Cara Jakcloth Jaga Eksistensi di Kalangan Pelajar

marketeers article
Closeup of female hand holding black shopping bag on white brick background. Mock up

Siapa yang tak kenal Jakcloth. Pameran yang acap kali ditunggu anak-anak muda ibu kota untuk berburu produk sandang ini cukup populer satu dekade lalu. Bagaimana dengan sekarang? Menjawab keragu-raguan banyak pihak perihal keputusan LianMipro atas konsep baru Jakcloth 2018, Jakcloth membuktikan bahwa panggung musik bukanlah satu-satunya alasan masyarakat datang ke Jakcloth.

“Banyak pihak mempertanyakan alasan kami meniadakan musik di Jakcloth 2018. Tujuan kami ingin agar pengunjung fokus terhadap produk yang dijual, kami ingin pengunjung yang datang fokus untuk berbelanja, bukan menonton pertunjukkan musik,” kata Ucok Nasution, CEO Jakcloth dalam siaran resminya.

Ucok pun menunjukkan hasil di luar prediksi dengan konsep barunya. “Alhamdulillah jumlah pengunjung justru meningkat. Tahun lalu ketika masih ada panggung musik, event kami di 25 titik seluruh Indonesia diramaikan 1,3 juta pengunjung. Tahun 2018, tanpa panggung musik pada bulan November terakhir catatan kami sudah lebih dari  1,5 juta pengunjung, belum termasuk JakCloth Year End Sale tanggal 19-23 Desember ini,” jelasnya.

Dengan konsep barunya, setiap event memiliki sentuhan yang berbeda-beda, seperti berbagai kompetisi yang melibatkan pelajar dan anak-anak muda, kuliner murah serba lima ribu, permak pakaian gratis, hadiah motor, hingga voucer bernilai puluhan juta rupiah.

Seperti pada Jakcloth Year End Sale 2018 yang akan di adakan di Parkir Timur Senayan pada tanggal 19-23 Desember 2018, penyelenggara akan hadirkan pengusaha-pengusaha pakaian baru dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang dimodali Jakcloth untuk menjadi pengusaha pakaian.

“Pengunjung Jakcloth itu 80% pelajar dan mahasiswa, kami ingin mengapresiasi mereka dengan mendatangi mereka ke sekolah dan kampusnya untuk memberikan motivasi sekaligus mengajak mereka jadi pengusaha pakaian, modalnya dari kami,” jelas Ucok.

Ucok pun ingin memberikan pengalaman baru ke pada para konsumennya itu, yakni pengalaman menjadi penjual. Harapannya akan tumbuh pengusaha-pengusaha pakaian lokal yang akan meramaikan industri kreatif Indonesia.

Editor: Sigit Kurniawan

Related