Citizen 4.0: Ada Empat Tahap Kehidupan, Mana Lebih Penting?

marketeers article
tahap kehidupan

Merunut dari tulisan sebelumnya tentang konsep Citizen 4.0 yang harus dimiliki setiap orang,   masyarakat saat ini sedang menghadapi era Marketing 4.0 yang ditandai dengan dunia yang semakin horizontal, inklusif, dan sosial. Era ini juga ditandai dengan pergeseran masyarakat dunia yang semakin tidak memperhitungkan bangsa, suku, agama, dan berbagai latar belakang lainnya.

Di era sekarang, yang paling penting bukan dari mana dan seperti apa kita  saat ini. Tapi, apa sumbangan kita kepada orang lain dan bagaimana menjadi “citizen of the world”. Namun, tidak ada cara instan untuk mencapai tahap kehidupan tertinggi. Semua dilalui satu per satu dan melalui proses penyempurnaan diri secara terus menerus.

Masih mengacu pada buku terbaru Pakar Pemasaran Hermawan Kartajaya berjudul Citizen 4.0 (Gramedia, 2017), hidup manusia terbagi menjadi empat tahap kehidupan, yaitu Fundamental (usia 0-20), Forefront (usia 20-40), Foster (usia 40-60), dan Final (usia 60-80). Ada pengamat yang berpendapat bahwa masa awal kehidupan terutama pada fase bayi sangat penting karena pada fase inilah seseorang diperkenalkan pada segala sesuatu untuk pertama kalinya yang mungkin bisa melekat di seluruh hidupnya.

Ada juga yang mengatakan bahwa di awal masa kedewasaan yang sangat penting. Pada tahapan ini, seseorang dianggap telah mengalami proses pendewasaan yang bisa jadi sangat terpengaruh lingkungan. Pada masa inilah, biasanya kondisi fisik manusia sedang pada masa puncak.

Namun pengamat lain ada yang berpendapat bahwa masa kedewasaan lanjutlah yang sangat penting. Karena pada fase ini, seseorang diklaim telah memiliki kemampuan untuk memberikan bimbingan kepada orang lain. Sehingga segala tindak tanduk bisa memberi pengaruh baik atau buruk pada lingkungan sekitar.

Namun menurut konsep Citizen 4.0, setiap fase kehidupan sangat penting. Satu fase kehidupan akan ikut memengaruhi fase lainnya. Apa yang didapat di masa kecil sedikit banyak akan memengaruhi berbagai faktor dalam hidup. Mulai dari kebiasaan, pola pikir, mentalitas, karakter, hingga ke pengambilan keputusan.

Semua faktor tersebut akan memengaruhi bukan hanya pada diri mereka sendiri, tapi juga pada lingkungan sekitar. Jadi, semua itu menjadi penentu apakah seseorang menjadi pembawa dampak positif atau malah menjadi pembawa dampak negatif pada lingkungan sekitar.

Bila kesemuanya berjalan dengan baik, seseorang bisa mencapai titik Citizen 4.0 pada fase final.

Fundamental Life-Stage

Tahap kehidupan pertama ini berlangsung pada dua puluh tahun pertama kehidupan. Saat lahir, seorang bayi membawa harapan bagi orang-orang terdekatnya, terutama bagi keluarga intinya, ayah ibu dan saudaranya. Bayi seringkali meningkatkan rasa optimisme sebuah keluarga. Maka dari itu, proses awal kelahiran selalu menjadi sesuatu yang spesial.

Pada masa kanak-kanak, tentu setiap orang masih sangat energik dan bersemangat untuk mengeksplorasi segala sesuatu seolah tidak mengenal batas. Semua pembelajaran diterima dan tidak ragu untuk kreatif bereksperimen pada apa pun berkat daya imajinasi tinggi dari seorang anak.

