Dibalik Strategi Harga KPR iB Muamalat

marketeers article
15467435 home for sale real estate sign in front of beautiful new house.

Kebutuhan akan rumah terus bertumbuh di berbagai negara. Tidak terkecuali di negeri kita tercinta Indonesia. Pemerintah pun mengakui adanya ketimpangan antara permintaan dan penawaran perumahan di Tanah Air. Melihat kondisi tersebut, Bank Muamalat turut mendorong upaya penyediaan hunian dan peningkatan penetrasi pasar kredit pemilikan rumah (KPR). Salah satu upayanya adalah dengan meluncurkan program KPR iB Muamalat Angsuran Super Ringan.

“Program ini merupakan kelanjutan Bank Muamalat dalam mengembangkan usaha ke arah yang berkelanjutan. Kebutuhan akan perumahan tidak akan pernah berhenti dari 250 juta penduduk Indonesia saat ini,” jelas Endy Abdurrahman, Dirut PT Bank Muamalat Indonesia Tbk saat meluncurkan program tersebut di Jakarta, Senin (08/08/2016)

Menurutnya, program KPR-nya ini merupakan produk yang atraktif dari sisi pricing. Dari skema pricing yang ditawarkan, ada skema tenor 5 tahun dan 10 tahun. Melalui program KPR iB Muamalat Angsuran Super Ringan menawarkan angsuran setara 5% p.a pada enam tahun pertama. Cara ini diharapkan dapat memberi kemudahan kepada nasabah untuk mengatur cashflow keuangan mereka di awal pembiayaan. Tak hanya itu, dengan skema akad murabahah nasabah mendapat kepastian besarnya angsuran setiap bulan hingga akhir periode pembiayaan.

“Untuk skema angsuran 5 tahun, angsuran setara 5% fix selama 3 tahun. Dua tahun sisanya akan meningkat sesuai dengan kenaikan pendapatan dari nasabah. Untuk yang 10 tahun, angsuran setara 5% fix sampai tahun keenam. Tahun ketujuh sampai sepuluh akan meningkat,” lanjut Purnomo B. Soetadi, Consumer & Retail Banking Director Bank Muamalat.

Purnomo melanjutkan, ada tiga hal yang menjadi diferensiasi program ini dibanding program KPR dari bank lainnya. Pertama, adalah soal kepastian harga karena program ini menganut akad jual-beli (murabahah). Harga dan nominal total angsuran sudah disepakati sejak awal dan tidak akan berpengaruh oleh gejolak suku bunga ke depannya. Kedua, yang ditawarkan adalah keringanan dari sisi angsurannya yang setara dengan 5%. Ketiga, adalah fleksibel dan bebas biaya bagi nasabah yang ingin melakukan pelunasan sebagian kapan saja.

Purnomo mencoba menghitungkan kenaikan yang dimaksud setelah angsuran tetap selesai. Seperti pada tenor 5 tahun, angsuran akan meningkat di tahun keempat dan kelima. Di sini, peningkatan pendapatan nasabah akan dihitung oleh pihak bank. Pada umumnya, setiap tahun para pekerja di Indonesia akan mendapatkan kenaikan gaji, hal ini juga seiring dengan kenaikan inflasi yang terjadi. Jika seburuk-buruknya nasabah tidak mengalami kenaikan gaji, Purnomo memastikan bahwa kenaikan angsuran mereka tidak akan lebih tinggi dari pendapatan nasabah tersebut.

Related