dentsuX Tawarkan Pengalaman Baru Bagi Brand dalam Digital Life

marketeers article

Dunia digital advertising terus menunjukan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Sepanjang lima tahun terakhir, semakin banyak brand yang menyalurkan biaya kampanyenya ke media digital. Bahkan, bisa dikatakan saat ini hampir semua brand dari berbagai industri telah masuk ke digital.

Ada beragam faktor yang menjadi alasan mengapa brand mulai gencar mengampanyekan diri secara digital. Utamanya, soal efektivitas dan ketajaman dalam membidik segmen pasar yang dipilih. Lewat media digital kita bisa memilih dengan sangat detil siapa atau profil konsumen seperti apa yang ingin kita bidik.

Lalu, fenomena yang terjadi di masyarakat, terutama kelompok anak muda soal internet. Sekarang ini, dengan penetrasi smartphone yang sudah sangat dalam di negara ini membuat orang-orang lebih banyak menatap layar smartphone dibanding media lain.

Saat ini, penetrasi internet telah mencapai 132,7 juta atau 51% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan penetrasi smartphone di tahun 2016  di kisaran 65 juta pengguna. Para pengguna smartphone ini tidak hanya bermedia sosial, namun mencari segala macam informasi pun sebagian besar orang banyak yang menggunakan smartphone. Bukan di televisi, koran, atau bahkan radio.

Di sisi lain, yang secara tidak langsung mendorong penggunaan digital advertising adalah pelemahan ekonomi yang tidak saja di Indonesia, namun juga di tingkat global. Pelemahan secara makro ini pun berimbas ke mikro. Dampaknya, seperti yang sudah kita rasakan sekarang ini, banyak industri mengalami penurunan pertumbuhan.

Pelemahan ini terjadi merata hampir di semua industri. Tidak saja industri-industri yang menghasilkan produk dengan nilai jual tinggi, seperti otomotif hingga properti, namun produk-produk ritel semacam fast moving consumer goods (FMCG) pun mengalami penurunan.

Nah, ketika terjadi penurunan ini, maka para brand mulai menggeser komunikasi ke konsumen dari media konvensional ke digital. Selain harganya lebih murah, memiliki target yang tepat sasaran, seperti sudah disebut sebelumnya. Tak pelak, penggunaan media digital di negara ini pun tumbuh pesat.

“Perkembangan digital di sini sangat tinggi karena jumlah netizen besar dan terus meninggkat. Tak heran, spending brand ke digital juga terus meningkat. Bila tahun lalu masih di bawah 10%, tahun ini bisa antara 10-20%. Tahun depan, bisa lebih besar lagi, antara 20-25% dari total biaya promosi,” kata Julay Chandra, Chief Operating Officer dentsuX, yang bernaung dalam Dentsu Aegis Network.

Artinya secara nilai pun sudah sangat besar. Mengacu pada data Nielsen Indonesia tentang riset belanja iklan di media sepanjang tahun  2016. Tercatat total belanja iklan di televisi dan media cetak di tahun 2016 mencapai Rp134,8 triliun. Mengacu dari data ini diperkirakan berapa nilai belanja untuk digital.

Selain itu, dalam beberapa tahun ini juga terjadi pergeseran dalam tren penggunaan media digital yang dipilih oleh para brand atau advertiser. Tiga atau empat tahun lalun, penggunaan media sosial seperti Facebook. Namun, sekarang sudah bergeser ke penggunaan key opinion leader (KOL), bisa berupa selebgram atau youtuber yang memiliki follower besar dan opininya didengar para follower-nya.

“Penggunaan Big Data untuk menyasar konsumen juga semakin tinggi trennya. Bisa dikatakan semakin banyak brand yang mau menginvestasikan uangnya untuk melakukan pengolahan data konsumennya untuk memberikan penawaran yang sesuai,” tambah Kazuyuki Tsukaguchi, Consultant for Dentsu Media.

Pada dasarnya, ada perubahan mendasar dalam gaya berkomunikasi antara brand dan konsumen yang begitu dinamis.   Di era digital sekarang ini, tuntutan untuk berubah dengan cepat dan membuat inovasi sangat tinggi. Hal ini tentunya tidak hanya berlaku bagi para marketeer, namun terutama untuk para pelaku di industri periklanan.

Mengantisipasi hal tersebut di atas, di pertengan tahun ini, Dentsu Aegis Network melakukan rebranding untuk Dentsu Media. Berubah menjadi dentsuX.  Dentsu Media diluncurkan pertama kali tahun 1999, penggunaan kata ‘media’ memiliki arti yang sangat terbatas. Selama hampir dua dekade, Dentsu Media bersama creative agency-nya telah berkembang untuk menawarkan kepada klien lebih banyak daripada yang dapat diartikan dari pengertian awal tersebut.

Perubahan ini juga menegaskan bahwa dentsuX merupakan jaringan agensi terpadu yang menggabungkan layanan perencanaan komunikasi dan media, pembuatan konten, teknologi, data dan wawasan perilaku yang terbaik di kelasnya, mengikuti perubahan brand dari bagian spesialis media dari Group ini –Dentsu media.

Julat menambahkan bahwa densuX adalah one-stop digital solution. Agency ini mengklaim mampu menyediakan semua kebutuhan brand di dunia digital dari awal hingga akhir, mulai dari pemantaun traffic, social media, kreatif, programing, hingga KEO club pun ada.  “Bahkan, kami punya social media war room yang bisa memantau semua chat di semua media sosial di seluruh Indonesia,” tambah Julat.

Tagline dari dentsuX adalah “Experience Beyond Exposure”. Artinya, menyampaikan kepercayaan kuat brand terhadap kekuatan dari pengalaman melebihi eksposur.  dentsuX akan menggabungkan kemampuan kreatif dan strategis berkualitas tinggi dengan wawasan pakar-pakar ilmu budaya dan perilaku. Hal ini membantu brand untuk dapat menyatu dengan masyarakat dan dapat mengidentifikasi nilai dan motivasi utama melalui penggunaan data.

Julat dan Kazuyuki optimistis bahwa penggunaan digital oleh brand akan semakin membesar di Indonesia. Bisa jadi, tidak butuh lama Indonesia bisa sejajar dengan negara-negara di kawasan ASEAN, seperti Thailand, Singapura dalam penggunaan digital untuk pemasaran. Prediksi Julat, dalam dua tahun Indonesia bisa sama dengan Thailand yang penetrasi digital advertising-nya sudah di kisaran 25-30%. Lalu, dalam lima tahun ke depan bisa menyamai Singapura yang sudah mencapai 40%.

“Dan, dentsuX menawarkan pengalaman baru dalam digital life bagi para brand. Karena kami punya riset, teknologi, data, digital, dan kreativitas untuk para brand,” tegas Julat.

    Related