Delapan Tren Marketing di Asia Tahun 2018

marketeers article
82347044 business graph with arrow up and 2018 symbol, success concept and growth idea vector illustration

Tahun 2018 menjelang, dan berbagai perusahaan di berbagai negara termasuk Asia sedang sibuk mempersiapkan seperti apa lanskap bisnis di masa depan, apa yang akan menjadi tren dan apa yang akan meredup. Menarik melihat bahwa dengan ekonomi yang tampak belum terlalu bergairah seperti tahun-tahun sebelumnya, faktor teknologi sebagai pendukung utama bisnis justru berkembang pesat.

Startup-startup berbasis teknologi bermunculan, pengusaha muda kian bertambah banyak, dan semakin tingginya penggunaan teknologi dalam strategi marketing adalah sebagian tren di masa depan, khususnya di 2018. Asia Marketing Federation (AMF) mencoba menyimpulkan delapan poin utama yang akan menjadi tren marketing, berikut ini adalah tren tersebut.

  1. Digital dan IoT memberi dampak besar pada marketing

Dampak teknologi akan semakin kuat dan luas di setiap aspek bisnis serta di beberapa wilayah kompetensi kerja. Teknologi juga akan menjadi media yang kuat dalam mendukung bisnis consumer to consumer melalui pasar internet dan akan memberikan kemampuan personalisasi serta kustomisasi kepada setiap individu dengan lebih baik.

Penggunaan kecerdasan buatan di TV layar lebar, PC, smartphone, tablet dan perangkat lain akan meningkat sesuai dengan ketersediaan dan keterjangkauan perangkat tersebut. Lebih jauh, di beberapa negara kehadiran pesawat tak berawak, virtual reality, robot pribadi, dan lain-lain akan memiliki kegunaan yang jauh lebih praktis.

Teknologi berbasis AI juga akan menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan, namun hebatnya mampu mengurangi biaya di waktu yang sama. Pemasaran yang semakin digital akan membuat para pelaku di dunia ini semakin meningkatkan kompetensi mereka di dunia IT.

Karenanya wilayah Asia telah memulai langkahnya untuk mengembangkan ekosistem Internet of Things (IoT), teknologi cloud, dan memfasilitasi fixed mobile convergence (FMC) sehingga bisnis berbasis teknologi akan terus mendisrupsi pasar dan eksistensi perusahaan berbasis konvensional.

  1. Integrasi entrepreneurship dan marketing tidak terelakan

Kewirausahaan akan memainkan peran yang lebih penting dalam pemasaran untuk mencapai kesuksesan bisnis melalui penciptaan produk, pasar, serta diversifikasi yang disempurnakan. Banyak perusahaan kecil akan menerapkannya untuk menghadapi pesaing mereka yang lebih besar.

Ilmu kewirausahaan berbasis marketing akan diadopsi oleh perusahaan yang mengalami turbulensi tinggi dalam bisnisnya, ditandai dengan kehadiran volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), and ambiguity (ambiguitas) atau VUCA. Karena konsep kewirausahaan ini diakui sebagai faktor yang mendasari inovasi dan pemasaran serta menjadi media untuk penetrasi pasar.

Singkatnya, pemasaran tidak akan berfungsi secara efektif tanpa berwirausaha dan begitu juga sebaliknya. Banyak perusahaan akan mengadopsi pendekatan ini untuk lebih proaktif dalam lanskap bisnis yang sangat dinamis dan memastikan bahwa mereka dapat memperoleh manfaat dari sikap mengambil berbagai cukup banyak risiko.

  1. Pengaruh online dan sosial media pada generasi muda tidak terhentikan

Platform online dan media sosial akan terus menjadi lebih kuat dalam mendukung bisnis dalam berbagai sektor dan skala. Walau begitu, kedua platform ini tetap tidak akan menggantikan platform pemasaran konvensional namun pada akhirnya akan saling melengkapi.

Kehadiran media sosial yang komprehensif menjadi strategis bagi perusahaan untuk tetap berada di depan era persaingan tanpa batas pada saat pembuatan keputusan generasi Y dan Z benar-benar dipengaruhi oleh media sosial, yang sejalan dengan berkembangnya dunia konten marketing.

Terlepas dari semakin sosial berbagai platform, justru individualisme akan menjadi penanda semakin kuatnya karakter personal tiap konsumen karena kehadiran media sosial tersebut. Maka tidak heran konsep personal branding akan meningkat dan selebgram akan semakin memberi pengaruh kuat kepada komunitasnya masing-masing.

Platform e-commerce pun akan semakin populer di kalangan anak muda, mendorong para pemasar untuk mendengarkan suara mereka dengan serius dan hadir dalam bentuk distribusi secara digital. Startup atau UKM yang telah hadir secara online akan mendapatkan keuntungan kompetitif dalam bersaing merebut pasar.

  1. Perusahaan kian fokus pada return-on-marketing (ROM)

Di era super kompetitif ini, efisiensi menjadi faktor penting dalam memastikan perusahaan mampu meraup profit yang sesuai. Walau analisis bersifat konvensional masih digunakan di berbagai perusahaan, namun ada kebutuhan lebih dalam mengadopsi skema analisis yang lebih condong ke arah data dengan tujuan keputusan dapat dibuat lebih akurat.

