Dapatkah Startup Berkembang dengan Zero Budget?

marketeers article
Multi-Ethnic Group of People Planning Ideas

Memulai bisnis startup dikatakan Founder sekaligus CEO startup asal New Orleans, Today’s One Room School House (Torsh), Courtney Williams memang tidak mudah. Dilansir dari Forbes.com (06/10/2017), ia menjelaskan masalah utama yang umum dihadapi startup adalah kekurangan anggaran untuk merekrut Sumber Daya Manusia (SDM), dan dana investasi yang minim bagi inisiatif pemasaran. Namun bagi Williams, dengan zero budget pun startup sebenarnya dapat mengembangkan bisnis mereka. Bagaimana caranya?

1.Bangun Brand Image dan Konsistensi

Tahap pertama yang harus dipahami startup dalam memasuki market adalah memastikan bahwa startup tersebut telah memahami positioning, target market, dan brand image yang ingin dibangun. Williams mengatakan hal ini mungkin terdengar sederhana, namun ini adalah road map yang menjadi acuan bagi startup sebelum memulai kompetisi.

“Beberapa tahun lalu, ketika kami memulai bisnis Torsh, kami melakukan marketing audit dan menemukan bahwa kami telah menggunakan beragam tagline selama bertahun-tahun. Situs web kami mengatakan suatu tagline tertentu, sedangkan di konfrerensi atau saluran komunikasi lain digunakan tagline yang berbeda,” jelas Williams.

Ia menjelaskan, startup dapat menyampaikan pesan mereka dan beberapa pemikiran nyata mengenai brand mereka terhadap customer melalui berbagai channel dengan bentuk pesan yang berbeda. Yang perlu diingat, pesan tersebut harus memiliki konsistensi atas brand image yang ingin dibangun Startup. Bagi startup yang akan segera diluncurkan, Williams menyarankan untuk fokus memikirkan pesan dan brand image apa yang ingin dibangun. Sementara bagi startup yang sudah diluncurkan, mereka dapat secepat mungkin memikirkan jadwal untuk melakukan aktivitas membangun brand image.

2. The (Free) Power of Word of Mouth

Pelanggan adalah sumber utama dalam memperluas bisnis, tidak hanya bagi Startup melainkan perusahaan besar sekalipun. Menurut Williams, setiap tim di dalam perusahaan harus bekerja keras memastikan kepuasan pelanggan.

“Di Torsh, ketika customer memiliki gagasan dan saran untuk memperbaiki platform, kami akan langsung mengarahkan feedback tersebut ke tim pengembangan. Tentu tidak semua ide dapat ditampung, namun cukup banyak gagasan telah mengembangkan reputasi responsif perusahaan,” jelas Williams.

Pada akhirnya, pelanggan akan mengadvokasi kolega, dan orang-orang terdekat mengenai startup tersebut. Dengan pelayanan yang baik, word of mouth pun akan bergerak ke arah yang menguntungkan.

3. Pertimbangkan Search Engine Optimization (SEO) dan Website

Salah satu kelalaian yang pernah dilakukan Torsh diakui Williams terjadi ketika mereka tidak mempertimbangkan SEO. Situs perusahaan dapat didesain dengan apik dan user friendly, namun jika customer tidak pernah melihatnya, hal ini akan sia-sia.

“Ketika orang mengetik nama perusahaan kami di mesin pencari, nama perusahaan dan website kami akan muncul. Namun bagaimana jika mereka mengetik sesuatu seperti ‘alat untuk pengembangan professional guru’, apakah perusahaan kami akan tampil di halaman pertama Google? Sayangnya kami tidak memikirkan hal ini,” terang Williams.

Ketika startup telah mengoptimalkan SEO sejak awal, berbagai pekerjaan ekstra seperti keperluan menyewa ahli SEO untuk melakukan audit front dan back-end lengkap dari situs pun dapat dihindari.

4. Media Sosial Harus On-Brand.

Konten media sosial membutuhkan konsistensi dan fokus. Startup harus memastikan apa yang mereka share di media sosial harus sesuai dengan brand mereka. Memastikan tulisan yang on-point, struktur kalimat yang benar, bahkan penggunaan tanda baca sekali pun harus diperhatikan. “Hal ini penting karena ketika terdapat kesalahan seperti typo dapat menimbulkan keraguan di benak calon customer,” kata Williams.

5. Jangkau Ekosistem Kewiraswastaan ​​Lokal dan Perkuat Jaringan

Tidak memiliki staf public relations (PR) menurut Williams bukan penghalang startup untuk berkembang. “Torsh tidak memiliki staf PR atau mempekerjakan agensi eksternal. Namun, saya memiliki beragam kesempatan untuk diwawancarai, menjadi kontributor, dan pembicara untuk berbagai publikasi seperti Idea Village, The Coulter Pitch, dan Forbes. Ini semua lantaran saya aktif masuk ke dalam berbagai komunitas yang dinamis dan berjejaring di sana,” cerita Williams.

Menurut Williams, para pemain startup harus siap meluangkan waktu mereka untuk berbagai kegiatan seperti ini. Startup harus memiliki harapan yang realistis ketika menginvestasikan energi, usaha, dan waktu untuk membangun fondasi pemasaran mereka. Ia menjelaskan cara ini akan membantu startup dalam membuka jaringan yang lebih luas, mempublikasikan bisnis mereka, hingga memperoleh klien baru.

Jadi, tak usah bingun soal finansial untuk mengembangkan bisnis.  Anda berani?

 

Editor: Eko Adiwaluyo

 

Related