e-Commerce Baru Ini Siap Pasarkan Produk UKM Ke Luar Negeri

marketeers article
39929643 creative abstract global computer communication and internet business telecommunication concept: macro view of crystal earth globe on laptop or notebook keyboard with selective focus effect

Maraknya industri e-commerce tampak belum akan berhenti. Setelah banyak marketplace untuk pasar ritel atau consumer to consumer, kini ada lagi platform e-commerce untuk segmen korporasi atau business to business bernama Indonesia@ccess. Platform baru tersebut merupakan lini bisnis baru dari perusahaan manage service, media, dan teknologi Valdo Group.

Indonesia@access sendiri merupakan portal marketplace bagi UKM-UKM dari berbagai bidang, mulai dari pertanian, perikanan, peternakan, sampai sektor-sektor industri lain.

“Kami bertujuan untuk meningkatkan perekonomian secara nasional dengan memberi akses pasar kepada para UKM yang selama ini sulit menjangkau pasar. Sasaran utama kami adalah menghubungkan produsen dengan pembeli, terutama pasar luar negeri,” ujar Head Marketing Management Group Valdo Group Lidya Marthina di Jakarta pada Selasa (11/10/2016).

Saat ini mereka masih beroperasi dengan basis website saja, tapi nanti setidaknya awal tahun depan akan ada aplikasi untuk smartphone. Menurut Lidya, perdagangan antara penjual dan pembeli dalam lingkup B2B ini hanya salah satu bagian dari bisnis Indonesia@ccess, yang sebenarnya merupakan akses ke banyak bisnis mulai dari perdagangan di Trading@ccess, bisnis travel di Travel@ccess, dompet digital di Money@ccess, pendidikan di Education@ccess, finansial di Financial@ccess, sampai lini teknologi di Technologi@ccess.

Ia tidak menolak bahwa platform Indonesia@ccess mirip konsepnya dengan aplikasi GO-JEK yang berisikan banyak layanan dari ojek, logistik, sampai pijat. Nantinya para nelayan, petani, atau pengusaha kecil seperti kerajinan dapat memasarkan produk-produk mereka di Indonesia@ccess. Tidak asal memajang dan pasang harga, tapi pembelinya pun akan dicari oleh Indonesia@ccess, di mana fokus mereka adalah mendapatkan pembeli-pembeli dari luar negeri.

“Jadi, mereka pasang barang mereka di platform kami, dan sebagai langkah awal kami sudah bekerjasama dengan pembeli-pembeli potensial yang siap membeli produk-produk UKM lokal kita. Kenapa luar negeri? Misalnya nelayan bisa menangkap sekitar 100 ikan. Yang laku di pasaran hanya 50 saja, 50 lagi tidak terjual dan busuk. Nah, kami kemudian mencari pembeli dari luar negeri yang mau membeli 50 ikan itu. Sekarang kami sudah bekerjasama dengan pembeli atau buyer-buyer dari Korea dan Belanda plus Amerika Serikat,” sambung Lidya.

Alasan lain adalah pasar lokal bukannya tidak potensial, tapi untuk memasarkan produk Indonesia potensinya jauh lebih besar serta bisa untuk branding produk hasil UKM lokal ke luar sehingga dikenal secara global.

Para UKM ini sendiri tidak datang begitu saja ke Indonesia@ccess, tapi tergabung dalam komunitas-komunitas UKM binaan Kementerian Perikanan serta Kementerian Perindustrian. Ke depannya akan lebih banyak lagi komunitas UKM digaet di mana Indonesia@ccess akan tancap gas dengan berkolaborasi dengan pemerintah atau kementerian lainnya yang menaungi UKM.

Baru setelah jaringannya terbentuk dan awareness sudah terbangun, Lidya berharap ada UKM yang memang datang sendiri memasarkan produk di Indonesia@ccess. Selain itu Indonesia@ccess juga ikut mendorong perkembangan UKM-UKM secara langsung. Seperti pilot project di Ambon di mana Indonesia@ccess bekerjasama dengan komunitas nelayan di sana untuk memasarkan ikan ke Belanda.

Selain itu kolaborasi dilakukan dengan penyedia peti kemas berpendingin agar ikan tetap segar ketika transit di Jakarta dari Ambon lalu diterbangkan ke Amsterdam. Dan Lidya mengaku puas dengan pilot project tersebut karena Indonesia@ccess bisa memberi banyak kontribusi di sana. Termasuk soal birokrasi dokumen-dokumen ekspor impor yang diselesaikan langsung oleh Indonesia@ccess.

Lidya mengaku mengeluarkan biaya cukup besar untuk proyek digitalnya ini walau belum mau menyebut berapa investasi dikeluarkan untuk membangun Indonesia@ccess.

“Jadi, dari layanan kami semua itu akan kami gabung dalam satu skala bisnis. Misal di Trading@ccess akan dikolaborasikan dengan sistem pembayaran digital Money@ccess. Misal UKM kesulitan modal bisa dibantu di platform Financial@ccess. Kami harap dengan skala kami dalam waktu tiga tahun Indonesia@ccess akan bisa go public,” tutup Lidya.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related