Inilah Deretan Sektor Manufaktur Andalan Tahun 2018

marketeers article

Sektor manufaktur diyakini oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto akan menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian nasional pada tahun 2018. Pasalnya, pada triwulan tiga tahun 2017, sejumlah subsektor tersebut mencatatkan pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi. Lalu, subsektor apa saja yang masuk ke dalam prediksi sektor manufaktur andalan pada tahun ini?

Data United Nations Statistics Division menunjukkan sektor manufaktur Indonesia cukup berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi negara. Pada tahun 2016, Indonesia menduduki posisi ke-4 dari 15 negara dengan kontribusi industri manufaktur terhadap PDB. Indonesia mencapai angka 22% setelah Korea Selatan (29%), RRT (27%), dan Jerman (23%).

Airlangga Hartarto menambahkan, per triwulan ketiga tahun 2017, sejumlah subsektor mencatatkan performa di atas pertumbuhan ekonomi. Industri pengolahan non-migas memberi kontribusi terbesar terhadap PDB nasional pada triwulan III/2017 dengan mencapai 17,76 %. Sedangkan, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada triwulan III/2017 sebesar 5,49 % atau di atas pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06 %.

“Industri logam dasar tumbuh hingga 10,60%, industri makanan dan minuman 9,49%, serta industri alat transportasi 5,63%. Saya yakin sektor manufaktur dapat menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian nasional,” ungkap Airlangga.

Subsektor Andalan Tahun 2018

Beberapa sektor manufaktur andalan di tahun ini diprediksi Airlangga akan didominasi oleh subsektor industri baja dan otomotif, kimia, elektronika, farmasi, dan makanan serta minuman. Subsektor ini diharapkan mampu mencapai target pertumbuhan industri pengolahan non-migas tahun 2018 yang telah ditetapkan sebesar 5,67 %.

Prediksi ini didasarkan pada beberapa indikator, antara lain peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, hingga penerimaan devisa dari ekspor. Airlangga mencontohkan, salah satu pendorong peningkatan nilai tambah berasal dari industri berbasis agro dan tambang mineral yang berhasil memproduksi berbagai produk hilir dari turunan kelapa sawit hingga stainless steel.

“Jumlah ragam produk hilir kelapa sawit bahkan sudah mengalami peningkatan dari 126 produk pada 2014 menjadi 154 sepanjang tahun 2015-2017. Sementara stainless steel yang berasal dari industri smelter berhasil meningkatkan kapasitas produksi hingga dua juta ton per tahun sepanjang pada periode 2015-2017. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2014 yang hanya mencapai 65 ribu ton produk setengah jadi berupa feronikel dan nickel matte,” ungkap Airlangga.

Terkait dengan penyerapan tenaga kerja, Airlangga mengungkapkan sektor non-migas dari industri makanan dan minuman menjadi penyerap tenaga kerja tertinggi dengan lebih dari 3,3 juta orang. Industri otomotif menyusul sekitar tiga juta orang, diikuti industri tekstil dan produk tekstil sebesar 2,73 juta. Pencapaian terakhir diikuti oleh industri furniture berbahan baku kayu dan rotan nasional dengan tenaga kerja mencapai 2,5 juta orang.

“Akumulasi jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor manufaktur pada 2017 diprediksi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencapai 17,01 juta orang atau meningkat dibandingkan 2016 yang berkisar 15,54 juta orang,” kata Airlangga.

Di sisi lain, peningkatan ekspor non-migas pun diyakini Airlangga kian memperkuat sektor ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, , ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari-November 2017 naik 14,25 persen dibanding periode yang sama tahun 2016 dengan dominasi ekspor ke China, Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa.

“Dari tren positif ini, saya yakin sejumlah subsektor itu akan menunjang pertumbuhan ekonomi kita dan Kemenperin akan fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri untuk menunjang hal ini,” tutur Airlangga.

Editor: Sigit Kurniawan

Related