Bukan Teknologi Digital, Bank Harus Waspadai AI

marketeers article

Industri perbankan terus bergerak menuntut para pemain untuk mampu beradaptasi. Kehadiran fintech menjadi momok baru bagi sektor perbankan. Bukan perihal masalah transformasi digital, Pendiri Lippo Group Mochtar Riady mengatakan, perbankan justru harus mewaspadai Artificial Intelligence (AI).

Ekonomi digital dikatakan Mochtar telah dimulai beberapa tahun lalu. Kedatangan Amazon yang meluncurkan toko tanpa layanan manusia (Amazon Go), dan Alibaba melalui Tao Cafe kian memperjelas kondisi ekonomi digital.

“Saat ini money flow terbesar di dunia dikuasai oleh Alipay. Sementara, data flow terbesar dipegang oleh Google. Belum lagi kekuasaan yang dimiliki Alibaba dan Amzon di berbagai bidang menandakan bahwa manusia telah memasuki era ekonomoi digital,” kata Mochtar di Jakarta, Selasa (27/11/2017).

Era digital dikatakan Mochtar sudah melewati zamannya. Ia berpendapat, sejak tahun 1992, perbankan Indonesia sudah melakukan transformasi digital melalui komputerisasi di Bank Central Asia (BCA) dan Lippo Bank. “Berbicara soal digital memang sudah lewat. Sekarang, kita tidak lagi berbicara mengenai digital, melainkan Artificial Intelligence (AI),” ungkap Mochtar.

Kehadiran AI di tengah ekonomi digital dipertegas Mochtar perlu diwaspadai para pemain perbankan. Meski menjadi momok yang menakutkan, Mochtar mengatakan hal ini perlu untuk dipertahankan. Banking system pun perlu untuk dikembangkan, namun tidak terburu-buru.

“Ekonomi digital begitu dahsyat. Berbicara perihal digital berarti berbicara mengenai sharing economy dan resources. Kita harus mempertahankan banking system, namun jangan terburu-buru karena setiap orang saat ini bisa melakukan bisnis perbankan melalui digital,” ungkap Mochtar.

Hal senada diungkapkan Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, “kehadiran AI memang harus diantisipasi. Bank harus mampu bertransformasi. Fintech bisa jadi teman sekaligus tantangan. Dinamika terus berubah, dan tidak ada new kids on the block di industri perbankan Indonesia,” ungkap Jahja yang telah meluncurkan AI BCA bernama Vira.

Menurut Jahja, para pelaku perbankan harus terus menerus melakukan coaching terhadap teknologi baru, tak terkecuali AI. Bank harus memiliki kemampuan yang sama dengan teknologi baru yang hadir.

“Yang terpenting, para pemain harus waspada karena kehadiran teknologi baru apapun bentuknya mungkin akan lebih cepat, namun tidak semua efisien bagi bisnis perbankan. Para bankir harus mempertimbangkan ini dengan baik, dan lagi-lagi tidak bisa terburu-buru,” jelas Jahja.

Editor: Sigit Kurniawan

Related