Meski Berusia Seabad Lebih, BRI tetap Jadi Bank Zaman Now

marketeers article

Bank BRI mungkin merupakan salah satu institusi perbankan tertua di Indonesia. Jaringan bisnisnya yang luas membuatnya berhasil menjangkau wilayah-wilayah pelosok di Indonesia. Bahkan, karakteristik nasabahnya juga beragam dari umur dan kelas sosial.

Meskipun sudah berusia lebih dari seratus tahun, Bank BRI tidak ingin dipersepsikan sebagai brand zaman dulu. Justru saat ini Bank BRI tampil kekinian dengan merangkul generasi muda, khususnya kalangan millennials sebagai nasabah utama mereka masa depan.

“Bank BRI saat ini sudah menjadi brand jaman now,” ujar Prilli Savitri VP of Marketing Communication Division BRI di Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Usianya yang sudah melebihi satu abad justru menjadi kekuatan dari Bank BRI. Dengan stabilitas dan konsistensi yang dihadapi oleh Bank BRI selama ini, justru membuat BRI sebagai salah satu top of mind di kalangan nasabah perbankan.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis perbankan dasarnya adalah rasa percaya antara nasabah dengan intitusi perbankan, dan BRI mendapatkan rasa percaya yang tinggi dari masyarakat,” tambah Prilli.

Untuk bisa menjadi bank kekinian, BRI juga melakukan serangkaian transformasi. Sebelumnya, kepada Marketeers, Direktur Konsumer BRI Handayani mengatakan, Bank BRI sudah meluncurkan program transformasi sejak tahun 2017. Transformasi ini dinamakan dengan BRIVolution.

“Di sini, ada milestone, yang mana BRI akan menghadapi kompetisi, memperkuat positioning, dan mengantisipasi perubahan-perubahan, baik yang bersifat global maupun nasional,” kata Handayani.

Pada tahun 2018, sambung Handayani, Bank BRI memiliki visi menjadi The Most Valuable Bank pada tahun 2022 di Asia Tenggara. Arah inilah yang kemudian diturunkan dalam berbagai strategi pada tahun-tahun sebelumnya.

“Di sini, kami tidak hanya berbicara tentang profit, tetapi segala aspek 360 derajat, termasuk bagaimana kami memperkuat positioning dari sisi brand korporasi, produk, brand equity, servis yang terbaik pada nasabah, dan sebagainya,” kata Handayani.

Editor: Sigit Kurniawan

Related