Beranjak pada usia sekolah, seorang anak mulai dibekali banyak keahlian teknis dan juga sosial. Pada rentang ini, mereka mulai belajar mencari solusi untuk mengatasi permasalahan sehari-hari yang dihadapi. Pada masa ini pula, seorang anak mulai benar-benar mengenal tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya.

Masuk pada masa remaja, di mana seringkali diklaim sebagai masa yang penuh gejolak. Masa-masa ini adalah masa di mana seseorang sangat dipengaruhi lingkungan sekitar. Belum lagi pengaruh perubahan hormon dalam diri yang juga berpengaruh pada kondisi internal diri. Tak heran, masa ini juga sering disebut sebagai masa pencarian jati diri.

Bila diperhatikan, ada begitu banyak yang terjadi pada masa awal-awal kehidupan. Ada banyak hal pertama yang ditemui, dipelajari, dan dilakukan. Tidak heran tahap kehidupan pertama ini dinamakan Fundamental Life-Stage. Karena ada begitu banyak hal yang dipelajari dan bermanfaat bagi seluruh fase berikutnya.

Forefront Life-Stage

Tahapan kedua ini terjadi pada rentang usia 20-40 tahun. Secara fisik, seseorang telah mengalami pertumbuhan optimal. Bahkan banyak peneliti mengungkapkan bahwa pada tahapan ini, seseorang mulai mengalami penuaan awal. Mulai dari rambut memutih, kulit mengendur, sampai metabolisme yang juga telah berubah.

Pada tahap kehidupan ini pula, sebagian besar orang mulai mencari mata pencaharian. Kebanyakan dari mereka menganggap tidak bisa atau tidak mau menggantungkan hidup kepada orang tua mereka lagi. Jadi mereka pun didorong menjadi semakin mandiri. Karena memang secara naluriah, pada tahapan kedua ini, seseorang mulai mencari pasangan untuk membangun sebuah keluarga.

Dengan kata lain, pada tahapan ini seseorang mulai dituntut untuk memikul tanggung jawab. Mulai dari tanggung jawab kepada diri sendiri agar lebih mandiri atau pun kepada keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan. Tak heran, mereka yang berada pada fase ini pun begitu giat untuk mencari pekerjaan dengan hasil finansial yang pantas.

Bila berjalan dengan baik, tentu harapannya mereka bisa hidup sejahtera. Singkatnya, sandang, pangan, papan dapat tercukupi dengan baik. Bahkan di masa ini, banyak di antara mereka yang memiliki gaya hidup tertentu yang membutuhkan biaya. Entah itu gaya hidup sehat, penampilan diri, atau pun bersosialisasi.

Di fase kehidupan ini pun, banyak di antara mereka yang berupaya untuk mengerahkan kemampuan terbaik yang dimiliki. Dengan harapan bisa membuahkan hasil finansial memuaskan ataupun membangun reputasi di komunitas. Karena alasan inilah fase kehidupan ini dinamakan sebagai Forefront Life-Stage.

Karena untuk mencapai hal yang diinginkan ini, tidak jarang seseorang harus bersaing dengan orang lain. Sah-sah saja persaingan seperti ini terjadi, selama tidak merugikan orang lain dan benar-benar membawa manfaat untuk lingkungan sekitar.

Foster Life-Stage

Mengikuti pola sebelumnya, tahap kehidupan ketiga biasanya terjadi saat seseorang berusia 40-60 tahun. Pada fase ini, seseorang seringkali dianggap telah memiliki kondisi yang relatif lebih mapan dan stabil dibandingkan dengan fase sebelumnya. Sebagian di antara mereka telah berkeluarga, karier yang sudah jelas, atau mungkin sudah bisa memberikan kontribusi berarti untuk lingkungan sekitar.

Namun pada fase kehidupan ini, tak jarang ditemukan juga orang yang menghadapi mid-life crisis. Baik pria dan wanita bisa saja mengalami situasi ini tidak peduli latar belakangnya. Gejala dari tiap-tiap orang pun bisa jadi sangat berbeda. Mulai dari sekadar perubahan selera, perubahan kondisi mental, atau bahkan perubahan kebiasaan hidup.

