Plus Minus Penerapan Bahan Bakar Euro 4 di Indonesia

marketeers article
Euro 4

Industri transportasi di Indonesia sedang ramai-ramainya isu mengenai kebijakan Euro 4. Sebuah status bagi bahan bakar yang rencananya akan diterapkan dalam waktu dekat di Indonesia. Sehingga konon dengan status tersebut, Indonesia memiliki standar mendekati atau sama dengan luar negeri secara kualitas.

Lalu apa sebenarnya Euro 4 itu? Secara garis besar adalah sebuah status bahan bakar yang emisinya jauh lebih ramah lingkungan dibanding biasanya. Dan Euro 4 seusia namanya diterapkan di kawasan Eropa. Selain itu kualitas bahan bakar lebih maksimal, teknologi kendaraan makin berkembang, serta kendaraan-kendaraan di sini diklaim akan mensejajarkan dirinya dengan mobil di luar negeri.

Memang secara kualitas dan lingkungan, Euro 4 akan menghasilkan emisi rendah dan tidak merusak. Jauh dari yang sekarang ini di mana bahan bakar masih menghasilkan emisi karbon cukup besar dan menjadi polusi, terutama di wilayah urban seperti Jakarta.

Apalagi emisi gas rumah kaca meningkat sebanyak 12,9% per tahun. Namun namanya kebijakan bukan berarti tanpa hambatan. Jika ternyata jadi diterapkan, banyak kendaraan harus menyesuaikan teknologinya dan itu tidak murah. Setidaknya itu yang diutarakan oleh Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan.

“Kalau Euro 4 jadi diterapkan, bayangkan sekitar 6,2 juta truk pengangkut logistik harus diremajakan. Berapa biayanya. Kalau rata-rata truk itu haganya sekitar Rp400 juta, maka pengusaha angkutan barang harus merogoh kocek sebanyak Rp2.500 triliun,” ujarnya.

Dari segi bensin pun akan lebih mahal. Dari biaya operasional truk-truk tersebut, porsi bahan bakar mencapai 27%. Menurut Yukki, jika bahan bakar naik sebesar Rp1.000, biaya operasional akan naik 4%. Padahal jika dilihat dari sisi biaya logistik keseluruhan, komponen bahan bakar memakan porsi sampai 45%. Artinya semakin mahal biaya bahan bakar akan semakin mahal biaya logistik.

Efeknya akan merembet ke mana-mana, di mana barang komoditas yang bergantung pada pergerakan logistik darat akan ikut terpengaruh. “Belum lagi profit para pengusaha angkutan logistik itu tidak besar, empat sampai lima persen saja. Kalau dari kami kenapa tidak membuat standar Indonesia saja, tidak usah ikut standar yang lain,” sambung Yukki.

Namun bukan berarti penerapan Euro 4 itu akan dilakukan secara langsung. Kementerian Perhubungan akan melakukannya bertahap. Analoginya adalah penerapan 4G di Indonesia. Ketika jaringan generasi keempat tersebut hadir, jaringan sebelumnya 2G dan 3G tidak serta merta dihilangkan. Perangkat tanpa 4G masih bisa dioperasikan di Indonesia.

Kementerian Perhubungan sudah memastikan bahwa walau nanti keputusan Euro 4 ditetapkan, kendaraan pengguna teknologi sebelumnya masih bisa berjalan. Dimulainya Euro 4 mungkin akan terjadi ketika produsen mulai memproduksi kendaraaan bertipe Euro 4. Namun tetap mobil produksi sebelumnya masih bisa digunakan. Rencananya penerapan Euro 4 nantinya akan bertahap.

    Related