Diversifikasi Jadi Kunci Fujifilm Keluar dari Kebangkrutan

marketeers article

Sejak lama Fujifilm dikenal sebagai merek penyedia kamera film. Perjalanannya pun sudah mengalami fase kejayaan dan meluncur bebas ketika fotografi digital menyerbu. Fujifilm pun banting stir dan menolak untuk gulung tikar.

Berbagai strategi pun dilakukan, salah satu strategi kunci mereka adalah diversifikasi produk. Hingga kini, setidaknya Fujifilm memiliki enam lini produk di segmen industri yang lebih luas. Tantangan lain pun hadir, Fujifilm harus membangun kembali citra merek mereka sebagai merek kamera film. Apa yang mereka lakukan?

“Saat ini kami memiliki enam lini bisnis, mulai dari fotografi, kesehatan, hingga produk industrial. Dengan diversifikasi yang sudah lebih luas, tugas kami saat ini adalah menggeser imej Fujifilm sebagai merek kamera film ke citra yang lebih luas,” Muhammad Ario Saksono, Sales Manager Industrial Product Divison Fujifilm Indonesia di Jakarta, Selasa (25/7/2017)

Sebagai anak perusahaan langsung dari Fujifilm Holdings Corporation, Fujifilm Indonesia memiliki enam unit bisnis yang terdiri dari divisi Electronic Imaging, Photo Imaging, Graphic Art, Medical, Industrial Products dan Life Science. Perjalanan ini dimulai pada tahun 2000an ketika permintaan akan produk fotografi Fujifilm turun drastis.

Namun kala itu, Fujifilm sadar bahwa mereka memiliki tiga teknologi yang digunakan untuk memproduksi roll film yang bisa dikembangkan ke inovasi produk lainnya. Tiga teknologi tersebut, meliputi kolagen sebagai pelapis roll film yang berwarna hitam, antioksidan untuk menjaga warna foto, dan nano technology yang digunakan agar penempatan warna pada tinta foto itu tepat dan foto yang dihasilkan berkualitas tinggi.

Shigetaka Komori yang dulu sebagai President pun diangkat menjadi Chairman & CEO dan mulai memikirkan inovasi lain yang bisa dikembangkan dari tiga teknologi tersebut. Berbagai inovasi pun digali dari pengalaman mereka soal fotografi.

“Kami memiliki riset soal kolagen lebih dari 80 tahun dengan 4.000 database. Kami pun menemukan bahwa ternyata kolagen bisa digunakan untuk menjaga kekenyalan kulit manusia. Bisa juga digunakan sebagai obat-obatan regeneratif. Antioksidan pun bisa digunakan untuk menjaga sel kulit di dalam dan luar tubuh. Sementara, nano technology bisa digunakan sebagai teknologi pendukung digital printing,” jelas Chairunnisa Adelia Meisie, Corporate Communication PT Fujifilm Indonesia.

Nisa melanjutkan, pengetahuan mereka soal lensa dan dunia seputarnya pun bisa digunakan untuk pengembangan teknologi endoskopi atau membuat lensa 4K untuk TV. Akhirnya, Shigetaka kala itu pun mendorong Fujifilm agar melakukan diversifikasi produk. Meski begitu, produk inti mereka di bidang fotografi tidak serta merta dilupakan.

Dari waktu ke waktu akhirnya Fujifilm bisa mendapatkan kembali permintaan dari konsumen. Hingga kini, di Indonesia pun pertumbuhan bisnis Fujifilm dinilai positif.

“Saat ini, kami ingin dikenal sebagai brand yang inovatif. Karena kami pun keluar dari penurunan penjualan roll film lantaran kami berinovasi hingga punya bisnis unit seperti sekarang ini,” tutup perempuan yang fasih berbicara dalam bahasa Jepang ini.

Editor: Sigit Kurniawan

Related