Danau Toba Butuh Rp 20 Triliun untuk Kembali Naik Pamor

marketeers article
39094961 ferry service at toba lake in indonesia

Bicara Danau Toba artinya bicara destinasi legendaris di Indonesia. Sedari dulu danau raksasa ini bersanding dengan Borobudur, Bromo, dan Bali menjadi wajah pariwisata Nusantara. Namun, seiring perjalanan waktu, Toba makin punya banyak saingan di berbagai wilayah, termasuk di Kawasan Indonesia Timur yang dinilai punya destinasi laut dan pantai indah tidak terjamah.

Berdasarkan data statistik, pengunjung Toba pada tahun 2015 hanya mencapai sekitar 175.000 saja, sekitar 34.000 adalah wisawatan mancanegara. Angka itu sangat kecil bagi daerah wisata legendaris seperti Toba. Dengan Toba menjadi salah satu destinasi wisata layaknya Bali dalam 10 destinasi wisata untuk dikembangkan oleh pemerintah, Toba harus berbenah.

Tapi, dengan berbagai keterbatasan dari A sampai Z, perlu dana bukan main besar untuk mengembalikan pamor salah satu danau terbesar di Asia tersebut. Menurut Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, setidaknya perlu Rp 20,06 triliun untuk mengembangkan wisata Toba jadi primadona lagi, termasuk untuk infrastruktur dan marketing.

“Toba, kan, seperti daerah terisolasi. Makanya pengunjung sedikit, termasuk wisatawan mancanegara. Kita ada Bandara Silangit untuk langsung menuju Toba. Itu harus dijadikan bandara internasional untuk membuka jalur wisman,” ujar Ketua Yayasan Percepatan Pembangunan Kawasan Danau Toba Laurensius Manurung di Jakarta pada Jumat (21/10) 2016 pada acara Diskusi Strategis Percepatan Pariwisata Danau Toba.

Tidak tanggung-tanggung, Toba ditargetkan untuk mendatangkan pada satu juta wisman pada 2019. Dari situ diharapkan akan ada pemasukan alias devisa sebesar Rp 16 triliun. Target besar, mengingat dari Rp 20,6 triliun itu, Rp 11,36 triliun datang dari pemerintah, sisanya dari swasta.

Memang pamor Toba berkurang tidak seperti dulu yang sanggup mendatangkan lebih dari 200.000 wisatawan per tahun tidak terlepas dari banyak keterbatasan pembangunan. Sebagai contoh angkutan penyeberangan dari Toba ke Pulau Samosir di tengahnya sebagai pusat atraksi, hanya mengandalkan sedikit kapal pengangkut mobil sehingga antrian panjang terjadi dan satu mobil bisa menunggu sampai berjam-jam untuk ke Samosir.

Masalah kebersihan adalah isu lain. Sekitar kawasan Toba terlihat sampah berserakan, apalagi mendekati wilayah pelabuhan. Di bibir-bibir pantai juga sampah mengambang merusak keindahan.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

    Related