Kehadiran sistem analisis marketing yang lebih canggih dengan kehadiran big data, menyediakan wawasan dinamis tentang preferensi pelanggan yang sedang tren sampai ke tingkat individu. Hal ini diharapkan dapat memberikan ‘hit rate’ yang lebih tinggi dan membuat pengeluaran dari sisi marketing lebih memiliki benefit dengan hasil setimpal. Ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan yang tepat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas tertinggi dari semua program pemasaran.

  1. Pasar halal kian membesar

Permintaan akan produk dan layanan bersertifikasi Muslim dan halal-mulai dari kategori seperti makanan, produk kecantikan, fashion, pariwisata, perbankan, dan lain-lain semakin tinggi di Asia. Hal ini sebagian disebabkan oleh daya beli Muslim yang lebih kuat di wilayah Melayu dengan populasi sekitar 60% muslim plus sebagian wilayah India dengan populasi 30% muslim.

Tidak heran sertifikasi halal menjadi sangat penting dibanding sebelumnya. Diprediksi di masa depan, empat dari lima negara berpopulasi muslim terbesar ada di Asia Pasifik, yaitu India, Pakistan, Indonesia, dan Bangladesh.

Munculnya produk dan layanan Halal di bidang pariwisata dan industri perhotelan juga akan semakin diadopsi di negara-negara dengan populasi muslim minoritas, seperti Korea Selatan dan Thailand. Singapura misalnya, telah menyediakan aplikasi ‘Halal Eating Guide’ untuk membantu turis mencari makanan halal di negara mereka. Wajar jika penyediaan platform media digital dan sosial berbasis halal berkembang karena mayoritas turis muslim berasal dari kalangan generasi millennial.

  1. Customer experience semakin menjadi kunci

Kualitas baik menjadi sangat umum sehingga customer experience atau pengalaman pelanggan lewat semua customer touchpoint adalah cara baru untuk membuat konsumen kembali lagi sehingga loyalitas semakin kuat. Dari semua pendekatan konvensional, customer experience berbasis digital di semua level bisnis akan semakin semakin penting untuk meningkatkan brand experience.

Lebih jauh lagi, konsep omnichannel yang mengkombinasikan pengalaman konsumen di platform online dan offline, dan didesain dengan memetakan customer journey di semua platform adalah kunci untuk bisa bersaing dengan kompetitor lain.

Konsep “di sini, sekarang, dan personal” juga menjadi jurus ampuh untuk meningkatkan customer experience, sehingga berbagai platform untuk mencapai hal tersebut harus tersedia di mana pun termasuk via mobile dan bisa diakses 24 jam selama satu minggu satu tahun. Program loyalitas pelanggan akan terus berevolusi lebih jauh dari sekedar transaksional menjadi sebuah pengikat secara emosi yang didorong oleh data-data konsumen dan perilakunya.

  1. Fintech berkembang dengan semakin majunya cashless society

Sebagian besar negara bersiap untuk transisi menuju cashless society. China serta Jepang dan Korea Selatan sudah ada depan dalam hal sistem pembayaran digital, meninggalkan negara-negara Asia lain di belakangnya. Ketersediaan transaksi online yang mudah dan aman serta mobile payment gateway menjadi biasa di kota-kota besar  di Asia sehingga layanan keuangan berbasis mobile diharapkan bisa terus berkembang.

Kehadiran fintech yang juga berkolaborasi dengan perbankan konvensional akan menjadi lebih kuat di tahun-tahun mendatang dan mungkin sangat mendisrupsi sistem perbankan konvensional yang ada, memaksa bank untuk meninjau kesiapan digital mereka agar dapat melayani pasar dengan lebih baik. Popularitas dari mata uang digital atau cryptocurrency juga semakin naik daun karena masyarakat peminat mata uang tersebut kian massal.

  1. Jumlah Entrepreneur Muda Meningkat

Semakin banyak orang muda, termasuk yang baru lulus kuliah, masuk ke bisnis startup, membangun usaha pemula di berbagai bidang, difasilitasi oleh meningkatnya jumlah coworking space, akses terhadap informasi (via internet), dan kemudahan akses pasar via online.

Para startup ini, dalam hal apa yang ditawarkan dan bagaimana menawarkannya, juga diharapkan dapat mempraktikan pendekatan lebih kreatif dan inovatif. Pusat inkubasi dan kehadiran startup-startup potensial akan menjadi kunci inovasi di beberapa negara, di mana Singapura adalah salah satu contoh yang baik.

Anak muda berwawasan teknologi, dikombinasikan dengan jiwa entrepreneurship dan kuat dalam berkolaborasi, akan menjadi yang terdepan untuk menjadi pemimpin di masing-masing industrinya. Namun begitu rasio atau jumlah startup yang gagal diperkirakan masih akan tinggi, walau hal itu tidak menyurutkan anak muda untuk menjadi entrepreneur.

Yang menarik di sini adalah banyak dari startup yang dibangun para anak muda tersebut tidak melulu bertujuan bisnis dan mengejar nominal. Tapi juga untuk memberi dampak sosial positif bagi lingkungannya. Transparansi dan otentisitas adalah kunci sukses di bisnis ini.

    Related