Benarkah e-Commerce Dalam Negeri Berhasil Ungguli e-Commerce Asing?

marketeers article
30498634 shopping time, closeup of teenage girl legs with shopping bags at shopping mall

Tahun 2018 menjadi periode terbaik untuk para pelaku industri e-commerce. Para pemain e-commerce berlomba-lomba memanjakan pelanggan mereka dengan beragam festival belanja. Agenda jualan semacam ini dipercaya mampu menarik jumlah transaksi yang masif. Contohnya, Harbolnas yang baru berlalu mampu mencatatkan transaksi hingga Rp 6,8 triliun hanya dalam dua hari gelarannya.

Berdasarkan riset dari iPrice Group, konsumen Indonesia masih mengutamakan layanan e-commerce lokal daripada regional. Dari riset tersebut, Tokopedia mendominasi pasar e-commerce tanah air sepanjang tahun 2018. Mengamati data SimilarWeb, jumlah kunjungan di situs Tokopedia selalu berada di atas situs e-commerce lain setiap bulannya. Kunjungan tertinggi Tokopedia terjadi pada  September yang mencapai 169 juta pengunjung. Jumlah ini meningkat 123% dari kunjungan awal tahun 2018.

“Tokopedia juga mampu mendominasi musim belanja besar di Indonesia, seperti periode Ramadan. Bukan rahasia lagi bila daya belanja orang Indonesia tergolong besar pada bulan puasa karena konsumen aktif berbelanja barang-barang baru untuk memeriahkan hari raya di penghujung Ramadan. Pada periode ini, intensitas kunjungan yang tinggi di situs Tokopedia mampu membuat jarak cukup besar dengan pesaing lain,” ujar Andrew Prasatya, Head of Content Marketing iPrice Group.

Selain Tokopedia, orang Indonesia juga gemar menggunakan Bukalapak sebagai tempat berbelanja online. Jumlah kunjungan tertinggi Bukalapak terjadi pada November dengan angka 120 ribu kunjungan. Jika dibandingkan dengan catatan pengunjung desktop dan mobile web mereka pada Januari lalu, Bukalapak mampu membukukan margin hingga 69.244.100 kunjungan, alias meningkat 135%. Penetrasi positif Bukalapak mampu menyalip Lazada yang sebelumnya ada di posisi dua sebagai e-commerce dengan jumlah pengunjung desktop dan mobile web terbanyak di Indonesia.

Sementara itu, Lazada yang selama beberapa tahun menduduki peringkat puncak mulai mengalami pelambatan di pasar Indonesia. Meskipun begitu, Lazada masih menjadi yang paling populer di Asia Tenggara karena menguasai 25% market share lebih banyak dibandingkan e-commerce lain di regional ini. Kunjungan konsumen dalam negeri ke situs Lazada Indonesia melalui desktop dan mobile web tergolong flutuatif sepanjang 11 bulan belakangan. Padahal, penetrasi Lazada tampak menjanjikan dengan 85 juta kunjungan desktop dan mobile web ketika menggelar Lazada Birthday Fest.

“Tapi, pada pertengahan tahun kunjungan di situs e-commerce ini menurun hingga titik terendah 33 jutaan pengunjung. Kedatangan Jack Ma ke Indonesia di pertengahan tahun nyatanya juga tidak mampu mendongkrak ketertarikan orang-orang untuk berinteraksi lebih banyak di Lazada,” jelas Andrew.

Lain cerita dengan Shopee, memperbanyak program promosi menjadi senjata utama Shopee dalam memancing konsumen untuk berkunjung ke situsnya. Menilik Google Trends, animo orang Indonesia untuk mencari kata kunci yang berhubungan dengan Shopee kerap meningkat ketika e-commerce ini mengadakan promo semacam Shopee Super Shopping Day, Singles’ Day, maupun Harbolnas. Jumlah kunjungan pada situs Shopee yang berlipat dari pasar Indonesia turut berkontribusi untuk bertengger di posisi sepuluh besar e-commerce paling banyak dikunjungi pada tingkat regional.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia merupakan yang terdepan di Asia Tenggara. Dilansir dari laporan terbaru Google Temasek, ada perputaran uang sebesar US$ 27 miliar dari aktivitas ekonomi digital di negara ini sepanjang tahun 2018. Pertumbuhan ini meningkat pesat hingga 49% sejak tahun 2015.

Editor: Sigit Kurniawan

 

 

Related