Bisnis Kosmetik SASC Balik Modal Kurang dari Setahun

marketeers article

Diprediksi menjadi beauty destination terbesar di Asia Tenggara dalam sepuluh tahun ke depan, tak heran jika pasar kecantikan Indonesia terus didatangi pemain baru. Tak terkecuali, indie brand yang mulai bermunculan di pasaran. Menjajal keberuntungan, merek kosmetik lokal SASC (Socially Aware Sexy Cosmetics) menggelontorkan investasi berkisar Rp 1 miliar dan berhasil mengembalikan modal kurang dari satu tahun.

Petualangan bisnis SASC dimulai pada Juni 2017 digawangi oleh Michelle Karli, Priscilla Pangemanan, dan Felicia Sanjaya. Tiga perempuan ini mencoba manisnya bisnis kosmetik dengan meluncurkan lip product sebagai debut perdana mereka.

“Awal mula kami memulai bisnis ini, dunia kecantikan kala itu tengah diganderungi demam liptint Kylie. Merek-merek asal Amerika membanjiri pasar dalam negeri. Konsumen di Indonesia mau membayar lebih bagi produk Kylie yang rata-rata dijual sekitar Rp600 ribu-Rp700 ribu di Indonesia meskipun mereka harus masuk ke dalam daftar tunggu untuk memperoleh produk itu,” cerita Priscilla kepada Marketeers.

Di satu sisi, Priscilla dan kedua founder SASC lain melihat Indonesia memiliki sumber yang bagus. “Saya heran kenapa orang-orang bisa tergiur membeli produk kosmetik dengan harga yang tidak murah hanya karena sebuah branding,” ujar Priscilla.

Bermodalkan dana patungan, Priscilla, Michelle, dan Felicia berhasil mengumpulkan Rp 750 juta-Rp 1 miliar sebagai modal awal. Dengan keyakinan akan sumber daya yang tak kalah bagus, SASC optimistis dapat membuat produk dengan kualitas yang lebih baik, namun harga yang jauh lebih terjangkau.

“Kami mulai dengan meluncurkan lip product hasil kolaborasi SASC bersama lima orang influencer. Para influencer dilibatkan mulai dari proses research and development produk hingga tahap penjualan,” kata Michelle. Adapun deretan lima influencer tersebut, meliputi Valencia Tanoesoedibjo, Anaz Siantar, Michelle Pangemanan, Dita Soedarjo, Harumi PS. Seiring berjalannya waktu, SASC menambah deretan kolaborator mereka, seperti Titan Tyra dan makeup artist Malvava.

Berbasiskan label social enterprise, SASC melibatkan pemberdayaan perempuan dalam setiap aksi mereka. Materi kampanye pemasaran dikemas menarik dengan pesan-pesan yang memberdayakan perempuan. Tak lupa, target pasar diajak untuk berkontribusi kepada sesama dengan membeli produk SASC yang sekian persen keuntungan disalurkan kepada deretan lembaga dan asosiasi yang bekerja sama.

“Sekian persen dari penjualan produk-produk kolaborasi ini akan disalurkan kepada delapan lembaga yang telah bekerjasama dengan SASC, meliputi Panti Sosial Bina Laras, Cleft Care Indonesia Foundation, Foundation of Mother and Child Indonesia (FMCH), Generasi Muda Peduli, Let Share.ID Education, SAAB Shares, HT Foundation, Let Share.ID Healthcare,” jelas Priscilla dan Michelle.

Tak butuh waktu lama, SASC mampu mengembalikan modal mereka kurang dari satu tahun. Kini, SASC yang baru menjajaki tahun kedua petualangan bisnis mereka mampu menjual sekitar dua ribu hingga tiga ribu produk melalui website dan e-commerce. Sementara total penjualan (online-offline) berkisar lima ribu hingga enam ribu produk per bulan. “Kami menargetkan SASC bisa meluncurkan inovasi produk baru setiap bulan,” tutur Priscilla.

Editor: Sigit Kurniawan

Related