Fase ini menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang untuk masa depannya. Karena pada masa ini, banyak orang yang terdorong untuk merefleksi diri dan mencari arti hidup sebenarnya. Hasil dari refleksi ini pun dapat membuat mereka menjadi lebih baik lagi atau bahkan malah menjadi lebih terpuruk. Semua sangat tergantung dari orang itu sendiri dan juga dukungan orang sekitar.

Setelah melewati mid-life crisis, kondisi pun kembali berubah. Banyak di antara mereka yang tidak lagi hanya memperhatikan diri sendiri. Secara naluriah, seseorang akan berupaya memberikan kontribusi untuk kemajuan komunitas di lingkungan sekitar.

Caranya bisa beraneka ragam. Bisa jadi mereka terlibat di banyak kegiatan sosial, atau tergabung dengan organisasi kemanusiaan. Sebagian dari mereka pun memutuskan untuk mengambil peran sebagai pembimbing orang-orang sekitar. Banyak orang pada usia ini pun berupaya untuk menjadi contoh bagi orang-orang di sekitarnya.

Karena itulah, fase kehidupan ini dinamakan Foster Life-Stage. Artinya, pada fase kehidupan ini kita kita mulai sadar untuk memberikan dukungan kepada orang lain agar lebih sukses dalam kehidupan. Keberhasilan pribadi tidak lagi menjadi satu-satunya tujuan hidup, tapi bagaimana kehadiran kita dapat membawa manfaat pada orang lain.

Final Life-Stage

Tahap kehidupan terakhir terjadi pada saat kita berusia sekitar 60-80 tahun. Banyak hal yang terjadi pada fase ini. Contohnya kondisi fisik yang kian menurun, banyak yang mencapai masa pensiun dalam pekerjaan, memiliki anak yang menikah atau bahkan sudah memiliki cucu. Berbagai perubahan ini tentu membawa dampak positif maupun negatif pada diri seseorang.

Tapi, yang jelas pada tahap kehidupan ini, setiap orang telah memiliki begitu banyak pengalaman hidup panjang. Dengan bekal ini, mereka terdorong untuk memanfaatkan pengalamannya untuk membantu sesama. Pengalaman belum tentu berupa sesuatu yang teknis, tapi bisa juga berupa pandangan hidup.

Selain itu, banyak di antara mereka yang telah memiliki kebijaksanaan. Seperti kita ketahui, kaum tua seringkali dianggap sebagai sumber kebijaksanaan di berbagai budaya. Kebijaksanaan ini seringkali menjadi panduan bagi kaum muda untuk menjalani hidup dan menghindari kesalahan dalam mengambil keputusan hidup.

Pada masa ini pula, seseorang akan semakin menghargai setiap momen dalam hidupnya. Semakin sadar seseorang pada masa-masa kehidupan yang telah dilalui, semakin besar pula bagi mereka untuk memanfaatkan waktu-waktu yang dijalani. Tidak heran, banyak di antara mereka yang sangat berupaya untuk bisa menikmati hidup. Tapi, perlu disadari bahwa menikmati hidup tak selalu berarti santai-santai saja, bisa jadi justru melakukan kegiatan yang disukai dan bermanfaat. Inilah yang disebut final stage dari kehidupan seseorang.

Pertanyaannya, bagaimana mengisi keempat tahapan hidup tersebut agar benar-benar berarti? Jawabannya ada pada Passion! Passion yang seperti apa? Simak di tulisan berikutnya.

Dapatkan ulasan mendetail dalam buku Citizen 4.0 yang diluncurkan pada Hari Ulang Tahun Marketing Guru Hermawan Kartajaya di Ubud, Bali pada 18 November 2017

Related