Bisakah Negara Hadir untuk Warganya di Media Sosial?

marketeers article

Media sosial sudah lama eksis sebagai salah satu kanal komunikasi yang mengusung sifat horizontal. Media sosial ini tidak hanya berevolusi sedemikian rupa dengan aneka fitur yang makin bagus, tetapi juga digunakan meluas di semua kalangan. Salah satunya, kalangan pemerintahan.

Salah satu momentum pemanfaatan media sosial di kalangan pemerintahan tampak populer di era kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat yang saat itu mengusung Barack Obama. Obama mendapatkan suara signifikan karena komunikasi jitunya melalui media sosial saat kampanye tersebut.

Di Indonesia, banyak pejabat yang juga memanfaatkan media sosial, seperti Twitter untuk mendukung pemerintahannya. Tetapi, tidak banyak yang mampu memanfaatkannya secara benar alias bukan sekadar eksis. Mereka yang cukup “ramah” di kalangan netizen Indonesia, antara lain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Walikota Bandung Ridwan Kamil.

“Tentu, dengan 35 juta penduduk Jawa Tengah di 35 kabupaten kota itu jumlah yang besar sekali. Dan, ketika mereka harus dekat dan menyampaikan persoalan kepada gubernurnya dan budaya transparan yang sedang dikembangkan, caranya komprehensifnya hanya dengan teknologi,” ujar Ganjar.

Teknologi tersebut, sambung Ganjar, menjadi jawaban atas keterbatasan untuk bertemu fisik dengan warga. Bahkan, teori blusukan pun tidak bakal menjawab semua persoalan tersebut. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi sarana yang membantu. Bagi Ganjar, pilihannya banyak, seperti website, Twitter, Instagram, Facebook, dan sebagainya. Namun, yang paling realistis untuk mengerjakan itu semua menurut Ganjar adalah Twitter.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Ridwan Kamil, Walikota Bandung. Ia mengaku, media sosial sebagai media untuk berinteraksi dengan warga Bandung. Selan karena lebih gampang diakses, respons yang diberikan juga bisa lebih cepat.

“Banyak curhat warga yang disampaikan langsung ke saya. Bisa ribuan mention karena dinas lain tidak,” kata pemilik akun @RidwanKamil dengan 1,54 juta followers kepada media.

Karena dinilai cukup efektif, walikota yang sering disapa dengan Kang Emil ini memerintahkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki akun Twitter. Dengan banyak dinas yang memiliki akun Twitter, mention langsung ke akun Emil menjadi berkurang.

“Dengan mention di Twitter, persoalan bisa saya sampaikan langsung ke SKPD terkait. Dan, saya minta mereka untuk satu kali 24 jam, mereka harus merespons. Bila tak direspons, SKPD akan berurusan langsung dengan saya.Ternyata, hasilnya luar biasa. Kami jadi tahu tentang jalan-jalan yang rusak, orang diusir oleh keluarganya, orang sakit yang tak terurus, dan sebagainya. Ini membantu pelayanan kami lebih sigap,” kata pemilik akun @ganjarpranowo dengan 698.000 followers tersebut.

Agar efektif, seluruh SKPD harus memiliki akun Twitter. Awalnya, banyak SKPD yang gagap dengan kanal komunikasi ini. Tapi, setelah sedikit dipaksa dan dibiasakan, mereka akhirnya bisa luwes memanfaatkannya. Namun, tidak semua melihat sisi positif. Para haters, misalnya menurut Ganjar, sering mengolok-olok bagaimana gubernur dan SKPD bisa bekerja kalau “main” Twitter terus.

“Dia tidak tahu kalau pemerintahan juga bisa dijalankan dengan banyak media, apalagi kalau sudah ada commited building dan desain yang sudah disiapkan secara matang. Mereka adalah haters yang kampungan,” katanya.

Twitter ini juga membantu pemerintah untuk mengontrol apakah program untuk masyarakat sudah dijalankan atau tidak. Misalnya, program kredit tanpa agunan dengan bantuan Bank Jateng. Saat dirilis pertama, warga sangat antusias mendatangi cabang-cabang. Di cabang, mereka merasa tidak dilayani karena pihak cabang merasa belum menerima perintah.

“Dengan ini, kami bisa tahu apakah program sudah tersosialisasi sampai tingkat bawah atau belum dan ini menjadi bahan evaluasi,” kata Ganjar.

Ganjar menilai, media sosial bisa dimanfaatkan untuk menunjukkan bahwa pemerintahan – dalam hal ini dirinya sebagai gubernur – mau mendengarkan, merespons, dan hadir untuk warganya.

———–

Bagaimana media sosial bisa dioptimalkan untuk kampanye pemasaran? Simak edisi Majalah Marketeers edisi Agustus 2016 bertajuk “The Ultimate Guide to Social Media Marketing.”

Related