Era Proteksionisme, Perusahaan Indonesia Masih Optimistis Berdagang

marketeers article

Meskipun ketegangan perdagangan global dan tingkat volatilitas sedang terjadi saat ini, perusahaan Indonesia dinilai relatif optimistis dibandingkan dengan perusahaan global lainnya untuk prospek perdagangan jangka pendek. Baik perusahaan manufaktur barang maupun perusahaan jasa di Indonesia setuju bahwa keberlanjutan merupakan aspek penting berlangsungnya tujuan jangka panjang mereka.

Ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung telah mengalihkan sentimen pasar dalam siklus bisnis saat ini di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Proteksionisme sebagai salah satu efek samping dari tegangnya sektor perdagangan juga menunjukkan dampaknya di Indonesia yang merupakan target pasar ekspor dari Amerika Serikat dan China.

Pemerintah Indonesia telah berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Namun, nilai tukar yang fluktuatif tidak menghalangi perusahaan Indonesia untuk meningkatkan prospek perdagangan jangka pendeknya. Hal ini sesuai dengan laporan survei HSBC Navigator.

HSBC Navigator adalah serangkaian riset tentang perdagangan internasional. Studi ini mengukur sentimen dan ekspektasi bisnis jangka pendek hingga menengah, dan mencakup bidang-bidang berikut ini, termasuk pandangan perdagangan umum, inovasi bisnis, rantai pasokan, regulasi dan kebijakan, serta inovasi data dalam bisnis.

Edisi pertama survei HSBC Navigator telah dilakukan pada awal tahun 2018, dan sebagai lanjutan, HSBC meluncurkan versi terbaru dari HSBC Navigator – sebuah riset untuk kepercayaan dan perdagangan bisnis.

Menurut HSBC Navigator, perusahaan Indonesia optimistis terhadap prospek bisnis sesuai dengan prospek ekonomi Indonesia yang terus berkembang pada kecepatan sub-potensial pada paruh pertama tahun 2018. Pertumbuhan ekspor cukup kuat. terutama di Asia. Eksportir pun masih menikmati lingkup perdagangan yang mendukung.

Adapun pasar yang dituju untuk ekspansi bisnis Indonesia, Malaysia menempati posisi teratas (22%) yang diikuti oleh Singapura dan Jepang.

Masih dari laporan itu, sembilan dari sepuluh responden survei (88%) memiliki pandangan positif terhadap lingkungan perdagangan internasional, dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat (29%) dan mata uang yang lebih kompetitif (26%) sebagai pendorong utama.

Ditaksir di atas rata-rata global (81%), sebanyak 87% responden dari perusahaan Indonesia menunjukkan keyakinan mereka bahwa perusahaan mereka akan berhasil dalam lingkungan perdagangan global saat ini.

Catherine Hadiman, Director Commercial Banking PT Bank HSBC Indonesia, mengatakan, pertumbuhan perilaku konsumsi masyarakat menunjang perkembangan bisnis bagi industri terkait. Menurut HSBC Navigator, perusahaan-perusahaan Indonesia mengharapkan adanya kebijakan yang mendukung produksi guna meningkatkan daya saing.

“Salah satunya melalui pertumbuhan nilai ekspor yang pesat tahun 2018, sejalan dengan pertumbuhan belanja dan berkurangnya investasi pribadi selama tahun ini,” ujar dia

Dilihat dari strategi bisnis, lebih dari 90% responden yang terdiri dari produsen, telah mengakui bahwa mereka memfokuskan bisnis pada pengawasan atas rantai pasokan (93% barang, 95% jasa).

Ia bilang, tiga kecenderungan produsen Indonesia adalah perluasan bisnis ke negara-negara baru, meningkatnya penggunaan teknologi, dan keberlangsungan produksi untuk menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan.

Editor: Sigit Kurniawan

Related