DAV, Tangkap Peluang Brand Beriklan di Minimarket

marketeers article

Media luar ruang atau out of home (OOO) memang menjadi salah satu media beriklan bagi para prinsipal atau merek. Penetrasi OOH berada di posisi kedua setelah televisi dengan torehan 52%. Apalagi, rata-rata masyarakat perkotaan di Indonesia menghabiskan waktu sekira 5 jam di jalan.

Selama ini, orang menganggap media luar ruang diidentikkan dengan papan reklame atau videotron yang bertebaran di sisi kanan-kiri jalan, atau di jembatan penyebrangan orang (JPO). Akan tetapi, definisi OOH itu begitu luas, mencakup iklan-iklan yang ada di badan bus, badan kereta api, balon udara, hingga monitor kecil yang tersebar di gerai-gerai minimarket.

Nah, jenis yang terkahir itu tengah dirintis oleh DAV, perusahaan media placement luar ruang yang berada di bawah naungan perusahaan augmented reality AR&Co Group.

DAV atau Digital Avatar menawarkan teknologi media placement dua arah yang multifungsi. Teknologi tersebut menawarkan animasi di dalam layar yang mengharapkan adanya interaksi antara pelanggan dengan merek.

Untuk menggunakan teknologi tersebut, para pelanggan cukup mengarahkan produk tersebut kearah kamera dan monitor DAV tersedia.

“Cara kerjanya, saat pengguna mengambil produk dan diarahkan ke layar itu, akan keluar animasi. Ini menjadi media pertama yang bisa berbicara langung dengan konsumen,” ucap Peter Shearer, Managing Director AR&Co kepada Marketeers.

Peter menerangkan, saat ini, DAV tersedia di sejumlah minimarket yang jumlahnya mencapai 1.000 unit. Persebarannya pun baru di Jakarta dan di sepuluh kota di Jawa Timur.

“Kami baru bekerja sama dengan Alfa Group, yaitu Alfamart, Alfamidi, dan Lawson. Nanti, tidak menutup kemungkinan, media ini ada di seluruh minimarket,” tutur Peter.

Dia menjelaskan, lewat layar mungil yang diletakkan di setiap lorong minimarket, merek dapat membuat konten gamification yang mengajak konsumen untuk bermain gem lewat produknya.

“Konten lainnya bisa berupa customer survey. Ketimbang menggunakan SPG untuk tanya ke customer, merek bisa gunakan media tersebut untuk tanya langsung ke customer. Datanya pun realtime. Saat itu juga, merek bisa memperoleh data itu,” pungkasnya.

Kebetulan, sambung Peter, ada kamera di layar yang bisa diaktifkan. Sehingga, pihaknya bisa melihat ekspresi konsumen. “Pengguna bisa foto bersama dan membagikannya di media sosial,” paparnya.

Bisa juga, DAV membantu merek menjelaskan produk yang sulit dijelaskan lewat kemasan. Misalnya, turis yang ingin tahu maksud dari isi kemasan sebuah produk, bisa mengarahkan produk ke layar. Dengan seketika, kemasan akan menampilkan versi bahasa yang diinginkan.

Mengenai eskpansi, Peter bilang target terdekat adalah merambah pasar Jepang. Kesempatan itu terjadi berkat bantuan Lawson, ritel terbesar kedua di Jepang, yang merupakan klien DAV di Indonesia. “Kami sudah ke sana, dan ritel di sana tertarik sekali,” akunya.

Akan tetapi, menjaga layar agar tetap berfungsi memang menjadi tantangan DAV. Apalagi, produk DAV saat ini masih generasi pertama. “Jika kami sudah membuat generasi kedua, pasti akan jauh lebih mudah untuk menjaganya,” tutup Peter.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related