronik, pembaruan pelayanan publik apa saja yang dilakukan?

Semangat hospitality itu yang penting. Ini harus menjadi semangat para aparatur di garda pelayanan publik. Jadi, mereka memiliki rasa untuk melayani, memahami, dan mendengarkan orang-orang yang dilayani. Selama ini, ada kesan aparatur negara itu sebagai penguasa dan bukan sebagai pelayan. Kalau jadi pelayan, mereka harus memiliki semangat hospitality.

Ada contoh konkretnya?

Kami memulai di kantor kami dari saat tamu datang hingga kepulangan mereka. Termasuk bagaimana memperlakukan mereka secara profesional. Kalau pelayanan di kantor ini sudah sama dengan pelayanan di bank-bank, saya pikir ini sudah lebih dari cukup.

Bila melihat kepala-kepala daerah, menurut Anda, apakah mereka sudah menunjukkan pembaruan yang menggembirakan?

Sebagian besar masih harus kita perbaiki. Tinggal, bagaimana kami mensosialisasikan semua tadi kepada semua kepala daerah. Kalau kepala daerah sudah berubah dan berbenah, efek ke bawahnya akan lebih besar dan cepat. Perubahan ini harus datang dari atas. Kalau cuma dari bawah, nanti yang ada cuma kebentur. Saya rutin bertemu mereka dan menjalin ikatan melalui kerjasama dengan kementerian. Ikatan ini juga menjadi bahan kami untuk mengevaluasi mereka.

Semangat kepemimpinan macam apa yang ingin Anda tularkan?

Justru, saya mau membangun rasa kebersamaan. Tidak mungkin, sesuatu itu dicapai secara sendiri-sendiri. Koordinasi dan komunikasi antaraparatur ini harus dibangun. Sementara, sistem harus diperkuat dan dikawal.

 

Related