Buka di Bali, Artotel Ubah Wajah Sanur

marketeers article

Artotel mulai unjuk diri sebagai jaringan hotel di pariwisata Indonesia. Setelah hadir di Surabaya dan Jakarta, Artotel kini hadir di Pulau Dewata Bali.

Berlokasi di kawasan Sanur, Artotel membuka pintu kamarnya sejak Juni 2016 lalu. Mengusung konsep desain kontemporer modern, Artotel Sanur Bali perlahan mengadopsi unsur lokal ke dalam pelayanannya.

General Manager Artotel Sanur Bali Goya A. Mahmud mengatakan, sempat ada keraguan untuk membuka hotel berkonsep kontemporer di kawasan yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi Bali.

Akan tetapi, setelah timnya melakukan studi, ia melihat ada potensi pasar yang bisa diceruk oleh Artotel di kawasan pariwisata tertua di Bali ini.

“Terlebih, komunitas adat setempat yaitu Yayasan Sanur menseleksi hotel-hotel yang masuk ke Sanur agar tidak merusak tradisi setempat. Artotel dianggap mampu membawa hal baru bagi Sanur,” kata Goya saat ditemui Marketeers di Sanur, Jumat (14/10/2016).

Goya mengatakan, Sanur sebagai destinasi wisata tertua di Bali telah banyak menjaring turis asing, khususnya dari Belanda. Mereka datang jauh-jauh ke Sanur biasanya untuk menikmati objek wisata sejarah maupun mereka yang ingin mengenal tardisi Bali lebih dekat.

“Kehadiran kami justru memberikan nuansa baru di Sanur. Meskipun Sanur dipadati turis senior, 70% tamu kami malah berusia 30 tahun ke bawah,” katanya.

Dia memaparkan, pembangunan hotel di Sanur juga dibatasi oleh komunitas adat dan pemerintah setempat. Bahkan, tinggi bangunan pun tidak boleh setinggi pohon kelapa. Artinya, pembangunan hotel di kawasan ini tidak semasif kawasan Bali lainnya, sehingga okupansi hotel masih terjaga.

“Yayasan Sanur tidak mau ada hotel bintang tiga, karena merusak pasar. Minimal hotel bintang empat,” ujar pria berperawakan Arab ini.

Berdiri di atas lahan 3.000 m2, Artotel memiliki 89 kamar dengan tiga tipe luas, yaitu 30 m2, 40 m2, dan 55 m2. Semua kamar itu dikurasi oleh seniman lokal, antara lain Pintor Sirait, Ines Katamso, Natisa Jones, Kemal Ezedine, dan I Made Wiguna Valasara,

Artotel menargetkan turis keluarga sebagai target marketnya. Mereka biasanya membawa serta anak dan bahkan orang tuanya untuk tujuan leisure. Adapun average length of stay (ALOS) atau rerata lama tamu tinggal di hotel yaitu 5-7 hari.

“Mereka jauh-jauh datang dari Eropa, sehingga mereka membutuhkan kamar yang luas. Karenanya, kamar kami di Artotel Bali lebih besar dibanding kamar serupa di Jakarta atau Surabaya,” paparnya lagi.

Sejak enam bulan beroperasi, Goya mengaku tingkat keterisian kamar terbilang memuaskan. Pada awal pembukaan, okupansinya sebesar 49%, Juli 77%, Agustus 86%, dan September 83%.

“Tahun ini diharapkan meningkat meskipun termasuk low season. Akan tetapi, kami selalu berada di atas rata-rata okupansi kamar hotel di Bali yang berkisar 70%,” jelasnya.

Target Korporasi

Meskipun kawasan wisata, Artotel Sanur juga mengincar segmen korporasi. Hal ini mengingat lokasi Sanur dekat dengan kota Denpasar sebagai kota pemerintahan Provinsi Bali. “Setidaknya, tahun depan, 20% revenue kami datang dari tamu-tamu korporasi,” ujar Goya.

dsc00467

Karena itu, meskipun Artotel mengedepankan fungsi leisure, hotel ini tetap menyediakan tiga fasilitas ruang pertemuan yang secara total mampu menampung 100 orang. Jumlah ini dianggap Goya cukup untuk mengakomodir keperluan pemerintah kota untuk mengadakan Focus Group Discussion.

Goya melanjutkan, 55% pemesanan kamar hotel berasal dari Online Travel Agent. Pihaknya memang tengah bekerja sama dengan agen-agen travel lokal, namun itu tidak semudah yang diharapkan.

“Sebab, agen wisata mengincar turis domestik yang lebih menyukai daerah-daerah hype seperti Kuta, Seminyak, atau Legian,” ucapnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related