Bonus Demografi Tak Jamin Tenaga Kerja Berkualitas

marketeers article
Masalah ketanagakerjaan atau human capital akan menjadi tantangan krusial di masa mendatang bagi banyak perusahaan. Meskipun Indonesia dikatakan memiliki bonus demografi yang menciptakan banyak angkatan kerja usia produktif, banyak perusahaan yang masih mengkhawatirkan kualitas lulusan universitas di Indonesia.
 
Pasalnya, kebutuhan tenaga kerja (talent) pada tahun 2021 akan mengalami perubahan seiring meningkatkan adaptasi teknologi dalam operasional perusahaan. Di sisi lain, kebanyakan kurikulum pendidikan di Indonesia tidak banyak berubah sesuai perubahan zaman. 
 
“Perusahaan berubah. Tenaga kerja juga berubah. Bukan tenaga kerja tradisional. Mereka yang dulu dianggap OK belum tentu di masa depan masih disebut OK,” papar Lilis Halim, Consulting Director Willis Tower Watson di L'Oreal Academy Jakarta, Rabu, (20/4/2016).
 
Berdasarkan laporan Bank Dunia tahun 2015, dari sisi kompetetif, tenaga kerja di Tanah Air masih jauh berada negara-negara di dunia dengan menduduki peringkat ke-111 di dunia, atau ke-6 di Asia Tenggara.
 
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian The Conference Board, CEO Challenge 2014 yang menyatakan tantangan teratas bagi perusahaan di dunia saat ini adalah human capital, disusul hubungan pelanggan, operasional, dan inovasi. 
 
“Hasil penelitian kami juga menyebut perubahan dunia teknologi dan digital mempengaruhi permintaan talent di masa depan. Setelah itu adalah perubahan customer needs & behaviours,” ungkap Lilis mengutip dari penelitian perusahaannya bersama Oxford Economics bertajuk Global Talent 2021 Study.
 
Ia mengatakan, akibat teknologi, strategi perusahaan dalam melakukan operasional bisnisnya pun berubah. Hal ini membuat perusahaan banyak melakukan pengurangan biaya dan strategi efisiensi. 
 
“Tak hanya talent yang paham digital, perusahaan juga membutuhkan talent yang memiliki time management yang bagus dan multitasking. Sebab, perusahaan bakal banyak melakukan ekspansi global,” papar Lilis.
 
Di lihat dari proyeksi tenaga kerja di dunia, Indonesia masih dinilai positif atau surplus tenaga kerja. Sedangkan, banyak negara, khususnya negara maju seperti Amerika dan Australia yang akan defisit tenaga kerja pada tahun 2021.
 
“Sisi supply tenaga kerja di Indonesia masih lebih tinggi 1,5% dari sisi demandnya. Akan tetapi, kendala terletak bukan karena jumlahnya, melainkan kualitas. Kita bisa lihat banyak pencari kerja di Indonesia kesulitan mencari pekerjaan,” tuturnya.
 
Jumlah tenaga kerja usia produktif meningkat saban tahunnya. Maish menurut survei tersebut, jumlah lulusan universitas meningkat 5%, menjadikan Indonesia berada di urutan ketiga setelah India dan Brazil berdasarkan pertumbuhan angkatan kerja baru.
 
Jika ditengok lebih dalam lagi, berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasionnal (Sakernas) Agustus 2015, hanya 8,32% dari angkatan kerja saat ini berasal dari bangku kuliah. Yang paling besar justru belum tamat SD (13,02%), tidak/belum pernah sekolah (27,42%), SMP (18,03%), dan SMA (17,26%).
 
Editor: Sigit Kurniawan

    Related